Chapter 3-A Discontinued Momentum

44 3 0
                                    

" . . . ."

      Apa yang kulakukan tadi? Kenapa aku tidak memikirkannya sampai situ.

"Kau sudah bertemu dengannya?"

      "Iya, dia sangatlah cantik"

     Mendengar pembicaraan itu, membuat rei menyesal.

        Sial, jika begini hari-hari ku yang tenang akan sirna.

*Kresek

      Apa yang harus kulakukan? Memikirkannya saja sampai membuat roti bungkusku tidak habis.

*Tap tap tap

    Rei beranjak dari tempat. Berjalan keluar kelas selagi sempat. Meskipun begitu, orang-orang masih tetap memandangnya dengan jijik seperti kecoa.

     Terserah kalian mau memandangiku seperti itu, tapi jangan sampai kalian menyesalinya.

   Kedua matanya tersorot kearah sebuah ruangan yang kosong yang bertuliskan "Masih dalam pembersihan" di pintunya. Tanpa berfikir dua kali, rei membuka pintu itu.

*Cklek

     Hm ? ruangannya bersih-bersih saja.

    Apa yang dipikirannya memang sama dengan kenyataan yang dilihatnya. Dari ditepi jendela, beberapa murid lari terburu-buru kebawah pohon yang sudah berkumpul banyak murid.

      Untung saja aku bisa pergi dari situ.

Begitulah pikirnya, dengan kunyahan yang belum habis, dia melihat seorang gadis ditengah-tengah mereka.

    Hevine werskrive. Aku tidak menyangka dia adalah murid yang dibicarakan. Apalagi, kenapa dia sampai melakukan itu ? Mengelap bibirku dengan tisu, dia kira aku ini apaan. Ya biarlah yang berlalu menjadi berlalu.

Dengan jalan keluar dari batinnya, ia beranjak dari ruangan itu. Hevine, seorang gadis yang mendapat nilai tertinggi masih disekelilingi orang-orang yang penasaran layaknya melihat suatu benda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, ia menahan rasa takutnya serta mencoba menenangkan suasana. Tapi apa daya, para murid disitu sudah lebih dari seratus yang berkumpul hanya demi berkenalan dengannya.

* * *

*Ding Dong

     "Baiklah, sekian pelajarannya. Bapak harap kalian bisa mengerjakan semua ini di Ulangan Akhir beberapa bulan kedepan"

      "Baik !!!" jawab semua murid kelas C kecuali Rei

*Tap tap

Headshet ditelinga didigelapi bayangan tudung jaket dikepala, beranjak dengan penglihatan lurus, melewati hal-hal yang tak berguna didalam gedung hingga ketempat dimana pijakannya tertuju ke tanah yang disapa cahaya mentari orange di langit.

       Apa dia masih disekolahan ya ? semenjak keributan tadi, aku malah befipikir yang tidak-tidak. Apa aku harus kekelasnya ? ya  lebih baik aku coba daripada tidak sama sekali.

*Tap tap tap

     Suara hentakan kaki dibalut bunyi burung berkicau disore hari membuat perasaan rei menjadi tidak tenang. Dia berjalan pelan-pelan sambil mendengarkan lagu di kedua headshetnya. Penuh pertanyaan namun takut menanyakannya, itu lah yang ditunjukkan dari gundahnya.

*Tap tap

      Setelah menghabiskan tenaga, akhirnya dia didepan pintu kelas S yang sangat diagungkan. Tapi, kenyataan mengatakan sebaliknya. Kelas itu sama saja dengan kelas lain, tidak ada perbedaan baik kursi, papan tulis, jendela, lantai dan hal lainnya tidak ada yang berbeda. Didepan kelas itu pintu kelas terbuka, sontak rei masuk dan kedua matanya teralihkan kepada seorang perempuan yang membersihkan meja guru dengan pakian lengan panjang yang dibalut rompi serta rok panjang sampai betis dan ditutupi sepatu hitam membuatnya seperti seorang putri kerajaan. Rambut panjang kuning yang diikat dibelakang kepalanya melambangkan betapa anggunnya dia.

Useless StudentWhere stories live. Discover now