[22] Grey Morning

1.7K 150 47
                                    

Vote dan komen dinanti selalu ❤
================================

Sang Surya sudah hampir menyingsing saat titik-titik hujan yang semakin deras berebut menghempas tanah pagi itu. Memaksa awan mendung menelan pendar-pendar cahaya matahari yang membias di atas langit seisi kota.

Sepasang mata itu beralih menyaksikan tetes-tetes air membentur jendela tak jauh dari tempatnya duduk sejak beberapa jam lalu itu.

Biasanya, suara gemericik air hujan membuatnya damai. Tapi tidak berlaku untuk saat ini. Saat-saat di mana dia pernah berada di posisi dan tempat yang hampir sama.

Terombang-ambing dalam ketidakpastian menanti seseorang yang ia harap akan ke luar dari pintu itu.

Ingatannya terlempar mundur dan menariknya ke dalam kenangan berisi salah satu peristiwa pahit sepanjang hidupnya di bumi.

"Mommy?" anak laki-laki bermata biru itu terlonjak berdiri dari kursi ketika seseorang keluar dari pintu yang ia perhatikan sedari tadi. Pintu yang ia harapkan akan terbuka dan mommy-nya yang sedang anak itu tunggu-tunggu keluar dari sana.

Lily, sang bibi yang duduk di sebelahnya menoleh ke arah yang sama, ke arah beberapa petugas rumah sakit yang sedang mendorong ranjang berisi tubuh tak bernyawa yang telah tertutup kain putih yang terjulur sempurna.

Wanita itu terpaku dan menarik sang keponakan ke atas pangkuannya. "Mommy-mu sedang di dalam, Sammy. Dokter sedang mengobati Mommy agar lekas sembuh dan pulang bersama kita ke Inggris," jawab Lily dengan suara bergetar. Matanya kembali terangkat menatap ke ujung koridor, ke arah langkah tergesa petugas yang mendorong ranjang yang melewat di depan mata mereka tadi.

Tangan kecil Samuel terulur menunjuk titik di ujung koridor tersebut. Lily mengerti maksud Samuel kecil dan tersenyum sedih.

"Bibi tadi sudah tidak merasakan sakit lagi, sayang. Malaikat sudah menjemputnya dan membawanya ke surga," jawab Lily mencoba menjawab dengan tenang.

Samuel, yang saat itu masih terlalu kecil untuk mengerti maksud sebenarnya dari ucapan Lily malah terlihat antusias. "Mommy bilang padaku semalam, Mommy ingin pergi ke surga. Apakah Mommy akan segera pergi ke surga juga, Bibi?" tanya Samuel yang usianya tak lebih dari 5 tahun itu menatap Lily dengan polosnya.

Air mata menggenang di pelupuk mata Lily. Ia mengalihkan pandangan dan menghapus cepat tetesan di matanya. "Semalam Mommy-mu mengatakan itu, Samuel?" tanyanya kembali menatap keponakan kecilnya.

Tuhan, apakah itu suatu firasat? Tidak-tidak. Evelyn pasti bisa melalui semuanya dan kembali menemui putra yang sangat dicintainya ini.

Samuel kecil mengangguk-angguk. Kerutan di kening Samuel tak luput dari perhatian Lily. Anak itu seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Apakah Mommy menangis?"

"Mengapa Mommy-mu harus menangis, sayang?" tanya Lily tanpa sadar.

"Aku melihat kepala Mommy berdarah. Mommy pasti sangat sakit karena ia malah tertidur saat aku memanggil-manggilnya tadi."

Samuel mengingat darah yang membanjiri kepala sang ibu yang masih memeluk tubuh kecilnya erat, setelah tiba-tiba kembali teringat suatu hari ia pernah terjatuh dari sepeda lalu tak berhenti menangis karena lututnya yang terluka mengeluarkan darah dan ia sangat merasa kesakitan saat itu.

My Perfect PoisonWhere stories live. Discover now