Serba Salah

782 52 5
                                    




"Mey?"

"Hem?" Meisya menoleh dengan senyuman singkat.

"Temani aku hari ini," pinta Rio.

"Kemana?"

"Kemana saja, aku ingin bernafas," lirih Rio dengan senyum getir yang menunjukan wajahnya yang menahan air mata.

"Hm," Meisya mengangguk dengan tulus.

Motor putih Rio melaju dengan cepat, Meisya berpegang erat pada jaket hitamnya. Dengan seragam sekolah, mereka menuju sebuah tempat yang sedikit jauh dari perkotaan. Sebelumnya, waktu diparkiran Meisya ingin menghubungi mamanya, namun Rio ternyata sudah menghubungi dulu untuk meminta izin, dia memang selalu punya 1001 cara agar Meisya tetap bersamanya.

🍀

"Wahhh," seruan kecil keluar dari bibir Meisya, matanyapun membulat melihat apa yang terpapar di depannya sekarang.

Sebuah lautan lepas terbentang seolah tanpa ujung di depan sana, dan warna air laut yang memantulkan cahaya emas dari cakrawala, seolah berpadu satu dengan jingganya senja.

Rio hanya tersenyum manis berdiri di samping Meisya yang tak henti-henti menatap lurus ke depan, Rio rasa pergi ke sini pilihannya yang tepat.

Rio berjalan lenggang dan duduk di atas batang pohon yang tumbang, arah tatapannya lurus ke depan dengan kosong. Meisyapun menoleh ke arahnya, ia berjalan mendekat dan duduk di samping Rio.

"Akan lebih baik, jika kamu mengatakan yang sejujurnya," celetuk Meisya namun tak merubah arah pandangan Rio.

"Aku hanya belum siap, dengan apa yang akan terjadi."

"Kamu belum tau apa yang akan terjadi, Rio."

"Aku tau, Mey." Rio mulai menolehnya, "Mereka akan menyuruhku berhenti ," lanjut Rio sedikit berbisik.

"Jangan menyimpulkannya sendiri, Rio. Kita tidak pernah tau apa yang akan benar-benar terjadi, karena itulah kita harus melakukannya agar kita tau."

"Bagaimana jika mereka tetap memaksaku?" potong Rio.

Meisya terdiam, wajah kacau Rio sedang terbelit emosi kali ini. Sepertinya dia tak bisa berpikir jernih.

Suasana mulai gelap, Rio berjanji akan membawa Meisya pulang sebelum jam 8. Karena itulah, sekarang mereka berdua pulang setelah dinner di salah satu lestoran seafood. Kini mereka berdua sudah berada di depan rumah Meisya, mungkin mama Meisya sudah menunggu di dalam.

"Masuk dulu?" tawar Meisya.

"Gak usah, deh. Titip salam buat tante," sahut Rio bernada lelah, Meisya mengangguk kecil sebelum ia berbalik. Tapi ia menghentikan langkahnya, dan kembali berbalik menghadap Rio yang masih memandanginya masuk.

"Pikirkan baik-baik, kalau nanti kamu berubah pikiran, aku akan membantumu bicara dengan kedua orang tuamu," ucap Meisya dengan tersenyum lembut, Rio tersenyum singkat sedikit tak bersependapat. Karena ia masih tak ingin mengatakan apapun, pikirannya terlalu rancau.

"Pulanglah, selamat malam, Rio" lirih Meisya akhirnya, yang hanya di balas senyuman dingin oleh Rio.

"Pulanglah, selamat malam, Rio" lirih Meisya akhirnya, yang hanya di balas senyuman dingin oleh Rio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bukan Pemeran Utama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang