La Mer

1.2K 117 28
                                    

Ini sebenarnya hari terberat untuk Akashi Seijuro. Tujuh hari hitung mundur sebelum masa lajangnya terenggut. Bukan soal persiapan yang jadi beban, toh dia memang sudah matang dan mapan. Masalah terberatnya ada pada calon pendamping yang Akashi yakini bukan takdirnya.

Batang nikotin di sesap sebagai media pengalihan pikiran. Halte bus depan panti milik keluarga menjadi sasaran tempat nongkrong saat ini.

"terlalu banyak menghisap nikotin tidak baik untuk kesehatan, Akashi-san"
seorang pemuda menginterupsi kegiatan. Akashi tau pemuda itu datang sepuluh menit setelah ia berdiri mojok di sudut halte dengan rokonya. Mungkin dia menghitung seberapa banyak putung yang sudah Akashi sesap.

Dia acuh, tak menghiraukan sapaan pemuda yang baru ia temui. Malas juga menanyakan kenapa pemuda itu tau siapa dia. Orang terbodoh se-jepang pun paham jawaban, jika wajahmu terus menghias layar kaca, koran dan majalah. Belum lagi sebulan ini membeludak berita tentang pernikahan yang akan di gelar akbar dalam beberapa tempat. Pernikahan putra tunggal Akashi dan itu Dia.

Bus datang beberapa saat kemudian. Pemuda berperawakan pendek, langsing, surai hitam dengan pupil legam, menunggu sabar pintu otomatis terbuka.

Walau Akashi acuh, mata delima masih setia mengintip getak-gerik remaja manis di depan. Angin musim semi ikut andil menerbangkan harum vanilla, wangi yang lembut tak bikin mual.

Bukan hanya tubuh si remaja yang mirip perempuan, ternyata selera parfumnya pun feminim. Akashi sampai membayangkan orang yang tak di kenal itu ber-crossdresser. Di jamin pasti banyak pria akan tertipu, berfikir kalau si surai hitam wanita tulen.

Kling.

Bunyi lonceng yang sudah lama tidak Akashi dengar memanggil, bersamaan dengan pintu bus tertutup. Matanya sedikit melebar tak percaya. Apa tadi ia salah dengar? Itu bukan bunyi lonceng kan? Mungkin bunyi mesin pembayaran kartu di bus atau bunyi pintu yang menutup.

"Maaf Seijuro-sama, anda di panggil Masaomi-dono"

Apa mungkin karena banyak pikiran otaknya menciptakan halusinasi bunyi lonceng yang sangat ingin ia dengar. Lagi pula, tak ada kesan laut dari para penumpang bus. Tidak juga pemuda tadi, rambut bahkan matanya hitam, kulit putih cenderung pucat dan lagi wanginya vanilla bukan air laut.

"Saya mengerti Tanaka-san" jawab Akashi memandang asisten ayahnya sekilas sebelum kembali memandang bus yang menjauh.

"La Mer" ucapnya lirih.

KUROKO NO BASUKE
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi

Fair : AkaKuro

Pada umur delapan tahun, Akashi pertama kali di ajak ibunya Shiroi pergi mengunjungi kuil yang bukan milik keluarga.

Kala itu ia bertemu dengan miko muda, paras cantik seperti dewi. Dengan senyum hangat dia menyambut. Ada rasa tertarik memandang penerus tunggal Akashi.

"Anda memiliki putra yang hebat nyonya. Aku melihat mata dewa dari iris kirinya"

miko itu menawarkan diri meramal masa depan sang bocah, semua ramalan yang di katakan sang miko terdengar luar biasa sampai pertanyaan kisah cinta dan istri masa depan dari ibu si bocah miko itu hanya tersenyum dan berkata

"biarkan anak anda yang menentukan" setelah itu Akashi muda di ceritakan sebuah legenda suci dari sebuah desa di mana sang miko berasal.

Tentang cinta sepasang manusia yang di sebut-sebut mendapat restu dewa. Tapi sayang mereka tak dapat bersatu karena keadaan.

La MerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang