╰♥╯ Part 2 ╰♥╯

609 25 0
                                    

Aku tercenung diambang pintu kamar mas Toya. Mendengarkan cerita tentang penyebab di usirnya mas Toya dari rumah. Baru tadi subuh aku tertawa bersama mas Toya. Dan malam ini mas Toya hampir dijemput maut lagi. Dari pengamatanku, ini akibat ulah kak Bayu. Lagi-lagi karena dia!

Keterlaluan!

Aku bukan latah menjadi tidak suka dengan kak Bayu. Tapi kalau menyangkut mas Yo, aku tidak terima. Aku tidak mau melihatnya sengsara seperti ini. Seketika aku muak melihat wajah sedih kedua orang tua mas Toya. Terlebih saat melihat kak Bayu. Sepertinya tangisnya semalam cuma ingin menarik simpati saja. Dan aku menyesal sudah sempat bersimpati padanya.

Kuputuskan untuk masuk ke dalam kamar saja. Niatku tadi ingin memberikan coklat panas yang kubawa diatas nampan ini pada Abang. Tapi melihat ekspresi abang yang... bagiku terlihat seram :( aku urungkan saja. Kutaruh di meja dekat jendela saja. Ini kursi santai Abang. Beberapa kali aku melihatnya duduk bersantai disini bersama mas Toya.

"Ka.. lu jagain Toya, please... kayaknya gue harus bantuin Zaki nih" Putu menepuk bahuku pelan. Aku mengangguk. Tanpa diminta pun, aku pasti bersedia menjaga mas Toya.

Zaim ikut masuk kedalam kamar. Sementara aku duduk ditepi ranjang menatap wajah pucat mas Toyo yang terlelap, Zaim berdiri dibelakangku. Ia baru selesai membersihkan pecahan cermin di lantai.

Tangannya meremas bahuku pelan. Kusentuh tangannya. Menepuk pelan sambil mendongak melihat wajahnya. Kami saling tersenyum simpul. Saling menenangkan. Tadi Zaim nyaris berteriak saat melihat mas Toya, yang dengan cepat menghantamkan tangannya ke cermin. Aku sendiri sampai berdiri kaku menyaksikan darah yang mengucur dari kedua tangan mas Toya.

Benar-benar nekat! Baru kali ini aku melihat mas Toya melakukan hal sebodoh itu. Tapi melihat kesungguhannya dengan abang, aku bisa mengerti.

Tapi tetap saja bodoh! Bunuh diri tidak menyelesaikan masalah!

Abang masuk ke kamar. Seperti dugaanku, ia duduk di sofa dekat jendela. Kuulurkan mug berisi coklat hangat buatanku. Aku sengaja membuatnya hangat-hangat kuku, biar abang bisa langsung menikmatinya. Dan... dalam hitungan detik, langsung ku tenggak habis. :)

"Mau nambah bang?" aku mencoba menawarinya, tapi ia menggeleng.

"Zamiii..." Rina berdiri di pintu kamar memanggil Zaim.

"Namanya Za-im. Bukan Za-mi!!" aku menyahut dan melirik Rina. Enak aja gonta ganti nama orang seenak jidat.

"Ihh... terserah gue dong... buktinya dia noleh gue panggil Zami, weeekkk :p " Rina menyahut santai. "Gue pinjem dulu ya laki lu" Rina langsung menarik tangan Zaim sebelum mendengar persetujuanku. "Temenin gue beli makan. E-mang-nya... lu pada gak laper?" Rina mendelik judes ke arahku.

Asem! Kecut! (۳ ˚Д˚)۳

Aku selalu mengkeret kalau Rina menatapku dengan tatapan iBlisnya.  ╮(╯_╰)╭

Aku menoleh ke arah mas Toya. Kudekati dia. Lalu aku berbisik tepat ditelinganya. "Mas... Cepet sembuh!! Nanti ajari aku cara untuk melawan Mak Lampir!!"

Aku mendengar Abang terkekeh di belakangku.

"Oh... begitu ya? Mau pake backingan?"

Aku merinding mendengar suara Rina dibelakangku. Saat aku menoleh, kulihat sosok iblisnya yang menatapku tajam. Kedua tangannya siap menerkamku. Tapi aku beruntung. Iblis tua itu kalah gesit!

"Aaa'iiiimmmm... Toloooonggggg!!!" aku berlari ke arah Zaim yang sedang mengeluarkan motornya yang diparkir dekat pagar.

•.♥.•.♥.•.♥.•.♥.•.♥ •.♥.•

Y.O. Part 2 - SYAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang