17-a

4.8K 603 27
                                    

Suzy mengerjapkan matanya berkali-kali melihat pemandangan yang luar biasa indahnya di Oia, Santorini greece. Dirinya tidak menyangka jika destinasi honeymoon mereka berpindah, alih-alih terbang ke Spanyol, mereka malah melancong ke Yunani. Memang masih dalam kawasan mediterania, namun bagi Suzy Santorini adalah destinasi impiannya; sebuah surga dunia yang berhasil mencuri pandangnya.

Dulu, ketika masih berkuliah Suzy suka mengkoleksi postcard dan sticker yang memiliki pemandangan gambar luar biasa indah. Ada satu yang menarik perhatiannya, yaitu postcard dengan bangunan-bagunan yang identik dengan warna putih dan kubah gereja yang bewarna biru khas bangunan mediterania memenuhi postcard yang di pegangnya saat itu. Dan sekarang, pemandangan dalam postcard itu nampak lebih indah ketika dilihat dengan mata telanjang seperti ini.

"Ini sungguh indah," gumaman Suzy membuat Myungsoo seketika menghela nafas lega. Matanya menelusuri wajah Suzy dengan mata yang berbinar-binar memandangi matahari yang tengah turun dari singgasana nya dari dalam kamar yang di sewa mereka.

Myungsoo sengaja mengatakan kalau mereka akan berbulan madu ke Spain karena ingin memberikan kejutan kepada sang istri, namun khayalan akan mendapatkan kecupan romantis di Santorini ini hampir saja menciut saat melihat Suzy yang tidak kunjung mengatakan satu patah katapun kepadanya sejak mereka landing.

"Kau suka?" Myungsoo berjalan mendekat kearah sang istri yang sedang berdiri di tepian balkon kamar penginapan, kemudian memeluknya dari belakang. Kamar penginapan yang di pilihnya ini merupakan satu diantara kamar-kamar terbaik disini. Menyuguhkan view yang sangat indah dan berhasil memanjakan mata, jadi wajar jika biaya yang dikeluarkan untuk permalam nya tidak bisa dibilang murah.

Suzy mengangguk, kepalanya bergerak sedikit miring saat merasakan Myungsoo menyandarkan kepala lelaki itu dibahunya. Ia menoleh, mendapati bola mata tajam Myungsoo yang menatapnya dari samping, "Bagaimana kau bisa tahu tempat ini?"

"Aku melihat sticker Santorini greece yang kau tempel di kopermu." Jawab Myungsoo pelan, tangannya bergerak membuat tubuh yang dipeluknya itu memutar menghadapnya, "I want to kiss you." Ucap Myungsoo dengan nada rendah. Kemudian bibir itu mencium Suzy.

Suzy membalas ciuman Myungsoo dengan ritme yang sama, seolah kedua bibir itu memang ditakdirkan satu sama lain. Dengan naluri, tangan milik Suzy bergerak merangkul leher Myungsoo saat ciuman mereka semakin dalam. Myungsoo mengerang sebentar sebelum menjauhkan bibirnya dari bibir Suzy yang begitu kissable. Ia bisa melihat kedua bola mata Suzy yang sudah tidak fokus lagi itu, menatapnya seolah menanyakan--why-did-you-stop-it--pada Myungsoo.

Myungsoo memandangi bibir ranum setengah terbuka yang hanya berjarak beberapa senti didepannya itu dengan mata meredup, "Kau begitu cepat menyerap apa yang kuajarkan, Sayang."

Pipi Suzy memerah, Ia tahu apa maksud Myungsoo barusan. Tangannya yang masih melingkari leher Myungsoo bergerak akan mengurai, namun Myungsoo menahannya dan kembali mencium bibir Suzy.

Matahari yang berada di singgasana nya kini mulai turun, diiringi dengan semburat jingga yang menandakan sang dewa akan kembali ketempat peristirahatannya. Semburat jingga yang nampak begitu indah yang banyak orang kenal dengan sebutan sunset, menampilkan siluet indah pada dinding kamar penginapan Myungsoo dan Suzy.

Dan, pada menit itu dunia yang tadinya berhenti berputar kembali melakukan tugasnya seperti sedia kala. Suzy menyadari jika Myungsoo adalah sunsetnya. Meskipun Sejong memberikan kenangan pahit tentang matahari tenggelam yang negitu menyesakkan dada, namun bersama Myungsoo, Matahari yang tenggelam tak lagi menyakitkan. Ciuman, sunset, pemandangan indah di Santorini, itu semua adalah impian Suzy yang kini menjadi kenyataan.

Pada detik yang sudah tidak terhitungkan lagi, Suzy kembali membalas ciuman Myungsoo dan membuat lelaki itu kembali mengerang. Ditariknya pinggang Suzy semakin mendekat ke tubuhnya, kemudian ia mendorong tubuh Suzy agar bersandar pada pagaran balkon kamar.

Sisa-sisa semburat jingga itu kini mulai menghilang bergantikan dengan langit malam yang mulai datang, tangan Myungsoo bergerak membuka kancing depan dress putih yang dikenakan Suzy. Sedangkan bibirnya kini beralih tempat ke leher jenjang yang setengah tertutup oleh rambut. Mulut Suzy terbuka dengan napas yang pendek, tangannya meremas rambut Myungsoo saat bibir lelaki itu menemui bagian depannya.

Myungsoo mengerang lagi, dari sekian banyak spot yang diciumi lelaki itu, dua gundukan milik perempuan adalah bagian favoritnya. Menyesapnya dengan gerakan selayaknya anak bayi yang sedang kehausan.

"Ngg... Myungsoo-ah..." Suzy menggigit bibirnya. Ini gila, bagaimana bisa mereka melakukan hal tidak senonoh seperti ini diluar begini? Bagaimana jika ada yang memergoki mereka. Oh tuhan!

Suzy mendesah saat tangan kiri Myungsoo bergerak meremas dada sebelah kirinya. Ia menikmati apa yang dilakukan Myungsoo pada tubuhnya. Tapi, ada hal yang harus diluruskan sebelum mereka melakukan hal yang lebih jauh lagi, karena pada saat itu tiba semua tak lagi bisa sama. Suzy harus meyakini dirinya jika Myungsoo memang menginginkan Suzy atas dasar cinta bukan hanya napsu semata. Jadi, dengan napas terengah dan kesadaran yang hampir hilang, Suzy mendorong menjauh dengan tangan gemetar kepala Myungsoo dari dadanya, "Ini diluar,"

"Siapa yang peduli, Suzy." Myungsoo menggerutu, kepalanya kembali akan menunduk namun dengan cepat Suzy menahannya, "Kita harus bicara dulu sebelum melakukan hal yang lebih jauh lagi."

Myungsoo menghela napas sambil mengusap wajahnya dengan tangan kanan, "Kau selalu seperti ini, Suzy. Bahkan ketika kita sudah sah menjadi suami-istri."

"Kau tahu jika aku sudah menyerahkan keseluruhan diriku, maka semuanya akan berubah, Myungsoo..."

Myungsoo menatap Suzy, "Tidak akan ada yang berubah, Suzy."

"Ada," ucap Suzy. Membuat kening lelaki didepannya mengerut, "Apa?"

"Hubungan ini. Hubungan kita."

Myungsoo pusing. Jika menurut banyak orang matematika adalah hal yang sulit, bagi Myungsoo memahami pemikiran wanitalah yang paling sulit. Ia tidak mengerti apa yang sedang di bicarakan Suzy. Hubungan apa yang dimaksud? Semuanya bahkan jelas, bahwa tidak ada yang akan berubah diantara ia dan Suzy. Oh tentu, ada yang berubah. Suzy bukan lagi seorang perawan. Itu saja. Selebihnya, semua akan sama.

Mata tajam Myungsoo menatap Suzy sesaat. Kemudian berujar. "Tidak akan ada yang berubah dihubungan ini, Suzy. Aku tetap milikmu dan kaupun milikku."

Suzy menghela napas, "Bukan itu. Maksudku---" Sebelum ia sempat melanjutkan kalimatnya, Myungsoo melepaskan bomber yang dikenakannya, lalu memasangkannya di depan yubuh Suzy yang kancing-kancing dressnya masih terbuka dengan keadaan yang acakan, "Aku mengerti jika kau belum siap. Ayo masuk, aku tidak akan lepas kendali lagi." Ucap Myungsoo.

Kemudian, tubuh itu bergerak masuk kedalam kamar meninggalkan Suzy yang menatap punggung Myungsoo menjauh sambil memegangi bomber hitam milik si pemilik punggung.

***

An: Aku kadang suka ngeri, kenapa bisa nulis kaya beginian. Astaga, padahal nontonnya drama korea dan film horror😅

Ini sengaja di bagi 2 ya sissst-siisstt scene uh-ah nya. Soalnya utk kepentingan cerita wkwkwk #bilangajaudahmalesngetik

Oh iya, makasiiih yg udh mau meluangkan waktunya buat vote kisah Aji-Jenny nya! Makasihh yowloh kuterharu. Berarti bgt itu buat project aku :')

Dah ah, ngantukk. Met boboo. *Peluk Sehun*

AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang