Senja Yang Terus Menggantung Part III

35 0 0
                                    

Hidup berdampingan di SMA yang sama dan organisasi yang sama masih tak membuat mereka mengenal satu sama lain. Pertemuan tanpa alasan di rantau oranglah yang membuat jarak diantara mereka hanya setipis lapisan membran.

"Baiklah, besok jam delapan Ana berangkat. Kereta yang akan mengantar Ana pulang pukul 10.30, silahkan kalau Anta mau antar Ana." balasan pesan singkat itu pun langsung menuju nomor tujuan setelah tombol OK ditekan.

∞∞∞

Sungguh pertemuan yang mengesankan. Tawa yang saling bertukar pun senatural mungkin terbentuk tanpa harus dirancang antara senior dan junior. Perbedaan yang hanya se-tahun tidak membuat mereka lama-lama dalam peng-formalan berbahasa. Pertemuan pertama sekaligus terakhir di semester genap ini seolah akan berkelanjutan disemester berikutnya atau habis dimakan waktu. Komunikasi yang terus berjalan membangun kenyamanan diantara dua insan muda ini. Forum–forum diskusi formal maupun non formal menjadi jembatan komunikasi yang membuka luas perbincangan antara pribadi satu sama lain.

"Faudzan baik-baik ya disini. Ana pulang kampung duluan. Daaa......" Bergegas Elsa memasuki kereta yang akan membawanya menghilang dari hadapan lelaki itu.

"Oke. Hati-hati Ukhti. Sampai ketemu di kampung." Faudzan mengikuti panggilan Elsa yang ke arab arab-an.

Kini pijakan kaki mereka telah berpisah beberapa detik setalah waktu keberangkatan kereta tiba. Tinggallah sisa-sisa suara Elsa yang terngiang dikepala Faudzan. Membekaskan sesuatu yang dirasa beda dalam hati.

"Eh kamu jadian sama dia ya?" Suara lelaki mengagetkan Elsa saat duduk di gerbong kereta pesanannya "Pakek diantarin segala lagi ke stasiun. Gak mungkin. Gak mungkin. Ini pasti ada apa-apa. Jawab !" Kembali lanjutan suara itu berceloteh.

Ternyata Fitra. Fitra yang merupakan teman SMA Elsa merasa ingin tahu atas apapun mengenainya. Maklum Elsa merupakan salah satu cewek terpopuler di SMA dahulu. Jadi apapun cerita mengenai Elsa pasti langsung menyebar pesat. Lebih cepat dari mengirim pesan ke nomor tujuan.

Elsa hanya terbahak-bahak di dalam kereta bersama teman seperjalanannya itu. Kebetulan Fitra juga libur semester setelah belajar di kota pelajar, Yogyakarta.

"Heee. Gak usah sok-sok ketawa. Ohhh aku tahu, jadi itu pengganti yang lama. Tapi kok bisa. Heran aku lah. Cerita dong" Muka memelas Fitra yang semakin menjadi-jadi justru membuat Elsa semakin lucu dan terus tertawa. Sikap kewanitaannya kadang-kadang muncul bak wanita yang lagi menstruasi. Mencekam dan haus akan info. Lebih tepatnya gosip mengenai Elsa.

"Tidak ada apapun. Hanya teman, hanya adik kakak, hanya saudara, hanya....." Elsa mulai menggoda

"Hanya apa? Hanya sayang, hanya pujaan hati. Dasar. Gak akan mungkin kalau tidak ada apa-apa dia mau nganterin ke stasiun. Udahlah ngaku aja. Jadian kan ?" Kali ini Fitra memaksa jawaban dengan terus mendorong jatah bagian kursi Elsa.

"Idihhhh sakit nih anak. Dibilang enggak ya enggak. Udah ahh, dasar rempong mau tahu aja !"

"Ohh Begitu. Lihat saja, aku sebarin ke orang kalau kalian jadian" sambil menyeringai lebar

"TERSERAHHHHHH"

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 yang pertanda bahwa waktu pemberhentian kereta di stasiun tujuan Elsa dan Fitra. Suasana berubah total. Lingkungan kekeluargaan pun kembali tercium disekitaran pijakan kaki dari atas kereta.

"Elsa"

Suara samar-samar yang terdengar membuat mata Elsa mencari sumbernya. Ternyata salah satu saudara perempuannya telah menanti sedaritadi.

"Kemana Mama Bapak? Kok sendiri" Sambil mengangkat bawaan ke atas kendaraan yang digunakan untuk menjemput Elsa.

"Tidak ada orang dirumah, pada pergi jemput Nenek. Silahturahmi tempat Ompung" kali ini Rizky berbicara sedikit lembut pada kakaknya itu.

"Yang Katanya" HEART OF THE ONE FREQUENCYWhere stories live. Discover now