Part 1

67.3K 2.5K 25
                                    

*abaikan tanda hubung yang tidak pada tempatnya. Langsung diambil dari naskah cetak

PART 1

Sinar perak matahari berganti keemasan. Hari telah sore, seharusnya Alven Manford sudah beranjak meninggalkan kantornya yang terletak di lantai tiga puluh sebuah me-nara perkantoran terkenal di ibu kota.

Namun ia tidak melakukan hal itu. Alven hanya berdiri dengan wajah muram di dekat jendela kaca lebar yang ada di ruangannya dan menatap hampa kendaraan yang tampak padat dan kecil nun jauh di bawah sana.

Alven mendongak menatap langit dari balik kaca jendela. Seraut wajah cantik dengan senyum menawan muncul di mega-mega.

Alven menyeringai sedih. Bertahun-tahun sudah berlalu, namun ia sama sekali belum bisa menghapus kesuraman yang membelenggu hatinya. Rasa bersalah, sedih, hampa, semua melebur menjadi satu di dadanya.

Leana Shamus, adik dari Grace Shamus—kekasihnya yang meninggal dalam kecelakaan mobil beberapa tahun lalu—dengan jelas mengatakan telah memaafkan dan tak lagi menyalahkannya. Leana bahkan memintanya untuk kembali bangkit dan ceria seperti dulu.

Alven lega Leana tidak menyalahkannya, namun hal tersebut tak mampu serta merta menghilangkan kese-dihan yang membelenggu hatinya.

Alven menghela napas panjang. Kini usianya sudah tiga puluh empat tahun, ia sukses dengan memiliki beberapa perusahaan yang berkembang pesat. Namun hidupnya terasa kosong. Hampa.

Tidak ada apa pun yang membuatnya bergairah dan bersemangat. Kepergian Grace telah mengubah hidupnya yang penuh warna menjadi abu-abu.

Alven kehilangan. Ia sedih, merasa bersalah, me-nyesal dan kesepian.

Semua rasa menyuramkan itu seperti paket sempurna untuk membuat hidupnya semakin kelam.

Alven tidak tahu sampai kapan ia akan seperti ini? Akankah suatu hari nanti pelangi menghiasi langit mendungnya? Atau ia akan terus seperti ini sampai mati?

Alven sangat ingin memulai hidup baru. Orang-tuanya juga ingin ia menyusul kakaknya naik ke pe-laminan.

Tapi ia tak mampu.

Tidak ada wanita yang bisa membuatnya merasa tertarik. Di dalam benaknya hanya ada Grace Shamus, kekasihnya yang telah pergi meninggalkannya dengan cara tragis. Dan Alven tak lupa, ia memiliki peran menya-kitkan dalam kecelakaan itu.

Malam ulang tahunnya, kejutan dari Grace dan salah paham yang mewarnai malam itu hingga kecelakaan itu terjadi, semua masih segar dalam ingatannya.

Alven menarik napas pedih. Setiap helaan napasnya terasa pahit dan menyakitkan.

Alven tahu ia tidak bersalah sepenuhnya dalam ke-celakaan tersebut. Grace salah paham dan mengiranya berselingkuh, padahal tidak. Grace pergi tanpa men-dengar penjelasannya. Dan Alven menyesal ia tak mampu menemukan ke mana Grace pergi malam itu.

Sampai berita menakutkan itu memecah genderang telinganya dan membuat dunianya kiamat dalam seketika.

Grace kecelakaan karena menyetir dalam kondisi mabuk.

Alven kehilangan Grace untuk selamanya. Kehi-langan pelangi dalam hidupnya.

Alven menarik napas nyeri mengingat semua itu.

Ia merana.

Dadanya terasa sakit dengan luka yang terus me-nganga.

Lamunan Alven buyar saat pintu penghubung antar ruangannya dengan sekretarisnya diketuk pelan, lalu muncul seraut wajah cantik dengan tubuh berbentuk jam pasir yang indah dalam balutan setelan kerjanya yang rapi dan sopan.

Memikat CEO yang Terluka [Tamat]Where stories live. Discover now