GRAMOFON

1.1K 129 44
                                    

Kuroko no Basket © Tadatoshi Fujimaki
Pair : Aka - Kuro
Warning : Shounen Ai, Alternate Universe

Seijuurou Akashi sering melihatnya. Dua-tiga kali seminggu, saat senja merayap. Dengan atau tanpa Chihiro Mayuzumi yang berjalan disisi, maupun mendahuluinya. Wajah itu nyaris tanpa ekspresi, menyusuri setapak jalan menuju perpustakaan Cuuou dengan sebuah buku di tangan.

Namun, ada yang berbeda dengan senja kali ini. Berseberangan dengan arah ia melangkahkan kaki, sosok kurus itu tengah mengangkut pot plastik berisikan pohon momiji kecil, tanpa buku dalam genggaman. Karena kesulitan melihat jalan yang akan dipijak, pemuda itu sempat tersandung. Akashi menyimpan tawa di hati. Pandangan manik rubi tanpa sadar terus mengikuti, sampai akhirnya bayangan menghilang dibalik tikungan.

Sang eksekutif muda tertegun sejenak. Tidak sampai beberapa detik, dan ia memutuskan untuk merogoh ponsel dalam saku, mengirimkan pesan kepada seseorang yang ia kenal.


GRAMOFON © Faicentt

Nogecho, Yokohama, 2017

Kafe itu sederhana saja. Usang mendominasi ruangan. Sinar redup yang memberi kesan romantis. Letaknya ada disudut gang seakan menggambarkan perbedaan dimensi waktu.

Seijuurou Akashi menghentikan langkah tepat di depan bangunan klasik bermaterial kayu. Sepasang bola mata bergulir, bergantian menatap plang kayu dan secarik kertas dalam genggaman. Kayu gelap berukir huruf-huruf yang membentuk kata ki-se-ki dieja perlahan.

"Kiseki no Cafe, hm?"

Memantapkan diri, satu tangan kokoh membuka tuas gagang pintu pelan-pelan. Gemerincing lonceng riuh menyambut, mata rubinya menyipit menyesuaikan diri dalam remang-remang. Baru saja ia membuka bibir, helaian samudera menyembul dibalik meja kayu dengan serat kasarnya.

"Selamat sore Tuan."

Akashi nyaris memundurkan langkah. Mata rubi itu berkilat saat melihat sang penyapa berdiri beberapa langkah dihadapan, membungkuk sopan.

"Ah, ya," sahutnya singkat.

Ia kemudian memandang sekeliling─enam buah kursi kusam teronggok manis disudut dekat kasir, pohon momiji setengah dari tingginya berdiri menantang di tengah ruang. Sepasang kekasih dengan harajuku style tampak duduk berbisik didekat kaca, dan pria tua dengan tongkat kayu menyeruput kopi hitam dengan wajah kalem.

Akashi mengambil langkah, memilih sudut kanan, jauh dari pengunjung lain. Ia menghempaskan tubuh pada sofa sewarna kopi, edaran pandangan pada sekeliling terpecah begitu aroma manis susu vanilla menyapa hidung.

"Selamat datang di Kiseki no Cafe. Ini daftar menunya. Silahkan," pramusaji berwajah manis menyodorkan kertas yang di laminating pada meja.

"Oh, aku─" dipandangnya pemuda di hadapan dan lembar menu bergantian,"─hanya ingin mencari sesuatu, sebenarnya. Haruskah memesan?"

"Hmm, mungkin sembari berbincang tentang sesuatu yang ingin anda cari, anda bisa memesan salah satu dari daftar menu kami. Krim pasta adalah salah satu andalan di sini." Pemuda yang mungkin tiga atau empat tahun lebih muda─tebak Akashi─getol mempromosikan menu.

Akashi menyunggingkan senyum bisnis. "Aku tidak terlalu lapar, tapi terimakasih untuk rekomendasinya." Ia mengalihkan pandangan pada pintu solid diseberangnya. "Apakah aku bisa bertemu dengan owner-nya? Ada hal yang ingin kuperbincangkan."

GRAMOFON ✔Where stories live. Discover now