Part 6

4K 191 1
                                    

Xavier tersenyum puas sambil memakai kaca mata hitamnnya sembari masuk ke dalam mobil.

Rathan menjalankan mobil pergi dari kediaman tersebut sebelum polisi datang menahan dan mengintrograsinya.

****

Tringgg...Tringg....Tring....

Lisya membuka matanya yang masih kondisi setengah tidur.

"Hp sialan!" Gerutunya kesal. Lisya hampir membanting teleponnya ke lantai namun niatnya terhenti setelah melihat siapa yang meneleponnya di pagi-pagi buta.

Dengan malas Lisya membuka password nya dan menerima panggilan yang sudah menganggu acara tidurnya pagi ini.

"Ada apa dad, kenapa kau menelepon ku di subuh hari begini?!" Ujarnya dengan nada ketus.

"I'm sorry sweety but I miss you so much, where are you know?" Tanyanya dengan nada khawatir.

Lisya menghela nafas dengan gusar.

"Maafkan aku daddy telah membuatmu khawatir tapi aku baik-baik saja kok sekarang aku sedang berada dirumah Xavier, pria yang kau jodohkan untukku."
Jelasnya dengan nada lembut.

"Hmmm, baiklah, dad mengerti tapi berjanjilah kau harus menjaga dirimu dengan baik dan katakan pada dad jika laki-laki itu berani membuat putri kesayangan ayah menangis, saat itu juga ayah akan membunuhnya."

Lisya terkekeh pelan ayahnya dari sejak kecil tidak pernah berubah sifatnya yang sangat protektif.

"Yes daddy, I love you."

"I love you too sweety."

Lisya pun mematikan panggilannya dan menaruh di samping nakas kasur.

Lisya menatap sekeliling ruangannya yang sepi.

"Kemana si Xavier?" Batinnya mempunyai firasat tidak enak.

Lisya mencoba mengingat kejadian semalam, seingatnya terakhir kali Lisya menemukan teman baru di club dan terus minum alkohol sehingga kesadarannya mulai kacau dan Xavier datang dan menggendong tubuhnya yang masih dalam keadaan mabok.

Suara pintu kebuka, terlihat Xavier masuk kedalam dengan keadaan kacau.

Xavier mendekati dirinya dan melumat bibirnya dengan lembut.

"Jauhi dia Lisya, aku tak suka milikku diambil oleh orang lain." Ujarnya dengan suara berat dan sexy.

Lisya tersenyum kecil dan mencubit kedua pipi mulus Xavier.

"Kamu juga jangan terlalu dekat dengan perempuan lain selain aku, Xavier." Balasku dengan wajah cemberut.

Xavier tersenyum manis dan mengacak rambutnya pelan yang dibalas pelototan galak olehnya.

"Ngomong-ngomong kau darimana saja, tadi pagi aku tidak menemukan dirimu di ranjang." Tanyaku sambil merapikan rambutku yang kusut.

Xavier menaikkan alis dengan senyum penuh tertarik mendengar pertanyaanku. "Kau mencariku?"

"Tidak, siapa yang mencarimu aku hanya penasaran saja kau kemana." Bantahku  bohong padanya.

"Aku hanya melakukan sesuatu menyenangkan yang dapat membuat hatiku senang." Jawabnya sambil menyandarkan diri di tembok.

Lisya menyipitkan mata ke arahnya.

"Maksudmu membunuh?" Tebaknya pas sasaran.

Xavier tersenyum kecut dan berjalan ke arahnya. "Aku tidak suka kau   menyebutnya dengan kata istilah membunuh itu membuatku terdengar saat kejam, aku lebih suka kau menyebutku the black reaper.''

Lisya menggelengkan kepalanya dengan pelan. Pria di depannya ini sungguh tak kalah kejam darinya bedanya kalo dia suka menyiksa musuhnya dengan memainkan musuhnya terlebih dahulu, setelah musuhya  terjebak dalam permainannya maka akan terlihat sosok iblis jahat yang menunggu tumbalnya hancur berkepingan tanpa sisa.

Lisya dapat memakluminya bahwa setiap mafia baik pembunuh memiliki satu sisi gelap yang tersimpan dalam lubuk jiwanya, tanpa pembunuhan maka itu tidak ada artinya untuk hidup.

"Hari ini kantorku libur kau ada rencana mau pergi kemana?"

Tadinya Lisya hampir saja mau mengajak Lucas ke taman bermain universal tapi berhubungan Xavier sepertinya tidak sibuk ini kesempatan bagus untuk meluangkan waktu dengannya.

"Hmm maukah kau menemaniku pergi bermain di universal?" Ajak Lisya dengan puppy eyes berharap Xavier mau ikut bermain dengannya.

Xavier membulatkan matanya. "Taman bermain tidak menyenangkan Lisya, kenapa tidak ke ketempat lainnya seperti mall lourvinge atau tempat lainnya?"

Lisya mendengus kesal, ahh sesaat Lisya tersenyum lebar ia mempunyai ide cemerlang cara apa yang mampu membuatnya ikut.

"Xavier ayolah kalau kau tak mau aku akan mengajak pria lain saja masih ada Lucas dan Max." Ujar Lisya sambil memanasi hati Xavier. Anggaplah cara ini terlalu kekanakan tapi sangat mempan sekali padanya. Buktinya sekarang Xavier sudah memplototinya dengan garang.

"Jika kau berani pergi dengan mereka kupastikan nyawa mereka hilang dan kau akan melayaniku di ranjang seharian setelah ini."

Lisya tersenyum penuh kemenangan. "Baiklah kalau begitu kau harus menemaniku bermain."

Xavier mengerang kesal dan mau tidak mau harus mengikuti kemauannya. Tidak akan dia biarkan Lisya pergi dengan pria lain selainnya.

"Baiklah kau pergi mandi dulu setelah selesai tunggu dibawah."

Lisya terseyum kegirangan dan memeluk tubuh kokoh Xavier sebelum masuk ke dalam mandi.

See you next part.

Don't forget to leave your vote

TBC | 2 December 2017

Mystery of The Dark Past ✔️Where stories live. Discover now