7. Kerja Again!

82.9K 8.6K 206
                                    

"Ante May!" Aku menoleh dan mendapati Aidan berlari ke arahku. Di belakangnya ada Mama yang mengikuti.

"Jalannya pelan-pelan," tegurku pada Aidan.

Aku pernah bertanya pada teman kuliahku yang sudah menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Katanya jangan bilang kata 'jangan' pada anak. Usahakan gunakan kalimat yang positif dan jelas.

Contoh nih ya kalau aku bilang ke Aidan 'jangan lari', terus dia kudu ngapain? Berhenti di tempat? Guling-guling? Ngesot? Kan gak jelas. Cuma ngelarang doang tapi gak ada penjelasan apa yang harus dia lakuin. Tapi kalau aku bilang 'jalannya pelan-pelan' kan jelas berarti dia harus berhenti berlari dan berjalan saja. Apalagi untuk umur-umur Aidan begini kan dia butuhnya yang kongkrit-kongkrit.

Gaya banget ya aku?

"Ante, besok Aidan sekolah!" lapornya penuh semangat.

"Waah hebat. Aidan senang?" tanyaku dan ia mengangguk. Aku mengacak rambutnya gemas.

"Jadi daftar, Ma?" tanyaku kemudian pada Mama saat Aidan sudah kabur ke ruang keluarga untuk menonton TV.

Mama mengacungi ibu jarinya. "Jadi doong. Mama gitu loh marketingnya."

Aku mencibir pelan. Iya deh, kalau udah Mama yang turun tangan mana ada yang bisa nolak.

"Terus Mas Damar langsung ke kantornya, Ma?" tanyaku lagi.

"Enggak, noh lagi parkir motor di depan. Ini kamu mau kemana rapi bener?"

"Nah! Ini kebetulan aku ada panggilan interview kerja, Ma. Gak apa-apa kan Mama sendiri jagain Aidan sama Viana? Viana di kamar lagi tidur."

Mama mengangguk mengiyakan. "Yaudah, hati-hati ya."

Aku kemudian mengambil tangan Mama dan mengecup punggung tangannya. "Jalan dulu ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Di depan pintu aku berpapasan dengan Mas Damar yang baru mau masuk ke dalam rumah.

"Mau kemana kamu, May?" tanyanya sambil menilik penampilanku. "Tumben rapi."

"Yoi dong. Mau interview kerja nih."

"Dimana?"

"Kantor Let's Travel."

Mas Damar mengangguk-angguk dan urung masuk ke dalam. Ia malah balik lagi menyalakan motornya. "Mas mau kemana lagi?" tanyaku.

"Nganterin kamu."

"Emang aku minta dianter?"

"Emang ongkos kamu cukup buat pergi-pulang?"

Ya... ya kagak sih. Niatnya nanti pas pulang ongkos ojeknya bayar di rumah, minta ke Mama dulu. Kok Mas Damar kampret ya tahu aja aku lagi bokek. Dengan mulut mencebik akhirnya aku naik dan duduk manis di belakangnya.

Kulihat dari kaca spion Mas Damar menyunggingkan senyumnya. Jangan-jangan dia mentertawakan aku yang ketahuan lagi krisis moneter. Kampreet!

"Buruan jalan, Mas. Ntar telat nih!" tegurku jutek. Ini aku gak tahu diri banget ya udah dianterin segala pakai nyuruh-nyuruh lagi.

"Iya, iya."

Biarin ah, cewek kan selalu benar. Tuh buktinya Mas Damar aja ngalah.

***

Finally!! Akhirnya aku gak jobless lagi! Mulai besok aku udah bisa kerja di kantor Let's Travel ini. Berbeda dengan tempat kerjaku sebelumnya, sekarang aku bakalan ngisi bagian keuangan. Tepatnya sih bagian staffnya.

QUANDARY [Tersedia Di Bookstore & PlayStore]Where stories live. Discover now