Prolog

7.5K 326 124
                                    

Enjoy the story... :)


***

"Kau seharusnya menghormatiku! Sungguh, aku tak akan segan-segan mengadukan hal ini pada ayahmu," desis wanita itu, memeluk tubuhnya sendiri dan menampilkan wajah beringas yang sama sekali tidak sukses membuat laki-laki di depannya takut.

"Menghormatimu?!" cibir laki-laki itu dengan nada tinggi. Tiba-tiba merasa geram.

"Oh, young lady. Kau bahkan lebih muda dariku. Sebenarnya, rencana licik apa yang sedang kau susun di balik wajah polosmu itu, hmm?" tanya sang pria, mengelus dagunya sendiri. Terlihat berpikir keras.

Seraya kembali melangkah maju, kedua mata pria itu menelusuri lekat-lekat penampilan wanita di depannya—yang perlahan mengambil langkah mundur, ketika menyadari ancaman dari tatapan mematikan yang dihunuskan sang pria.

"Kau tak perlu mendekati si tua itu. Kau bisa datang padaku dan aku akan mewujudkan semua yang kau inginkan. Aku dan ayahku, tak ada bedanya bukan, bagi wanita tamak sepertimu?" Sang pria melarikan jemarinya menyeka sisa-sisa air mata pada sebelah pipi sang wanita yang tak bisa mundur lebih jauh lagi karena tembok di belakangnya.

Dengan kasar, sang wanita menepis sentuhan yang membuat sekujur tubuhnya bergetar hebat.

"Kau sama sekali tak tahu apa yang kuinginkan! Otak dangkalmu itu sepertinya perlu masuk bangku sekolahan!! Sudah kukatakan berulang kali, berhenti bertingkah seolah-olah kau mengetahui segalanya! Kau ti—"

Wanita itu belum sempat memuntahkan semua luapan emosinya ketika ia merasakan kedua kakinya tidak lagi menapak lantai.

"Watch your mouth, lady! Kau ingin bermain kasar, eh? Baiklah, karena tak ada gunanya bicara baik-baik dengan racun sepertimu, bukankah begitu?"

"Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku sekarang juga!!" pekik wanita itu dari atas bahu pria yang kini sedang memanggul tubuhnya layaknya karung beras.

Kedua tangan wanita itu terkepal dan memukul-mukul kesal punggung kokoh yang berada tepat di depan wajahnya.

Pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan oleh perempuan yang tidak berhenti bergerak layaknya cacing kepanasan— tidak lantas membuat pria itu menghentikan langkahnya menuju pintu.

"Kau akan membawaku ke mana?!" teriak sang wanita panik, mengerahkan tenaga dalamnya dan mencoba turun dari bahu sialan itu.

"Kira-kira tempat apa yang cocok untuk racun sepertimu? Kau ada ide?" tanya pria itu, mempermainkan emosi sang racun.

Wanita yang tersinggung dengan kata racun itu menggeram pelan, "Turunkan aku!!"

"Sabar saja, aku pasti menurunkamu. Tapi tidak di sini," jawab pria itu dengan kekehannya yang menjengkelkan, lalu keluar dari pintu dengan sang racun yang semakin memberontak hebat di atas bahunya.

***

Hai lagii... Mau nanya dong, gimana prolognya? hehe

Ada yang tertarik dan mau lanjut bacakah? Kalo ada, vote, komen yang banyak yaa ;)

Yuk, lanjut ke part 1 hehe

Sincerely,
SarahRS

Bogor, 10 Desember 2017

My Perfect PoisonOnde histórias criam vida. Descubra agora