BAB 4

5.2K 580 37
                                    

Ali sedang merapikan kotak pensil lukisnya ketika dia mendengar suara ketukan pada pintu apartemennya. Dia menatap benda itu dan memutuskan untuk membukanya. Dia berpikir mungkin adalah tukang koran yang menjadi langganannya. Maka tanpa persiapan apapun dia membuka pintu itu dan melongo melihat siapa yang ada di depannya. Alisnya yang tebal dan hitam mengkerut tidak suka pada wajah cerah gadis di depannya.

" Mau apa kamu?" Ali berujar ketus dan bersiap akan menutup pintu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" Mau apa kamu?" Ali berujar ketus dan bersiap akan menutup pintu. Senyum yang sudah dipamerkan Nina berubah menjadi bulatan besar pada mulutnya, dia menahan daun pintu itu dengan kekuatan penuh hingga kedua kakinya terpentang lebar.

"Tunggu! Tunggu dulu Mas Pelukis! Aku mohon bantuanmu!!" Nina berseru keras dan menggoyang-goyang daun pintu yang masih dengan keras dipertahankan Ali.

Ali melototkan bola matanya dan melepaskan jari-jari yang mencengkram pinggir daun pintu, menepis jemari langsing itu seperti sedang membuang kuman. "Jangan ganggu saya! Pulang sana!" usir Ali tanpa belas kasihan, menutup pintu itu tepat di depan hidung Nina.

"BAM!!"

Nina memejamkan matanya saat merasakan angin dari daun pintu yang dihempas nyaris menjepit hidungnya. Dia menggembungkan pipinya dan bercakak pinggang. Dia mengepalkan tinjunya dan mulai menggedor-gedor.

"Mas Pelukis! Buka pintunya! Biarkan aku bicara dulu. Semeniiiiiiit saja yaaaaa? Pleaseeee..." saat tidak mendapatkan respon di dalam, Nina mencoba trik lainnya. "Aku akan menghadapi ujian semester dengan merancang gaun pengantin. Hanya mbak di dalam lukisan yang pantas mengenakannya....tolonglah..." dia menggerutu dalam hati ketika kembali kalimatnya tidak mempan.

Tapi Nina tak menyerah, dia kembali menggedor kali ini agak lebih pelan. "Mas Pelukis....kita sesama orang Indonesia loh...saling membantu itu halal..." dan lagi-lagi tak ada tanggapan. Akhirnya Nina memutuskan untuk bersandar di daun pintu tertutup itu dan menunggu hingga sang pelukis keluar.

*****

Ali berusaha menutup telinganya dengan menggunakan headphone agar ucapan Nina yang berulang-ulang itu tak terdengar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ali berusaha menutup telinganya dengan menggunakan headphone agar ucapan Nina yang berulang-ulang itu tak terdengar. Awalnya dia merasa lega ketika sama sekali tak mendengar suara ceriwis itu namun tak lama kemudian rasa tak enak menderanya. Dia melepas headphone dan mendengar kalimat Nina di akhir.

LOVELY KARENINA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now