•Kapan?

5.5K 270 17
                                    

"Namanya siapa ya?"

"Em, nynafi. Kamu azmi kan?"

"Ah iya," ucap laki-laki tersebut dengan helaan nafas berat, bukan hanya helaan nafas saja yang berat, rasanya menjalaninya pun berat, namun laki-laki itu  berpasrah diri, karena hanya Allah lah yang tahu apa yang terbaik untuknya, Allah lebih tahu dibanding makhluknya.

"Nama lengkapmu?" tanya laki-laki itu, sebenarnya dia bingung apa lagi yang ingin ditanyakan karena memang laki-laki itu sudah menyiapkan pertanyaan namun bukan untuk ditujukan kepada seseorang yang dibalik hijab itu, namun untuk Al—h sudah lah lupakan, Allah maha tahu apa yang terbaik.

"Nynafia Azfa,"  jawabnya lagi.

-------

           Jam menunjukkan pukul tiga pagi tepat baru saja sampai rumah, karena perjalanan dari tempat acara Syubban ke arah rumahnya itu sangat amat jauh.

"Assalamu'alaikum, ummi, abi," ucap salah seorang pemuda yang sedang berdiri didepan pintu menunggu seseorang untuk membukakan pintunya.

"Wa'alaikumussalam, iya sebentar mas," ucap seorang wanita dari dalam dan membukakan pintunya.

"Maaf, ngebangunin tidurnya ummi," ucap seseorang itu seraya mencium tangan umminya.

"Gapapa sayang, ummi juga mau sekalian solat kok, jadi gak keganggu. Udah, ayo masuk solat dulu baru tidur ya mas," ucap seorang perempuan paruh baya.

"Iya ummi," ucapnya patuh.

      Laki-laki itu sudah terbiasa jam tidurnya terganggu. Dari dulu, sewaktu laki-laki itu jadi santri sudah terbiasa tidurnya hanya berapa jam, mungkin sewaktu jadi santri masih bisa tidur normal walau tidak setiap malam, tapi setidaknya itu cukup, dan sekarang tertambah dengan tugas kuliahnya yang membuat dirinya harus lebih kuat lagi, waktu itu sempat drop karena seminggu fullday tidak dirumah, kerumahnya hanya ganti baju atau ada barang yang ketinggalan, karena memang laki-laki yang bernama Azmi itu badannya bisa di bilang rentan, kalau kecapean saja dia bisa drop, dan saat itu dia drop masuk rumah sakit. Empat hari baru boleh pulang ke rumah, itu pun tidak boleh langsung beraktivitas. Maka dari itu umminya kini membatasi jadwalnya Azmi supaya tidak terjadi lagi, dulu pun pernah terjadi sewaktu Azmi masih jadi santri.

"Mas," panggil seseorang paruh baya yang sedang menaruh menu makanan untuk sarapan pagi ini.

"Iya mi, kenapa?" tanya Azmi seraya membantu umminya.

"Kapan mas?" tanya umminya seraya mengambilkan nasi untuk abinya.

"Kapan apanya ummi?" tanya Azmi bingung.

"Itu."

"Itu apa sih ummi," bingung Azmi.

"Udah makan aja dulu, gak baik makan sambil ngobrol," ucap abinya Azmi, dan semua mematuhinya, termasuk dek rara yang sudah kelas empat namun tetap saja sifatnya masih seperti anak kecil kelas satu. Kini giliran dek nauval yang tidak ada dirumah karena dirinya mondok mengikuti jejak masnya, Azmi.

"Jadinya kapan mas?" tanya umminya lagi saat sudah selesai makan.

"Jadi apa sih ummi," bingung Azmi lagi.

"Kapan kamu ajak ummi sama abi datang ke rumah calon mu untuk mengkhitbahnya," ceplos sang abi.

"Ihh abi pake bilang dulu, ummi kan masih kode-kode biar dia mikir sendiri," gemas umminya.

"Ah, Azmi lelet mikirnya kalau begituan mah," celetuk sang abi seraya menatap jahil pada Azmi.

"Lulus kuliah aja belum mi."

BerHijrah & Mencintaimu Karena AllahWhere stories live. Discover now