CrawlSpace(RuangRangkak)#2

187 11 3
                                    

Aku bisa melihat dari sela-sela yang ada di bawah pintu kamarku, sebuah bayangan tengah berdiri di luar kamarku.

Aku tak berani bergerak.

Apapun itu, ia hanya berdiri saja di luar pintu.

Puncaknya ketika aku mendengar suara kenop kamar pintu diputar dari luar.

Makhluk itu mencoba masuk ke kamarku.

Tiba2 Stephanie terbangun dan menyuruhku berhenti membuat suara itu. Ia mengatakan ini sudah malam. Namun aku menjawab, bukan aku yang melakukannya. Namun ia tak peduli dan kembali tidur.Mungkin mengetahui Stephanie terbangun, suara itu berhenti.

Hari berikutnya, aku menemuiku supervisorku dan mengatakan bahwa aku harus pulang hari itu juga. Ia kelihatan bingung dan mencoba mengatakan bahwa “homesick” memang sering terjadi dalam pertukaran pelajar semacam ini, namun lama-kelamaan perasaan itu akan menghilang. Namun aku tak peduli, bahkan meminta orang tuaku untuk memesan tiket penerbangan kembali ke Amerika untuk besok pagi. Walaupun kebingungan, orang tuakupun menyanggupinya.

Ketika kembali ke apartemen, aku mencoba mengatakan apa yang terjadi pada ketiga temanku. aku menceritakan semuanya bahkan menunjukkan foto yang kuambil. Namun tak ada yang percaya kepadaku. Mereka menganggapku seakan aku gila bahkan menuduhku memanipulasi foto itu. Mereka takkan mau pergi dari sini, aku tahu. Kesempatan belajar ke luar negeri seperti ini memang suatu kesempatan langka yang sulit diperoleh. Namun aku takkan mengorbankan nyawaku demi hal semacam itu.

Akupun menuju ke kamarku dan dengan berat hati menghabiskan satu malam kembali di apartemen itu. Aku tak punya pilihan lain. Namun mengetahui bahwa besok aku akan kembali ke rumah membuatku sedikit tenang.

Namun seharusnya aku tak kembali ke apartemen itu, bahkan untuk semalam saja.

Sekitar waktu yang sama, jam 2 dini hari, suara itu kembali terdengar.

Suara langkah kaki kembali terdengar mendekati kamarku. Aku bahkan kali ini bisa mendengar suara napasnya, berat dan pelan. Aku langsung terduduk dengan panik dan kemudian menyadari hal yang mengerikan.

Aku belum mengunci kamarku.

Makhluk itu ada di luar dan sebelum sempat melompat dan mengunci pintu, pegangan pintu membuka.

Pintu terbuka dengan perlahan, menimbulkan suara berderit yang menyakitkan telinga.

Aku membeku tenggelam dalam ketakutan ketika aku akhirnya melihat wujudnya.

Matanya seakan menonjol dari tengkoraknya, bersinar agak kebiruan. Ia tak memiliki hidung, hanya celah kecl dimana lubang hidung seharusnya berada. Giginya seperti yang dimiliki manusia, namun ia tak memiliki bibir. Kulitnya kebau-abuan dan seakan hanya membungkus tulang2 di tubuhnya.

Setelah berhenti di muka pintu sejenak, ia mulai berjalan mendekatiku. Ketika ia bergerak, suara tulang2nya memberikansuara seakan retak. Nafasnya tak hanya terdengar seperti suara mendengus, namun mengeluarkan bau yang busuk. Seperti campuran sulfur dan daging membusuk.

Aku menjerit sekuat tenagaku.

Stephanie langsung terbangun seketika itu juga.

Dengan cepat makhluk itu merangkak dengan keempat kakinya dan berlari seperti laba2 keluar dari ruangan.Stephanie tak sempat melihatnya dan mulai menjerit apa masalahku.

Aku mencoba menjelaskan apa yang terjadi, namun ia hanya berdiri dan sambil menutup pintu kamar. Ia menyebutku gila.

Taksi datang menjemputku pagi2 buta. Bahkan matahari belumlah terbit. Tak ada satupun di antara ketiga gadis yang tinggal bersamaku mau mengantarku keluar. Aku sudah tahu hal itu akan terjadi. Namun begitu aku masuk ke dalam taksi dan kendaraan itu mulai berjalan, aku tak pernah merasa selega itu.

Ketika aku menyandarkan kepalaku dan melihat ke jendela, mencoba memandang apartemen itu untuk terakhir kalinya. Aku bisa melihat jendela kamarku dari dalam mobil dan lagi2 aku membeku ketakutan.

Di sana, di balik jendela, tampak makhluk itu.

Matanya tak berkedip, terpaku ke arahku.

Mulutnya yang tak berbibir melengkung, seolah sedang tersenyum. Menyeringai.

Aku mencoba memperingatkan mereka. Aku berusaha sekuat tenagaku untuk memperingatkan mereka bahaya yang ada di apartemen itu. Namun tak ada yang mendengarkanku. Aku benar2 tak kuasa menghentikan apa yang terjadi berikutnya.

Ketika aku kembali ke Amerika Serikat, aku mendapat telepon dari supervisorku.

Ketiga teman satu apartemenku telah menghilang. Tak ada satupun yang tahu dimana mereka.

Supervisorku sudah menghubungi pihak kepolisian, namun bahkan mereka pun tak dapat menemukan keberadaan ketiga temanku itu. Ketika mereka memeriksa apartemen, makanan2 yang ada di dalam sudah membusuk. Tak ada tanda2 seseorang memaksa masuk dan tak satupun barang berharga ditemukan hilang.

Satu2nya hal penting yang mereka rasakan ketika pertama tiba adalah bau seperti campuran sulfur dan sesuatu yang membusuk.

Bau itu berasal dari kamar mandi.

Seperti yang bisa kuduga, asalnya dari ruang rangkak itu.

Pihak berwajib memberikan pernyataan bahwa mereka diculik. Namun aku tahu kenyataannya.

Mereka sudah mati sekarang.

Aku merasa bersalah karena aku tak bisamenyelamatkan mereka.

Dengan menulis ini, aku ingin memperingatkan, apapun yang terjadi, jangan menyewa apartemen yang berharga sangat murah di Campo di Fiori itu. Berhati-hatilah jika kalian mengunjungi Roma.

Sekali bertemu dengannya, mungkin kalian takkan bisa meloloskan diri.

Sebab di rumahku juga terdapat ruang rangkak.

Dan ketika aku mulai mencium bau belerang itu, aku memfoto bagian dalamnya dan inilah hasilnya.

Dan ketika aku mulai mencium bau belerang itu, aku memfoto bagian dalamnya dan inilah hasilnya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Kurasa ia mengikutiku sampai rumah.

Sumber:
Mengakubackpacer.blogspot.com

Jadi buat para readers tiati kalo nyari rumah yang ada ruang rangkak,sapa tau aja ada memedit nya:v

CreepypastaOnde histórias criam vida. Descubra agora