🍰. 7

3.3K 612 183
                                    


"Niel, tidak apa. Aku tahu halte dekat sini. Tidak usah mengantarku," ujar Seongwu agak nyaring dari ruang tengah kepada Daniel yang menyuruhnya menunggu selagi ia memberi makan Rooney dan Peter di dapur.

Pria berbahu lebar itu berdiri setelah rampung memberi makan kucing-kucingnya, berjalan tidak sabar ke ruang tengah untuk menghampiri Seongwu yang berdiri di belakang sofa abu-abu muda.

Kepala kecilnya menunduk penuh konsentrasi, tangan kiri mendekap jaket tebal yang terlipat rapi, jemarinya dengan cekatan melompat-lompat di layar handphone diiringi mulut yang bergumam sesekali. Mungkin memberi tahu Doyeon kalau ia akan pulang sebentar lagi.

Bahkan berdiri begitu saja, dengan pakaian kemarin malam dan rambut yang tidak disisir, Seongwu sudah benar-benar terlihat indah di mata Daniel. Lihatlah bulu matanya yang panjang itu. Daniel meronta dalam hati.

"Tidak mau. Kalau kau kekeuh pulang sendiri, aku ngambek."

Astaga.

Seongwu secara spontan mendongak dan mengerjapkan matanya begitu mendengar balasan Daniel yang kekanak-kanakan. Pria itu sudah berdiri beberapa langkah di depannya.

Bibirnya mengerucut tidak suka, wajahnya ia tekuk, pipinya yang cukup gembil itu seperti bakal jatuh. Jangan lupakan tangannya yang bersilang di dadanya, mengintimidasi. Daniel saat ini terlihat seperti bocah 12 tahun yang memiliki fisik besar semata-mata karena kelebihan gizi.

Apa dia baru saja mengancamku?

Kalau Seongwu tidak ingat situasi, ia pasti sudah menerjang Daniel sambil memainkan pipi pria yang lebih tua dan bermanja-manja (karena mereka berdua bodoh). Tapi tidak. Yang ada malah Seongwu tidak jadi pulang.

"Niel, please. Jangan seperti ini. Aku tahu cara naik bus!"

"Aku telpon Woojin!"

"Jangan melibatkan Woojin!"

"Kalau begitu biarkan aku mengantarmu! Apakah ada yang kau sembunyikan dariku? Kau mau mendatangi organisasi gelap? Aku tidak akan menghakimi-"

"DANIEL!"

Daniel langsung berhenti berkilah. Batasannya adalah kalau Seongwu sudah memanggil namanya, artinya ia sedang serius. Tapi saat ini Daniel juga tidak kalah serius.

Tidak tahu kenapa, ia tidak suka membayangkan Seongwu pulang sendirian dan Daniel hanya duduk nyaman di rumah. Bahkan beberapa bulan ini, kalau tidak menyuruh sidekick-nya, Park Woojin untuk mengantar jemput Seongwu ia tidak bisa tenang.

Bukannya Daniel tidak percaya Seongwu untuk menggunakan transportasi publik, tetapi ia merasa seperti menelantarkan anak kucing di sudut jalan setelah memberi makan sedikit. Oke, analogi yang buruk. Tapi seperti itulah rasanya.


Seongwu menghela nafas melihat wajah Daniel. Ia tidak lagi nampak merajuk. Pria itu terlihat menahan diri untuk tidak bicara. Menghadap ke arah lain.

Terkadang Seongwu benar-benar kelabakan menghadapi Daniel kalau sifat posesif slash manjanya kumat. Mungkin ini adalah karma karena sudah mengunggah foto telinga terlipat for the whole site to see.

"Baiklah. Antar aku." Seongwu buru-buru menambahkan setelah melihat Daniel yang spontan memutar kepala ke arahnya dengan mata membulat takjub, "Tapi aku yang menyetir. Titik. Daniel, jangan melompat-lompat!"


Terkadang pula, Daniel kerap bertingkah seperti anjing besar. Omong-omong Seongwu adalah seorang dog person. Hm.

With Extra Sugar [ONGNIEL]Where stories live. Discover now