33

9K 1.3K 57
                                    

"Jika kau tak menyukai pria itu, kau tak perlu memaksakan diri untuk bertunangan dengannya,"

Kukerutkan dahiku. Sekitar beberapa belas detik aku tak membiarkan pita suaraku bekerja. Mungkin karena aku terlalu terpana dengan wajah tampan milik Leon. Atau karena...

Karena kalimat yang baru saja diucapkannya padaku?

Kalimatnya seakan menyiratkan sesuatu, entah apa yang membuatnya kali ini begitu tertarik dengan urusanku. Kuhadiahi dirinya senyuman yang sangat lebar. Rasanya aku ingin mengucapkan kalimat sindiran kepada Leon yang telah mematahkan peraturan yang selalu dipegangnya selama ini. 'Jangan mencampuri urusan pribadi karyawan lain.'

Dan sekarang? Haha.

Namun kuurungkan niatan itu, aku masih begitu ingin menikmati saat tubuh kami berjarak sangat dekat seperti saat ini. Kuharap Tuhan berbaik hati untuk menghentikan waktu saat ini, dan membiarkanku menatap wajah Leon sedikit lebih lama.

Perlahan aku semakin mendekatkan wajahku pada wajah Leon. Aku tahu, ini adalah hal yang sangat gila, aku tak bisa berhenti menatap bibir pria itu. Bibir yang merampas ciuman pertamaku. Bibir milik Leon. Bolehkah aku mendapatkannya kembali?

Tiba-tiba deringan ponselku berbunyi begitu nyaring. Sontak kujauhkan tubuhku dari Leon, begitu pula dengannya. Oh Tuhan, hampir saja!

Kini jantungku berpacu jauh lebih kencang. Lebih tepatnya kali ini bukan Leon yang menjadi penyebabnya, melainkan aku begitu terkejut dengan suara ponselku sendiri. Rasanya aku sangat ingin memuntahkan jantungku sendiri.

James.
Nama itulah yang tertulis di layar ponselku. Argh! Kau menelepon di waktu yang sangat tepat James sialan!

James berhasil merusaknya!

"Nada deringannya sangat mengganggu telingaku, bisakah kau mengangkatnya saja?" Leon berlagak kembali menjadi Leon yang dingin kepadaku. Kuharap ia tak menyadari jika beberapa saat lalu aku mencoba menciumnya.

Dengan sigap kuangkat panggilan itu. Aku tan ingin Leon kesal karena diriku. "Halo?"

"Aku sudah menunggumu di lobby. Maafkan aku, aku tak bisa menjemputmu langsung di ruangamu, aku tak ingin Tuan Alba melihatku hari ini dan memaksaku turut hadir di pertemuannya dengan para investor," suara James terdengar memberikanku penjelasan yang cukup panjang.

"Aku mengerti, aku akan turun beberapa menit lagi," Balasku. Tanpa menunggu James untuk membalas kalimatku, dengan senang hati aku memutuskan sambungan telepon kami.

"Kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu?" Tanyaku pada Leon.

"Mengenai?"

"Pertunanganku,"

Leon terdiam sejenak. Apa sebenarnya yang dipikirkannya?

Lalu ia semakin menjauhkan dirinya dari diriku. "Aku hanya tak ingin pekerjaanku terhambat karena dirimu yang sibuk memikirkan pertunanganmu," jawabnya.

Kupikir ada hal lain yang tersirat pada kalimat itu. Ternyata ia mengkhawatirkan pekerjaannya.

"Aku harus pergi," ucapku. Kubergegas untuk sesegera mungkin pergi dari tempat ini.

Semakin lama aku menatap Leon, hanya akan membuat hatiku semakin perih. Mungkin karena sebelumnya aku berharap Leon mengatakan kalimat itu karena ia tak menginginkan pertunangan aku dan James dibatalkan.

Kuberlalu begitu saja meninggalkan Leon di ruang kerjaku seorang diri. Andaikan saja ia mengatakan jika ia tak menyetujui pertunanganku dan James, dengan senang hati aku akan membatalkan jadwalku bersama James untuk makan malam.

Namun, kenyataannya aku hanya dapat berandai-andai.

Samar-samar kulihat melalui dinding kaca yang ada di sisi lorong, aku melihat Leon keluar dari ruanganku dan menatap ke arahku sembari terdiam di tengah-tengah koridor. Ia terus menatapku.

Kemudian aku menoleh ke arahnya yang berada jauh di belakangku, tak sengaja pandangan kami berdua bertemu.

Jika kau tak menyukai pria itu, kau tak perlu memaksakan diri untuk bertunangan dengannya.

Leon, katakan padaku. Apa ada hal lain yang kau maksud pada kalimat itu?

Tbc.


jil(L)eonWhere stories live. Discover now