Mama

23 3 2
                                    

Thanks buat yang udah mau baca ceritaku ini. Ini cerita pertamaku. Kalau bahasanya agak alay atau apalah, maaf banget ya, solanya cerita ini pertama aku tulis sekitar enam tahun lalu pas alay n gaje gaje nya aku. Oh ya cerita ini murni imajinasi aku, meski sedikit terinspirasi sebuah novel jepang terbitan tahun 1988 hhhe.

Happy reading all

   
Hari itu, aku dan mama sedang minum coklat panas, di ruang keluarga. Hal biasa yang kami lakukan bila sudah berkumpul bersama di rumah. Hujan di luar menambah nikmat tersendiri.

" Sayang, mama boleh tanya nggak?" tiba - tiba saja mama memecah keheningan. Ntah kenapa aku menangkap nada keraguan dalam suara mama yang biasanya begitu mantap

" Tentu saja boleh ma. Tanya aja ma" jawabku cuek sambil meminum coklat panasku,yang mulai dingin

" Boleh gak kalo Mama, menikah lagi?"

"UGHHKK UGHHKK" pertanyaan mama membuatku tersedak coklatku, yang mulai mendingin. Untung sudah agak dingin.

"Mama serius?"

"Iya sayang, dia orang baik kok. Kamu pasti suka kalau sudah ketemu dia. Orangnya juga sayang sama anak-anaknya. Oh ya kamu kan dari dulu pengen punya kakak laki-laki. Kebetulan sekali dua orang anaknya laki laki semua. Dan mereka lebih tua di atas kamu" dengan wajah bahagia Mama bercerita, tentang lelaki itu.

"Mama yakin, dia orang yang baik?"

"Yakin sayang. Percayalah sama mama" ucap mama meyakinkan. Mata mama nampak berbinar senang, seperti orang yang sedang jatuh cinta.

"Iya, Reiya mau Ma" jawabku akhirnya. Mendengar jawabanku, mama begitu bahagia. Mama memelukku begitu erat, hingga aku mulai sesak

"Ma sesak maa"

"Maaf ya sayang. Mama seneng banget. Kalau begitu kamu harus secepatnya ketemu dengan mereka. Lebih cepat lebih baiik" ungkap mama dengan semangat. Aku merasa gak bisa ngerusak kebahagiaan besar mama, untuk keegoisanku semata. Ya aku merasa egois karna tak mau bila kasih sayang mama terbagi. Antara aku dan kedua anak tirinya.

####

Mama dengan semangat mengajakku masuk ke sebuah hotel bintang lima di kota kami. Katanya malam ini kita akan makan malam bersama dengan calon keluarga baruku, di restoran hotel.

"Dulu kita sahabat,Teman begitu hangat, Mengalahkan sinar mentari, Dulu kita sahabat, Berteman bagai ulat, Berharap jadi kupu-kupu... " segera saja kujawab telpon yang masuk, hembb Evan

" Mama duluan saja, Rei mau angkat telponnya Evan dulu" ujarku pada mama. Jarang Evan telpon aku, biasanya kalau sudah telpon itu hal penting. Kalau gak penting pasti wa atau sms. Mama hanya memberi isyarat ok sambil lalu masuk ke dalam.

"Ya Van ada apa?"

"........."

"Lho bukanya udah di urus sama Arini?"

"......."

"ok, habis acara ini aku ke rumahmu, kita kerjain bareng dari awal. Kamu kabari Andine ya"

"........"

" Oh iya aku lupa cerita ya. Nyokap mau nikah lagi. Nih aku mau ketemu sama calonnya mama. Nanti deh aku ceritanya, bye Van" tanpa menunggu jawaban evan kumatikan telponnya.

Di dalam resto yang dimaksudkan mama tadi, nampak mama sedang duduk bersama dua orang lelaki. Yang satu seorang pria yang paling tidak lebih tua dari mama. Yang satunya, entahlah, aku tak bisa menatap wajahnya. Dia membelakangi pintu masuk. Tapi entah kenapa, aku seperti mengenalnya.

TakdirkahWhere stories live. Discover now