"Kak Seongwoo!"
Seongwoo yang baru saja keluar dari kelas menoleh, bingung menatap Doyeon. Mereka berdua menepi ke bagian koridor yang lebih lengang dari arus kelas 12 IPA yang baru saja keluar kelas.
"Kenapa kesini? Kalo mau bareng bilang aja, ntar gue samperin." Seongwoo mengusap tengkuknya sambil melihat sekeliling. Seolah waspada. "Lo nggak papa kan?"
"Kelas gue gurunya nggak ada jadi pulang duluan." Doyeon membalas, kemudian menatap Seongwoo dengan mata memicing. "Harusnya gue yang tanya. Lo nggak papa kan, kak?"
"Hah? Gue? Gue kenapa?"
Doyeon menggigit bibirnya ragu, tidak ingin menjawab tapi raut Seongwoo sudah terlanjur penasaran. Nggak sengaja, tatapan Doyeon tertuju pada Daniel yang berdiri bersedekap di ambang pintu kemudian sadar kalo Daniel mendengarkan. Daniel hanya mengangguk sekilas. Isyarat bahwa Doyeon bisa meneruskan apa yang mau dia omongin tanpa perlu menghiraukan Daniel.
"Doyeon? Lo liat kemana? Ngelamun?" tegur Seongwoo sambil melambai di depan Doyeon.
Doyeon tersentak mendengar panggilan Seongwoo. "Eh? Enggak kok."
"Lo nanyain itu tadi kenapa?"
"Kakak nggak dapet teror kan?"
"Teror apaan? Bentar... lo dapet teror?" suara Seongwoo makin rendah, kayak bisikan. "Teror gimana? Cerita sama gue."
"Gue... gue dapet surat."
"Surat cinta?"
"Yakali, kak!" Doyeon menendang main-main kaki Seongwoo. "Surat cinta mah bukan teror!"
Seongwoo nyengir, lalu merangkul Doyeon. "Sambil pulang ayo."
Doyeon cuma ngangguk, kembali menoleh pada Daniel yang hanya tersenyum tipis. Kemudian berbalik, meladeni racauan Seongwoo dan berusaha bersikap seperti benar-benar pacar Seongwoo.
Sebenarnya ada alasan kenapa Doyeon meminta bantuan untuk pacar pura-pura pada Seongwoo. Pertama, jikapun ada sesuatu yang terjadi, Doyeon tahu Daniel bakal ngelindungin Seongwoo, apapun resikonya. Selain itu, tidak ada yang lebih meyakinkan untuk jadi pacar pura-pura selain Seongwoo, karena dulu mereka pernah hampir pacaran juga.
Doyeon pikir, orang itu bakal berhenti pas tau Doyeon punya pacar. Tapi nggak tahunya malah nggak peduli dan malah menaruh surat di lokernya.
"Yeon? Lo dengerin gua nggak?"
"Eh, maaf kak." Doyeon menelan ludah.
Seongwoo narik napas panjang sambil nepuk-nepuk puncak kepala Doyeon. "Masih kepikiran ya? Lo dirumah sendirian?"
Doyeon ngangguk. Mamahnya emang nggak pernah di rumah karena bisnis kemana-mana sementara papanya sibuk di luar Korea. Kakaknya, Taehyung juga ada di kota sebelah. Doyeon pengen nyamperin, tapi dia takut cuma mengganggu dan menghambat Taehyung doang.
Soalnya ya Taehyung itu sayang banget sama Doyeon, makanya kalo lagi sama-sama itu pasti Doyeon yang pertama kali Taehyung urusin. Setelah Doyeon, baru tugasnya, baru pacarnya, baru hal-hal lainnya. Jadi Doyeon nggak enak aja sama kakaknya.
"Ortu lo lagi pergi? Kapan pulangnya?"
"Kalau papa nggak tau, tapi mamah biasanya sore banget baru datang."
"Mau ke rumah gue aja dulu?" Seongwoo menawarkan. "Lo bisa sekalian curhat sama nyokap gue. Ntaran kalau mama lo udah pulang, baru gue anter."
"Nggak papa?"
"Ya nggak papa, siapa yang ngelarang. Gini ya gue kasih tau, nyokap gue itu hebat. Bisa bikin cowo seblangsak Daniel, Woojin, Haknyeon sama Guanlin aja kalem." Seongwoo ketawa, lucu gitu bikin Doyeon gemas. "Juga kali aja nyokap gue nemu cara supaya lo nggak diganggu lagi."

YOU ARE READING
[h] sohib
FanfictionKang Daniel dan Ong Seongwoo itu sohiban sejak orok, tapi sama-sama bego. Daniel nggak sadar diri, Seongwoo kelewat nggak peka. Jadi kalau tiba-tiba ada suka, nggak tau mau ngapain. +boys love, slowburn, semi-baku. ©browniemuff, 2017.