The Thing that will kill me#2

74 5 1
                                    

Aku memarkirkan mobilku di depan rumahmereka. Ada dua mobil di parkiran sehingga aku menduga mereka berdua ada di rumah. Aku turun dari mobil dan menekan bel pintu. Michael membukanya,berpakaian dengan jas tebal, seolah-olah ia baru saja berasal dari luar. Ia mengundangku masuk. Ia tampak sangat terkejut melihatku dan bertanya apakah aku berbicara dengan Tina akhir2 ini.

"Belum, bahkan selama beberapa bulan kami tak pernah berkomunikasi. Maaf tiba2 mengunjungi kalian seperti ini, tapi apakah aku bisa bertemu dengannya?"

"Oh, aku pikir kau sudah tahu," jawab Michael,

"Dia meninggalkanku. Beberapa bulan lalu. Ia pergi dan tak pernah lagi berbicara denganku sejak saat itu."

"Oh, Tuhan ... Maaf, aku benar2 tidak tahu ..."Ia melepaskan mantelnya dan menggantungkannya dekat pintu.

"Maaf, aku harus mandi dulu sekarang. Aku baru saja dari luar. Bisakah kau menunggu sebentar?"Ia melepaskan sepatunya lalu menanggalkan sweaternya.

Lalu ia berjalan menuju ke kamar mandi. Aku duduk, melihat-lihat rumah mereka.

"Tentu saja tidak. Apa kau tahu kemana ia pergi?"

"Tidak," teriaknya dari dalam kamar mandi, dengan mulut penuh busa pasta gigi,"ia tak pernah meneleponku sekalipun semenjak ia pergi."

"Aku sedih mendengarnya."

Aku mendengarnya berkumur dan ketika ia melihatku memandanginya dari kaca kamar mandi, ia menutup pintu kamar mandi untuk mendapatkan privasi. Ketika aku mendengar suara shower dinyalakan, aku berniat mengambil handphone untuk melihat SMS terakhir yang ia kirimkan. Mungkin saja itu akan memberikan petunjuk dimana ia berada. Namun ketika aku mengambilnya dari dalam tas, benda itu terjatuh. Ketika aku berusaha mengambilnya, aku melihat sesuatu di bawah sofa.

Gumpalan rambut.

Warnanya cokelat, sama seperti rambut Tina.Namun anehnya, rambut2 itu tampak seperti dicabut dari kulit kepalanya.

Dan ada sedikit noda darah di sana.

"Sesuatu yang akan membunuhnya sedang menanggalkan kulit."

Aku melihat pintu kamar mandi yang tertutup.

"Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang mengasah giginya."

Aku mendengarnya tadi menggosok gigi.

"Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang membersihkan darah dari antara cakar-cakarnya."

Aku sedang mendengarnya membersihkan diri di bawah pancuran.

"Sesuatu yang akan membunuhnmu sedang mengumpulkan kulit."

Aku menatap sedikit kulit yang masih menempel di gumpalan rambut itu.

Ya Tuhan ...Sesuatu yang akan membunuhku!

Aku mendengar suara pancuran berhenti. Gerakan dari dalam kamar mandi.Aku lari. Keluar dari pintu. Membanting pintu. Berlari sekuat tenaga ke mobil. Masuk ke mobil. Gemetar. Memperhatikan pintu. Tanganku berjuang dengan kencang. Gemetar. Gemetar. Pintu rumah terbuka. Mobilku menyala.

Aku mengendarainya secepat mungkin. Aku tak menoleh ke belakang. Sepanjang malam. Aku tak tahu apa ia mengikutiku. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak tahu apa yang kulihat tadi. jantungku tak lagi berdetak dengan normal hingga aku tiba di rumah, berkendara sepanjang malam hingga melintasi dua negara bagian. Aku pulang.

Itu sebulan yang lalu. Aku menelepon polisi. Mereka menyelidiki, namun tak menemukan apapun. Mereka yakin Tina hanya meninggalkannya dan pindah ke tempat lain.

Mungkin memang begitu. Mungkin ia sudah kabur dan aman sekarang. Mungkin takkan ada yang mengejarku. Mungkin Michael adalah pria malang yang ditinggalkan istrinya. Mungkin tak ada sesuatu yang berada di belakang pepohonan, di bawah salju, di bawah mobil, di luar pintuku saat malam, di luar jendela. Mungkin tak ada. Tak ada.

Aku selalu teringat kalimat terakhir dalam ramalan Luvia.

"Sesuatu yang akan membunuhmu ... kau takkan melihatnya datang."

End

Sumber:
Mengakubackpacker.blogspot.com

CreepypastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang