Lembaran Baru

1.9K 49 7
                                    

Zizi masih larut dalam kesedihannya, tanpa kabar sedikitpun dari Rama. Ia benar-benar telah merasa putus asa. Ya Rabb, apa cintaku kali ini akan gagal kembali? Ku mohon, kembalikan Rama padaku. Jangan hancurkan impian kami hanya karena kesalahpahaman ini. Gumam Zizi dalam hatinya sambil memandangi cincin yang masih melingkar dijarinya. Sekejap lamunannya buyar karena bundanya tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya.

"sayang, buka pintunya dong." Pinta bundanya.

"iya bunda tunggu sebentar." Sahut Zizi sambil menghapus airmatanya dan langsung membuka pintu kamarnya. "ada apa bunda?"

"kamu menangis lagi? Udah sayang, bunda kan udah bilang semuanya akan baik-baik saja. Ayo ikut bunda." Ajak bundanya sambil menarik Zizi.

"kita mau kemana bunda?" Tanya Zizi bingung.

"melihat sesuatu yang akan membuatmu berhenti menangis lagi." Jawab bundanya.

Ketika sampai diruang tamu, Zizi merasa senang, haru sekaligus merasa takut saat melihat Rama yang tengah duduk dikursi tamunya bersama kedua orang tuanya. Zizi diam mematung dan kembali meneteskan airmatanya.

"ayo duduk disini sayang." ajak ayahnya sambil sedikit menepuk-nepukkan tangannya pada kursi yang ada disampingnya. Dengan segera Zizi menghapus kembali airmatanya dan duduk mendekati ayahnya itu.

"ya ampun sayang apa yang terjadi padamu? Kenapa mata kamu sembab seperti itu? Kamu baik-baik aja kan?" Tanya tante Ine bingung.

"Zizi baik-baik aja tan, ini karena Cuma kurang tidur aja." Jawab Zizi sambil melirik kearah Rama. Rama sama sekali tidak mengatakan sepatah katapun melihat keadaan Zizi seperti itu, ia hanya duduk diam dan memandang lekat pada Zizi.

"syukurlah kalo kamu baik-baik aja." Ujar tante Ine tersenyum pada Zizi. "ayo pa, mulai aja ngomongnya." Pinta tante Ine pada suaminya.

"oh iya, begini pak Julian. Kedatangan kami kesini dengan maksud untuk membicarakan hubungan anak-anak kita ini." Zizi mulai merasa gugup dengan pembicaraan itu, ia sudah hampir pasrah dengan keputusan apapun yang akan dipilih oleh Rama sekalipun itu adalah pemutusan pertunangan mereka walaupun sebenarnya Zizi berharap itu tidak akan pernah terjadi. "bagaimana kalau pertunangan mereka kita akhiri saja?"

Zizi terperanjak mendengar kalimat yang keluar dari mulut ayah Rama. Ia kembali meneteskan airmatanya dan menggenggam erat tangan ayahnya. Melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Zizi, ayahnya mulai merasa gelisah.

"eehh, apa maksud semua ini? Apa yang membuat pak Nasir berpikiran seperti itu? Apa putri ku melakukan kesalahan?" Tanya ayah Zizi bingung.

"oh bukan seperti itu maksud kami pak, bapak tenang dulu. Yah, kami pikir pertunangan mereka harus diakhiri dan kita ganti dengan pernikahan mereka. Karena menurut kami, mereka juga sudah sama-sama dewasa. Sudah seharusnya kan mereka untuk menikah. Kemarin Rama bicara pada saya bahwa ia ingin mempercepat pernikahan mereka. Bagaimana pak?" Tanya ayah Rama.

"oohh.. ya ampun pak, saya kira tadi.. sudahlah lupakan. Kalau saya pribadi setuju saja, tapi keputusan ini saya kembalikan pada putri ku ini. Bagaimana sayang? kamu setuju?" Tanya ayahnya pada Zizi. Zizi merasa sangat bahagia mendengar kalimat tersebut, namun ia masih mengkhawatirkan Rama yang masih belum mau bicara apapun padanya. Sebelum ia menjawab persetujuan itu, Zizi melihat kearah Rama. Rama pun tersenyum hangat pada Zizi mengisyaratkan bahwa Zizi juga harus menyetujuinya. Melihat Rama telah tersenyum padanya, Zizi mulai tersenyum lebar.

"Zizi mau ayah, Zizi setuju menikah dengan Rama." Jawab Zizi dengan gembiranya.

"ohh hahaahaha ternyata mereka memang sudah sama-sama tidak sabar ya." Ledek ayah Rama pada Zizi dan Rama. Zizi hanya tersenyum tersipu malu. "selamat pak Julian, akhirnya kita akan menjadi besan juga. Sebentar lagi Putrimu akan menjadi putriku juga." Seru ayah Rama sambil berpelukan dengan ayah Zizi.

"iya pak Nasir, putramu juga akan menjadi putraku juga." Ujar ayah Zizi. dan merekapun tertawa gembira bersama.

"baiklah-baiklah. Pernikahan mereka akan kita laksanakan satu bulan setelah pernikahannya Era. Bagaimana?" Tanya ibu Rama.

"ide yang bagus, semakin cepat semakin baik." Ujar ibu Zizi.

"baiklah. Aku pasti akan sangat repot dengan persiapan ini. Tapi demi pangeran dan putriku ini, semuanya akan indah, rasa lelahpun tidak akan terasa." Ujar ibu Rama.

"mama gak usah lebai, malu sama anak menantu." Goda Rama pada mamanya. Dan merekapun tertawa bersama. Suasananya mulai mencair.

***

"kamu itu memang sulit ditebak. Aku hampir mati menanggung kemarahan kamu yang kemarin. Tapi hari ini.." ungkap Zizi pada Rama dan belum selesai melanjutkan kalimatnya, Rama telah menutup bibir Zizi dengan jarinya.

"shuuuuttttt...jangan katakan apapun. Lupakan masalah kemarin, anggap itu sebagai bumbu penyedap untuk hubungan kita. Kamu gak menyesal kan memilih aku sebagai pendampingmu?" Tanya Rama.

Dengan senyumnya Zizi menggelengkan kepalanya. "aku gak menyesal sama sekali dan gak akan pernah menyesali keputusan ku itu. Membangun indahnya rumah tangga bersamamu adalah impian terindahku. Aku mencintaimu Ram." Seru Zizi dengan airmatanya yang kembali berlinang.

"ya, aku tahu itu." Jawab Rama dengan percaya diri. "jangan menangis lagi, aku hanya ingin melihat bidadari ku ini tersenyum manis bukan menangis. Maafkan aku telah membuatmu menangis kemarin, aku berjanji padamu sayang, aku tidak akan pernah membiarkan airmatamu itu menetes lagi untuk sebuah kesedihan. Aku akan selalu membuatmu bahagia. Kamu maukan mati bahagia denganku? Bukan hanya hidup bahagia, namun matipun kita harus tetap bahagia." Jelas Rama menenangkan perasaan Zizi.

"aku bahagia jika kamu disampingku. Jangan pernah tinggalkan aku untuk alasan apapun." Pinta Zizi.

"gak usah diminta, aku tidak akan melakukannya. Ayo tersenyum sekarang, aku merindukan senyummu itu." Goda Rama. Zizi pun tersenyum.

Selalu ada kebahagian yang terselip dalam setiap tetesan airmata yang pernah mengalir, sedih karena jatuh adalah suatu hal yang wajar. Tanpa adanya kejatuhan, maka tidak akan pernah tahu caranya untuk bangkit. Terjebak dalam lingkaran perasaan yang pernah dibuat sendiri itu bukan sebuah kesalahan, namun sebuah pembelajaran untuk mengenal arti dari kesabaran tanpa batas, rasa ikhlas tanpa rasa sakit dan setiap usaha untuk keluar dari lingkaran kebimbangan. Mencari cahaya dalam gelap memang tidaklah mudah, namun sesuatu itu akan tetap indah pada waktunya.

***

THE END

Indah Pada WaktunyaWhere stories live. Discover now