Chapter 9 [Buruk]

1.7K 51 9
                                    

SDH
.
.
.
.
.

Brak!

Mata Sandra memanas, hatinya mulai gelisah. Ia mulai semakin tidak fokus melakukan praktek senamnya itu. Matanya tertuju pada kedua orang  yang saling bertabrakan di depan sebuah koridor kelas.

Kelas yang begitu ia hafal setiap sudutnya, dua irang yang begitu ia hafal gerak-geriknya, bahkan sampai baunya bisa ia cium dari jarak tempatnya berdiri.

Jangan salahkan ia yang mulai kehilangan fokus, tapi salahkan faktor yang membuatnya kehilangan fokus pada kegiatan yang ia sedang kerjakan.

Sebenarnya ia juga tidak mengharapkan hal itu terjadi, ia hanya berharap kekasihnya datang untuk duduk di pinggir lapangan sekedar untuk menontonnya menyelesaikan senam yang menjadi prakteknya. Namun, kenapa harus hal-hal yang tidak ia inginkan yang harus terjadi? Kenapa matanya harus melihat dua orang yang tidak ingin ia lihat saling berdekatan harus saling bertabrakan di depan matanya sendiri.

Tanpa sadar, Sandra mulai tidak mengikuti alunan musik. Ia bergerak lain dari gerakan teman-temannya, ia menciptakan gerakan yang berbeda. Karena fokusnya yang sudah terbagi-bagi.

"Sandraa woy!"

Sandra tersentak kala mendengar suara itu. Sehingga barulah ia sadar kalau gerakannya sekarang sudah tidak selaras dengan gerakan temannya lain. Ia melihat Cherly dan Nanda yang tak jauh di depannya sedang tersenyum ke arahnya.

Namun moodnya yang sudah rusak melihat kejadian itu. Ia tidak bisa membalas senyuman itu sehingga membuat Cherly dan Nanda serentak kebingungan.

Sandra bergerak mengikuti gerakan yang lain, berusaha fokus mengikuti musik. Dan segera menyelesaikan senam yang sedang ia lakukan. Jangan sampai ia mempermalukan diri sendiri karena apa yang dilihatnya itu.

Sudah selesai semua, prakteknya sudah kelar. Ia segera mengambil tempat duduk di sebelah Cherly dan Nanda yang sedari tadi dia sudah berada di tempat itu.

"Bu nilai aku berapaan?" Ujar Sandra pada guru penjaskesnya yang kini juga duduk bersebelahan dengannya.

Guru penjaskesnya hanya menoleh tersenyum kecil seolah paham ucapan muridnya itu.

"Kamu kurang fokus jadi nilainya cuma segitu."

"Yaaah ibu!"

"Biar aja segitu."

"Tambahin dong, Bu. Jangan pelit-pelit kasih nilainya." Cibir Sandra pada gurunya itu lantaran mereka memang sudah dekat.

"Yah enggak bisa dong, ibu harus adil dan sama rata. Lagian kenapa kamu bisa sampai kehilangan fokus, padahal tadi udah bagus." Sahut Bu Astri yang masih sibuk menulis di buku absensinya.

Sandra mendengus sebal. "Gara-gara orang iseng."

Cherly dan Nanda yang juga tidak mengerti hanya bisa terkekeh mendengar perkataan Sandra.

"Lain kali jangan sampai dan jangan mau diganggu kayak gitu. Masa udah diganggu soal hubungan mau diganggu soal pelajaran juga? Menang banyak dong dia."

Sandra hanya mengangguk kecil kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada kedua sahabatnya yang sesekali ia mengalihkan pandangannya pada koridor kelas Arvind. Apa yang dikatakan oleh Bu Astri yang tak lain adalah gurunya itu memang benar, bahkan sangat benar. Lain kali ia juga tidak akan mau di kalahkan seperti itu.

"Lo kenapa sih San?" tanya Gaby yang tiba-tiba datang menghampirinya yang sedang duduk bersama Cherly dan Nanda.

"Iya bener tuh lo diam aja dari tadi," sambung Cherly yang diikuti anggukan Nanda.

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Where stories live. Discover now