FOUR

1.4K 256 22
                                    

Pagi yang cerah

Pancuran jungkat-jungkit bambu bergerak perlahan menumpahkan air pada salah satu sisinya.

Camelia yang dihinggapi kupu-kupu putih

Sebuah pigura foto yang menampilkan sepasang pengantin pria dan wanita yang tengah berbahagia.

Jemari mengelus wajah seorang pria berambut merah yang terpotret bersama dirinya.

Netra (e/c) kembali menatap pintu gerbang yang tertutup.

Pintu terbuka pupil mata melebar, ekspresi penuh harap berubah menjadi kecewa karena yang muncul bukanlah sosok yang amat dinantikan.

"(Name)" Kuroo mendekat menatap sosok wanita yang tengah duduk merenung mengelus sebuah pigura photo.

"Selamat pagi Tetsurou," (Name) balas tersenyum kecil.

"Menunggu dia lagi?" Kuroo duduk di samping wanita yang tengah mengenakan baju terusan berwarna mocca.

Yang ditanya mengangguk semangat.

"Apa tidak lelah? Kudengar sudah hampir satu tahun Kau melakukannya."

Sekali lagi, yang ditanya menggeleng pelan.

"Tidak, aku selalu percaya Sei pasti akan muncul dari balik pintu itu," tutur katanya begitu pelan dan halus, menyiratkan sebuah perasaan tulus yang murni.

Manik hazel melirik resah ke arah sahabatnya.

"(Name) apakah Kau tau? Saat ini Kau tengah berada di sebuah desa terpencil di pinggiran Kyoto, kupikir akan sulit bagi Akashi untuk menemukanmu."

"Tidak Tetsurou, aku percaya dia akan kembali dan menemuiku disini."

"Kenapa?" Kuroo menoleh pada (Name). Wanita itu juga ikut menoleh menatap manik hazel milik sang pria.

"Karena ia adalah Akashi Seijuro."

Rasa pedih menghujam dada, bukan karena perasaan cemburu atau patah hati, tetapi karena perasaan penuh sesal dan kecewa. Kuroo berusaha menyembunyikan semua perasaan itu dengan satu senyuman kecil.

"Mau jalan-jalan?"

.

.

.

.

.

.

.

***

Jalanan yang belum diaspal

Maple yang berguguran

Dua pasang kaki melangkah menapaki jalan setapak menuju puncak bukit.

Manik (e/c) tak hentinya berbinar senang menatap alam sekelilingnya.

Perjalanan yang mereka lalui terlalu indah untuk di lewatkan

Pepohonan yang menguning di musim gugur sangat indah

Kuroo tersenyum kecil mendapati reaksi wanita yang tengah berjalan di sampingnya.

Mungkin ini pertama kalinya bagi (Name) menginjakkan kaki keluar dari gerbang setelah sekian lama.

"Ups," (Name) hampir tersandung, namun Kuroo dengan sigap menahan tubuhnya.

"Hati-hati sebentar lagi kita sampai."

"Tetsurou apa tidak apa-apa?"

"Tenang saja, aku sudah minta ijin Riko-san."

(Name) menghela napas lega kala mendengar perkataan Tetsurou. Dirinya tidak mau menjadi beban dan mengkhawatirkan wanita tua yang telah merawat dan menjaganya selama di desa.

"Nah sudah sampai."

Kini mereka tengah berjalan menyusuri sebuah arena perkebunan.

"Wah aku tidak tau disini ada buah kesemek," netra (e/c) berbinar senang menatap kesemek yang bergelantungan manis pada setiap dahan pohon yang mereka jumpai.

Kuroo tersenyum geli, "Sugawara-san pernah memberitahuku soal tempat ini."

"(Name) lihatlah."

Yang dipanggil berbalik, sebuah senyuman lebar terukir tanpa sadar di wajahnya.

Pemandangan serba orange di kaki bukit tampak serasi dengan langit biru yang cerah.

"Indahnya."

"Lihat aku orang yang baik kan," Kedua alis sang pria diangkat meminta pengakuan dari si wanita.

Kalimat tersebut dibalas dengan sebuah anggukan kecil, "Tentu Kau benar-benar orang yang baik Tetsurou."

Kuroo bisa merasakan dadanya sedikit berdebar.

"Saat Akashi pulang, kita bisa kan kembali lagi kesini bertiga?" manik (e/c) menatap Sang Dokter.

Kuroo terdiam agak lama sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Tentu saja."

.

.

.

[To be Continued]

HOPE ❄️ || Kuroo TetsurouWhere stories live. Discover now