Part 3

277K 11.1K 134
                                    

"Bapak ngapain, sih, hobby banget, ya, nabrak saya?"

Kim mengomeli seseorang yang menabraknya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alvin. Taknhabis pikir, baru dua hari mengenal sosok Alvin yang berprofesi sebagai gurunya dan hampir menjadi tunangannya, tapi
sudah menabraknya sebanyak tiga kali. Apa ini yang dinamakan tabrakan cinta. Tentu saja tidak.

"Sekali lagi kamu panggil saya dengan panggilan Bapak, saya bakal nikahin kamu sekarang juga. Nggak ada acara tunangan-tunangan," ancam alvin dengan kesal.

"Benarkah? Memangnya Bapak berani?'' tanya Kim mengetes ancaman Alvin barusan. Ia yakini jika dia juga tak akan senekad itu.

Merasa tertantang, Alvin langsung saja menyambar tangan Kim, kemudian dengan paksa menarik untuk mengikuti langkahnya.

"Eh, Bapak mau ngapain?" Langsung heboh dengan sikap Alvin. "Lepain aku!" Mencoba melepaskan tangan dia yang membelenggu pergelangan tangannya, tapi tetap saja tak berhasil.

Tak mendengarkan kehebohan Kim, Alvin tetap dengan niatnya. Membawa dia ke hadapan kedua orang tua mereka.

"Ada apa, Nak?'' tanya Mila yang bingung melihat putranya datang sambil menggeret Kim.

"Lepasin," berengut Kim berharap dia melepaskan tangannya, tapi tak bisa.

"Ma, Pa, Om, dan Tante. Nggak akan ada acara tunangan," ujar Alvin masih sambil menggenggam tangan kanan Kim.

Mendengar pernyataan Alvin barusan, seolah-olah terpampang tanda tanya yang besar di atas kepala mereka semua. Tapi tidak dengan Kim, ia malah senang sekali saat Alvin mengatakan hal itu.

"Hah, serius," girang Kim dengan senyuman penuh kemenangan.

"Maksud kamu apa bicara seperti itu?" tanya Doni pada putranya. Jangan bilang kalau dia akan membatalkan niat dua keluarga.

"Jangan membuat Papa sama Mama malu, Vin," bisik Karmila dengan raut tak enak, jika memang itu niat putranya.

"Kita langsung nikah aja, sekarang!" seru Alvin singkat.

Sontak, pernyataan Alvin yang singkat itu mampu membuat semua merasa kaget. Lebih tepatnya kaget bahagia. Tapi semua itu tak berlaku pada Kim yang justru kaget seakan jantungnya mau copot.

Tadinya ia sudah bernapas lega saat Alvin mengatakan 'nggak ada acara tunangan-tunangan'. Tapi sekarang, ia ingin sekali menangis sejadi-jadinya.

"Astaga," gerutunya sambil menepuk jidat. "Kakak tahu, nggak ... buat tunangan hari ini aja aku udah mikirin semalam suntuk sampai nggak bisa tidur. Dan sekarang malah mengatakan untuk nikah." Menggeleng cepat dan melepaskan pegangan Alvin di tangannya dengan kuat hingga lepas. "Aku nggak mau!"

Dikira dirinya sebuah boneka yang bisa saja diatur sedemikian rupa, hingga nikah pun malah tanpa persetujuan dirinya? Tunangan, oke. Nikah, tentu saja ia belum siap dari segi apapun.

Alvin menatap tajam ke arah Kim. "Bukankah kamu yang mencoba untuk mengetes ucapanku," ujarnya.

"I-iya, tapi aku becanda doang," respon Kim takut. Bagaimana ia tak takut. Nikah, loh, ini.

Tersenyum di sudut bibirnya, ketika mendengar alasan yang diutarakan Kim. "Maaf, tapi aku bukanlah tipe orang yang suka becanda."

Di saat Alvin dan Kim sibuk berdebat, kedua orang tua mereka juga sibuk berdebat perkara keputusan yang diambil oleh Alvin. Ayolah, bagi mereka ... ini seperti mengejar sebuah emas, tapi malah mendapatkan bongkahan berlian. Tentu saja tak boleh disia-siakan.

Kim merengek pada Jessica dengan sikap yang diambil oleh Alvin. "Ma, aku nggak mau nikah. Aku nggak mau."

"Udah, Sayang ... kamu terima saja. Keputusan yang diambil Alvin adalah yang terbaik," balas Jessica.

My Teacher My Husband (S1)Where stories live. Discover now