6

121 11 4
                                    

Reen terus berdiri dalam diam di balik tembok itu dan mendengarkan semua pembicaraan mereka, sampai ia melihat kedua laki-laki itu bangkit dan keluar dari kafe.

Reen sudah mengenal wajah mereka.

Suho dan Luhan.

***

Reen mengintip sekali lagi dan melihat Xiumin masih tertunduk di kursinya.

Ia membenahi perasaannya, berusaha memasang senyuman ringan dan berjalan ke arah Xiumin.

"Oppa, wae? Kau melamun?" tanya Reen.

"Ne. Sedikit." jawab Xiumin sambil tersenyum.

"Apa yang kau lamunkan?" pancing Reen.

"Aniya.." jawab Xiumin singkat.

"Oppa.. Sebenarnya aku mendengar obrolan kalian.." kata Reen pelan.

Xiumin mengangkat wajahnya dan menatap Reen.

"Dan aku memutuskan untuk mempercepat kepulanganku. Aku pikir tidak baik bagi kita untuk berlama-lama ada di sini. Aku sempat terlalu larut dalam mimpi indah ini, dan kurasa sudah waktunya bagi kita untuk kembali hidup dalam kenyataan."

Xiumin masih memandang Reen dalam kebisuan.

"Aku akan memesan tiket pesawat malam ini dan pulang besok pagi. Jadi oppa, ketika aku sudah kembali nanti berjanjilah untuk melupakanku, atau minimal kau harus berusaha untuk melupakanku." lanjut Reen.

"Bagaimana bila aku sudah berusaha namun tetap tidak bisa melupakanmu?" tanya Xiumin.

"Aku percaya kau pasti bisa. Kau harus bisa." jawab Reen lantang.

"Mianhae, Reen.."

"Andwae, oppa. Jangan meminta maaf. Kita sudah membahas hal ini berkali-kali. Cukup sampai hari ini kau menjadi Seokie oppa, mulai besok kau akan kembali menjadi Xiumin yang bersinar terang di atas panggung. Araso?"

"Aku akan mengantarmu ke bandara besok." kata Xiumin mengalihkan pembicaraan.

Reen menggeleng.

"Ani. Aku akan berangkat sendiri. Kau bilang besok ada latihan, jadi kau harus pergi latihan."

"Tapi aku datang menjemputmu, jadi aku harus pergi mengantarmu." kata Xiumin.

"Tidak perlu, oppa. Aku berjanji akan mengirimimu pesan ketika aku sudah sampai."

"Janji?" tanya Xiumin sambil mengulurkan jari kelingking kanannya.

Reen mengaitkan kedua jari kelingking mereka sambil tersenyum.

"Janji..."

***

Xiumin masuk ke dalam dormnya setelah berpisah dengan Reen di kafe. Sesaat setelah ia masuk ke dalam dorm, ia melihat Suho dan Luhan masih duduk di dalam ruang tengah, keduanya tampak sedang bergelut dengan pikiran mereka masing-masing. Mungkinkah ini berhubungan dengan kejadian yang baru saja terjadi di kafe?

"Kalian kenapa?" tanya Xiumin lalu duduk bergabung di sofa ruang tengah, bersama Suho dan Luhan.

"Aniya, hyung. Kami hanya masih merasa tidak enak padamu." jawab Suho.

"Wae?" tanya Xiumin.

"Kami mengganggu urusan pribadimu." sahut Luhan.

"Tidak apa. Kalian hanya berniat mengingatkanku, bukan? Kalian bahkan melindungiku dari teguran manajer hyung. Seharusnya aku berterima kasih pada kalian, mengapa kalian justru merasa bersalah padaku?" tutur Xiumin panjang.

Tell Me When It First Snows ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang