32

9.2K 1.4K 95
                                    

Hari ini aku tak dapat bekerja secara optimal. Rekaman kamera pengawas di ruang kerja Daddy pada saat delapan tahun yang lalu seakan berputar secara otomatis di kepalaku. Aku memang tak mendapatkan jawaban dari pertanyaanku mengenai alasan Leon pergi dari rumah dan menghilang cukup lama.

Andaikan saja terdapat rekaman audio pada hasil rekaman kamera pengawas itu. Mungkin akan jauh lebih mudah untuk mengetahui apa yang dibicarakan Leon dengan Daddy.
Namun ada hal lain yang kutemukan pada rekaman itu. Hal itu adalah mengenai James yang menemui daddy tepat beberapa jam sebelum Leon pergi.

Aku pun teringat mengenai beberapa minggu silam saat James bergabung untuk makan malam di rumahku. Sepertinya James dan Daddy memang cukup akrab. Jadi dapat kusimpulkan pembicaraan antara James dan daddy hanyalah pembicaraan mengenai bisnis belaka.

Tunggu! Jika kuingat kembali, pada saat makan malam bersama James, daddy sempat mebampakkan wajah murka. Lalu daddy mengejutkan semua orang karena ia memukul meja dan membuat peralatan makan sedikit melompat.

Ya. Aku yakin! Pasti karena kalimat yang James ucapkan waktu itu.

Aku tak menyangka, delapan tahun setelah kejadian itu akhirnya kalian mengundangku untuk makan malam.

Aku masih mengingatnya meskipun sedikit samar-samar. Delapan tahun yang lalu?

Bukankah itu merupakan waktu yang sama ketika Leon pergi dari rumah? Ataukah yang James maksud delapan tahun yang lalu adalah hari yang sama ketika Leon pergi?

"Ehm!" suara dehaman seseorang kudengar dari sisi kiriku.

Baiklah. Siapapun orang itu ia berhasil menangkap basah diriku yang sedang bermalas-malasan saat ini. Mengingat aku hanya memainkan mouse-ku agar terlihat bekerja. Kuharap orang itu bukanlah Tuan Alba, ia pasti akan menegurku karena hal ini.


Dengan cepat aku membuka file-file yang berisi pekerjaanku, berusaha memperlihatkan pada orang itu jika aku sedang berniat bekerja.

"Nona Reed," panggil orang itu. Suara itu, aku mengenalnya dengan sangat baik.

Kulemparkan senyuman pada pemilik suara itu, Leon. Aku sangat terkesima jika ia menghampiriku di ruang kerjaku. Ini merupakan kedua kalinya, sungguh sesuatu yang teramat langka.

"Aku membawakan beberapa berkas untuk proyek terbaru," ucapnya sembari meletakkan beberapa lembar kertas yang berisi data mengenai client teebaru kami.

Berada di jarak yang begitu dekat dengan Leon benar-benar membuatku berdebar. Jantungku berpacu dengan sangat kencang, seperti aku baru melakukan lari marathon berpuluh-puluh kilometer. Biasanya ia selalu meminta Anthonny untuk membawakan berkas-berkas pekerjaan kami berdua ke mejaku. Tapi kali ini Leonlah yang ada di hadapanku, tanpa keterpaksaan.

Tentu saja aku tak membuang kesempatan ini. Aku langsung menyambar berkas-berkas itu. "Aku pernah mendengar mengenai perusahaan ini, penjualannya beberapa tahun terakhir sangat menurun. Dan hampir membuat mereka menutup perusahaannya."

Aku berlagak begitu mengenali perusahaan yang akan menjadi client kami. Aku menjelaskan cukup banyak hal kepada Leon. Aku memang sengaja melakukannya. Aku ingin terlihat sedang antusias dengan pekerjaanku dan mulai membuka diskusi antara kami berdua. Nyatanya, aku masih tak begitu ingin menumpahkan seluruh pikiranku pada perusahaan ini, aku tak begitu mood  untuk bekerja. Aku melakukan hal ini hanya untuk membuat Leon semakin lama bersamaku. Mebgingat Leon pasti akan langsung menghindariku jika aku mulai membicarakan hal yang bersifat pribadi.

"Kuharap kita tak membuat mereka menyesal mendatangi perusahaan in..."

"Diamlah," Leon memotong pembicaraanku.

Entah mengapa aku tak begitu terkejut ia melakukan hal itu padaku. Mungkin karena itu menjadi hal yang sudah terlalu biasa bagiku. Tapi tetap saja, caranya membubgkamku dengan kata-kata dinginnya membuatku kecewa.

Aku hanya terdiam sejenak. Setidaknya aku sudah mencobanya.

"Tak usah berpura-pura antusias dengan proyek ini. Aku tahu kau tak berkonsentrasi seharian penuh," ucapnya.

Ketika telingaku menangkap ucapannya, spontan hatiku semakin berdebar keras.  Leon, memperhatikanku. Aku begitu senang, bahkan rasanya aku ingin mentraktir seluruh karyawan perusahaan ini untuk makan malam. Seakan aku ingin membagikan kebahagiaanku kepada orang lain.

Tiba-tiba Leon semakin mendekat kearahku. Pada jarak sedekat ini aku bahkan bisa melihat kerutan pada kerah kemejanya dengan jelas. Pandanganku mengangkap matanya yang menatap sekilas ke jemari tangan kiriku. Sesaat kemudian ia menghela nafas panjang.

"Jika kau tak menyukai pria itu, kau tak perlu memaksakan diri untuk bertunangan dengannya,"

***

Tbc.

Akhirnya bisa up :v
jadi gimana? Ada yang bisa menangkap 'sesuatu' di chapter ini?

jil(L)eonWhere stories live. Discover now