Part 2

122K 6.2K 214
                                    

Luna

Aku menengok kanan kiri ketika pagi itu aku masuk ke ruangan dosen di lantai dua. Ruangan itu masih sepi. Belum ada satupun dosen yang berangkat. Ya wajar sih, ini masih jam setengah tujuh. Aku terpaksa berangkat pagi untuk ngembaliin jurnal milik Pak Reza. Aku tidak tahu Pak Reza hari ini ada kuliah pagi apa tidak. Maka dari itu, aku berniat mengembalikannya sebelum dia datang. Setelah meletakkan jurnal itu di meja, aku langsung bergegas keluar.

Aku barusaja keluar dari pintu fakultas bagian samping ketika aku memergoki Pak Reza sedang bersama seorang perempuan yang aku yakini adalah salah satu mahasiswa disini. Pasalnya, aku pernah melihat perempuan itu beberapa kali. Perempuan itu sangat cantik. Sumpah, aku nggak bohong. Mataku melebar ketika melihat perempuan itu mencium punggung tangan Pak Reza.

" Itu istrinya? Masak Pak Reza udah nikah? Bukannya masih single? Eh apa pacarnya?" Aku bergumam sendiri melihat pemandangan di depanku.

" Aku kuliah dulu ya mas."

" Iya. Kuliah yang bener." Aku semakin tertegun ketika Pak Reza mengusap kepala perempuan itu. Ketika mereka berdua tersenyum, entah kenapa aku ikut tersenyum. Kalau dilihat-lihat, wajah mereka tampak mirip. Orang bilang, kalau jodoh itu wajahnya mirip. Jangan-jangan perempuan itu beneran istri Pak Reza?

" Sejak kapan berdiri disitu?"

" Eh?" praktis aku tergagap mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu.

" Sejak kapan berdiri disitu?" Pak Reza mengulangi pertanyannya.

" Eh barusan kok pak. Oh iya, saya sudah mengembalikan jurnal milik bapak. Terimakasih ya pak." Ucapku sambil tersenyum sopan. Walau bagaimanapun, dia adalah dosenku.

"Ya." Setelah menjawab itu, Pak Reza langsung berjalan melewatiku begitu saja. Seketika itu aku melongo menatap Pak Reza yang berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.

" Busyettt... Nggak ada kalimat yang lebih singkat lagi apa?." Gumamku tidak habis pikir.

***

Reza

" Loh itu beneran emang? Beneran mau ada acara reonian?" tanyaku pada Aji yang saat ini sedang sibuk dengan ponsel ditangannya.

" Makannya Za, sekali-kali kamu tuh buka grup alumni." Timpal Satyo sambil melemparku dengan kulit kacang.

" Males scroll."

" Alesan. Mentang-mentang sibuk jadi dosen, kamu lupa dah sama kita-kita." Kini giliran Bayu yang bersuara.

" Ya bukannya gitu. Akhir-akhir ini aku beneran lagi sibuk. Ada dosen yang pindah dan aku yang jadi pengganti beliau. Mana beliau ngajar banyak kelas." Balasku membela diri.

" Ya tapi kalau cuma buat baca chat di grup masak nggak sempet?"

" Ya bukannya gitu juga."

" Tapi nih Za, ha—"

" Udah lah Sat. Gitu aja diributin." Tukas Aji, mencoba melerai.

Oh iya, sebelumnya perkenalkan ketiga sahabatku. Yang pertama, dia Aji. Prasaji Satya Winata. Dia adalah teman yang pembawaannya paling tenang sekaligus yang paling tua diantara kami berempat. Yang kedua, Satyo. Satyo Wirakarsa. Dia adalah yang paling crewet sekaligus paling usil dan dia sulit sekali diam. Sementara yang terakhir, dia adalah Bayu. Bayu Nugraha. Dia adalah si playboy yangpaling doyan gonta-ganti cewek. Diantara ke empat sahabatku, Aji-lah yang paling dekat denganku. Selain aku rasa sifat kami cocok, kami juga lahir ditahun yang sama.

" Tuh dengerin si Aji." Ucapku sambil menyeruput kopi hangat yang ada di depanku.

Seperti biasa, ketika kami berempat kumpul, banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari masalah kerja sampai masalah perempuan. Dan untuk masalah yang terakhir itu, aku selalu memilih untuk diam. Kenapa? Itu karena aku mempunyai kenangan buruk. Dan aku malas untuk membahasnya. Mungkin lain kali jika timing-nya pas, aku akan bercerita pada kalian.

I love You, Sir! [END DI DREAME]Where stories live. Discover now