4. Amit-Amit

52 8 6
                                    

"Amit-amit ntar lo jadi minat-minat"

••••••

🎵Havana- Camila Cabello.

Happy reading.

•••••

Seperti baru saja melihat hantu, begitulah tatapan murid kelas XI MIA 1, terkecuali Agatha yang menatap sekeliling dengan heran. Annisa saja bahkan melebarkan matanya dan membuka mulutnya walau sedikit.

Suasana yang tiba-tiba menjadi hening kembali seperti sedia kala-meski ada rasa canggung- saat suara tas yang sengaja dihempaskan kuat oleh Agave menggema. Yah, kedatangan Agave di les keenam membuat semua murid IPA 1 merasa tabuh. Nyatanya, Agave hanya akan masuk pada saat dua les terakhir pelajaran.

Bola mata Agave bergerak, melirik murid lainnya yang menatapnya tak percaya. Tak berapa lama, mereka kembali menjalankan aktivitasnya masing-masing.

Merasa acuh, Agave melipat tangannya di atas meja dan kembali tidur dengan tangan sebagai bantalannya.

Sementara Agatha, dia melihat Agave lalu bergantian menatap Annisa yang masih saja memasang tampang bodohnya, menurut Agatha. Kemudian mengambil kemasan air dingin yang dibelinya di kantin, menempelkannya ke pipi Annisa dengan jahil.

Rasa dingin dan panas menjalar di pipi Annisa, membuatnya tersadar dan memekik. "Eh, Anju. Ya ampun, kok dingin?"

Kekehan Agatha di sampingnya membuat Annisa yakin bahwa Agatha-lah pelakunya.

"Apaan sih lo, Gat?"

"Elo sih, bengong gitu. Wajah jelek aja malah dibengongin. Tambah jelek tau." Agatha masih saja dengan mode jahil on-nya menghina Annisa. Annisa menekuk wajahnya dan menatap Agatha kesal.

"Dasar anak baru rese." Dengus Annisa.

Agatha menatap Annisa serius lalu melihat sekilas Agave. Annisa yang masih saja menekuk wajahnya dan mengomel kecil hanya menyahut seadanya ketika Agatha memanggil namanya.

"Cak, Ca, Cak. Cicak cicak di dinding. Diam-diam mengomel. Datang Agatha manis. Hup, Agatha ca-"

"Is... apaan sih, Gat?" Annisa menatap sebal Agatha yang mengguncang tubuhnya. Agatha mencengir dan bertanya, "Kenapa sih kalian tadi? Kok kalian pada ngelihatin dia kayak baru lihat hantu, aja. Ada apaan sih?" Tanya Agatha sesekali melirik Agave yang tertidur.

Annisa juga ikut melirik Agave. "Anak baru gak usah kepo."

"Ih... Icak. Kasih tau dong. Gue penasaran kenapa dia begitu disegani?"

Annisa mendecak lalu menyentil dahi Agatha. "Pertama," Annisa kembali menyentil dahi Agatha. "anak baru gak usah kepo. Kedua," Annisa kembali lagi menyentil dahi Agatha. "anak baru gak tau apa-apa. Dan terakhir," Annisa kembali menyentil dahi Agatha lagi. "Cari tau aja sana, males gue."

Empat sentilan mengenai dahi Agatha membuat dia mengusap-usap dahinya. Dia cemberut mendengar Annisa yang menjadi sosok tak bersahabat padanya. "Ih... Icak. Maafin gue. Jangan jutek gitu napa, Mbak."

"Lo rese sih!"

Agatha menjentikkan jarinya, "Gimana kalau kita main QnA."

"Malas."

"Ayolah, Icak."

"Males."

"Ica..., gue traktirin lo hari ini gimana?"

gefrorenes Herz [REPOST]Onde histórias criam vida. Descubra agora