awas musuh

448 70 3
                                    

Lalu Jin mengurungkan niatnya untuk menghindari pria itu, dia menolongnya dengan berlari ke tengah jalan dan mendorong tubuh si pria tadi sampai ke pinggir jalan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jin.

"Aku baik, terima kasih kamu sudah menolongku" pria itu berdiri.

"Lain kali berhati-hatilah saat menyebrang"

"Aku pikir aku sudah berhati-hati" kata si pria.

"Aku juga berpikir begitu, aku lihat mobil itu dipinggir tapi saat kamu mulai berjalan menyebrang mobilnya melaju sangat kencang" tutur Jin dari apa yang dia lihat.

"Benarkah?" Pria itu melihat ke arah mobil yang hampir menabraknya itu meski sudah tak terlihat jelas.

"Tapi aku tidak tahu juga, mungkin pengendaranya tidak melihat mu tadi"

"Tidak, aku seperti tahu betul mobil tadi. Memang benar" pria itu bicara sendiri.

"Siapa ?" Seokjin penasaran.

"Yang jelas dia sangat tidak menyukaiku" pria itu menunduk.

"Semoga hubungan kalian cepat membaik" Jin menepuk-nepuk punggung pria tak dikenal itu.

"Siapa namamu? Aku Suga" Pria bernama Suga itu mengulurkan tangannya.

"Aku Seokjin" mereka saling berjabat tangan.

"Kalau begitu aku permisi, aku buru-buru" Suga menyingkir.

"Baiklah"


*****

Jin akan mematikan ponselnya saat dia ingin tidur, tapi tiba-tiba saja panggilan masuk dari Sehun membuatnya membatalkan rencananya itu.

"Ini sudah malam, berhenti menggangguku bodoh" Jin dengan nada kesal.

"Aku ingin bertanya sebentar, apa kau melihat amplop putih dimeja dokter Jakson?"

"Amplop putih? Tidak"

"Baiklah kalau begitu"

"Memangnya amplop apa itu?" Jin penasaran.

"Entahlah, katanya itu amplop penting"

"Oh, mau nanya lagi?"

"Nggak"

"Ya sudah" Seokjin lalu mengakhiri panggilannya.

Jin mengeluarkan semua barang didalam tasnya, ada beberapa barang dan kertas yang berjatuhan. Karen malas, Jin tidak sempat membereskannya dan langsung tidur lagi.

"Semoga aku mimpi indah sekarang" lirih Jin sembari menutup matanya.

Tangan panjangnya mulai meraih lampu tidur dan mematikannya segera, semuanya gelap tak terlihat apapun.

Keesokan harinya Jin mulai bersiap dengan kemeja putih dan dasi berwarna biru. Dia mengambil sekotak sereal dan susu putih dan menuangkannya dalam mangkuk. Pikiran Jin terasa berat saat mulai memikirkan sesuatu yang mengganjal dihatinya.

Dia mulai meraih ponselnya saat suara ring backtone mengiringi kebisingan.

"Apa ada sesuatu?" Sahut Jin.

"Apa kau bisa berangkat sekarang? Ada hal penting yang harus aku sampaikan sekarang" pinta dokter Jakson.

'Baru saja aku akan menyuap suapan pertamaku' Jin membatin kesal.

"Baiklah" lirih Jin.

Pria tinggi semampai itu langsung menghentikan pekerjaannya itu dan mengambil kunci mobilnya. Segera saja dia berangkat dengan mobil berwarna merah miliknya itu. Langit sangat cerah seperti hari-hari biasanya yang Jin lewati, bahkan tak sekalipun mentari meninggalkan langit.

"Dimana dokter Jakson?" Tanya Jin saat tiba disana.

"Tadi dia di ruangannya" kata Sehun yang sedang sibuk dengan buku dilengannya.

"Terima kasih" Jin menepuk pundak Sehun.

"Apa yang mau kau bicarakan dokter?" Sahutnya.

"Sepertinya aku tidak akan mengatakannya sekarang. Maafkan aku"

"Apa? Dokter menyuruhku kesini pagi tapi gak jadi ngomong?" Jin cemberut dan pergi tanpa permisi karena kesal. Dokter Jakson cuma geleng-geleng kepala.

Suzy berada dilobby rumah sakit, dia sedang berjalan ke arah ruangannya setelah jalan-jalan dari luar. Seorang pria hendak masuk ke ruangan ICU dengan nomor ruang 25, dengan gerak-gerik mencurigakan pria itu masuk kesana. Suzy merasa aneh dan heran, dia memutuskan untuk mempercepat langkahnya dan mengintip apa yang dia lakukan didalam sana. Dari balik jendela luar, Suzy melihat pria tadi mengambil bantal dari bawah kepala pasien yang terbaring dengan selang oksigen menutup dimulutnya seperti ingin menikamnya dengan bantal itu.

"Apa yang pria itu lakukan?" Suzy mengerutkan keningnya.

Tak mau ada yang sesuatu yang terjadi, Suzy segera masuk ke ruangan itu dengan wajah dan perasaan cemas berpura-pura sebisa mungkin untuk meyakinkan.
Suara pintu yang Suzy dorong membuat pria tadi terkejut dan menghentikan aksi jahatnya itu.

"Siapa kau?" Pria itu menoleh kasar.

"Kau siapa? Bukankah ini ruanganku, sedang apa disini?" Suzy menelan ludah.

"Aku-, ini bukan ruanganmu!" Bantah pria itu.

"Maafkan aku, aku kadang lupa. Aku pikir ini ruanganku, kepala ku pusing makanya aku suka lupa" Suzy nyengir dan segera pergi dari tempat yang membahayakannya. Tapi aksi nekat Suzy membuat pria itu batal membuat dosa besar yang akan ia tanggung nantinya.

"Sial! Siapa wanita tadi, kenapa dia masuk tiba-tiba" pria itu menggerutu.

"Tunggu saja nanti akan aku balas wanita itu. Berani sekali dia mengagalkan rencanaku" tambahnya lagi.

Pria itu keluar dari ruangan itu dan dia melihat ke arah kanan, melihat Suzy yang sedang berjalan terburu-buru. Pria itu megikuti Suzy dari belakang dengan diam-diam. Lalu Suzy yang merasa diikuti pria tadi menoleh ke belakang dan benar saja pria tadi mengikutinya, Suzy segera menghampiri Sehun yang berdiri di depan suatu ruangan.

"Kau dokter Sehun kan?" Suzy basa-basi.

"Benar. Kenapa kau terlihat ketakutan?" Sehun heran.

Suzy mengisyaratkan kalau ada seseorang yang mengikutinya. "Aku hanya jalan-jalan lalu ada sepertinya ada pria yang mengikutiku" lirih Suzy.

"Siapa dia?" Sehun membalikan badan Suzy dan menarik tangannya untuk pergi dengannya.

"Yang pasti dia orang jahat" bisik Suzy sembari berjalan secepat yang dia bisa.

"Aku kira orang jahat hanya ada di dalam film"

"Tapi ini bukan film" bisik Suzy lagi.








     Ada yang suka JinZy couple gak? Voment dong 🐰🐰🏥

So Far Away ||SeokJin《BTS- Suzy||Onde histórias criam vida. Descubra agora