1; Tahap Pertama

1.3K 104 26
                                    

Normal pov

Seorang gadis berkacamata segera mengenakan sepatunya dan segera berangkat ke sekolah setelah berpamitan dengan ibunya. Kuriyama Ui, kelas 1-4 di SMA Fukurodani, SMA elit yang hanya bisa dimasuki orang-orang tertentu.

Ui berjalan dengan santai menuju rumah sahabatnya yang sejalur dengan arah sekolah mereka.

"Emi-cchi!" panggil Ui dari luar.

Tak berapa lama pintu terbuka dan menampakkan wanita paruh baya, ibu dari sahabat Ui.

"Ara, Ui-chan. Emi sudah berangkat pagi-pagi sekali, baa-san titip bekal untuk Emi ya, dia lupa membawanya," seru ibu Emi dengan lembut.

"Ha'i baa-san."

"Matte te," seru ibu Emi dan segera masuk untuk megambil bekal anaknya yang tertinggal.

Tak berapa lama, ibu Emi keluar dengan satu kotak bekal dan dua susu kotak.

"Untukmu satu Ui-chan, hati-hati di jalan ya."

Ui membungkuk sebentar, setelah bekal Emi dimasukkan tas, Ui segera kembali berjalan menuju sekolahnya. Satu tempat yang ia tuju terlebih dahulu, gym dimana klub voli berlatih pagi.

Ui segera menggeser pintu dan kembali menutupnya, terdengar teriakan dimana-mana. Dengan segera Ui menuju bench tempat sahabatnya duduk dan sesekali melirik salah satu anggota voli putra yang populer. Akaashi Keiji. Ya, Ui memang menaruh hati pada senpainya itu, tapi Ui hanya bisa memandang dari jauh dan tidak seagresif para fans yang tergila-gila pada Akaashi.

"Emi-Cchi, kau meninggalkan bekalmu, huft!" Ui mengembungkan pipinya, sedangakn Emi meminta maaf.

"Hontou ni gomenne, aku akan menraktirmu jus bluberry oke?" seru Emi sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Iya deh, lagipula aku sudah tau kebiasaanmu dari kelas satu SMP, Ahoemi!" seru Ui.

"AWAS!"

Dengan spontan Ui menoleh dan mendapati bola voli yang melayang kearahnya, terlambat untuk menghindar. Ui memegang dahinya seraya melepas kacamatanya, dapat dilihat kacamata Ui sudah retak di bagan kacanya. Mata Ui berkaca-kaca antara meratapi kacamatanya dan menahan perih di wajahnya.

Akaashi menghampiri Ui dan segera duduk di sampingnya.

"Daijoubu Kuriyama-san?" seru Akaashi.

Dengan spontan kedua tangan Akaashi memegang pipi Ui dan didongakkan wajahnya karena Ui sedari tadi menunduk. Akaashi sedikit trkejut karena Ui sudah berkaca-kaca sembari satu tangannya memegang dahinya.

"Sesakit itu kah?" Akaashi mengenggam tangan kiri Ui yang memegan dahinya, menyingkirkannya guna melihat keadaan dahi kouhainya itu.

"Aka!" seru Akaashi kemudian.

"Gomen nasai!!" seorang pemuda mirip burung hantu itu membungkuk kepada Ui.

"Sungguh ceroboh, Bokuto-san," sahut Emi menghela nafas.

Akaashi meniup pelan dahi Ui dan mengelusnya, mata ui masih berkaca-kaca. Dengan spontan Ui meletakkan kacamatanya di pangkuannya dan memegang hidungnya, Akaashi terkejut dan langsung menyingkirkan kacamata Ui lalu menggendongnya ala bridal style.

"Aku akan membawa Kuriyama-san keruang kesehatan, Seika-san tolong untuk barang-barangnya," seru Akaashi dan segera melesat keruang kesehatan.

Setelah membaringkan Ui kesalah satu ranjang, Akaashi segera mengambil handuk bersih dan sekotak tissue dan juga baskom berisi air hangat. Akaashi segera mengkompres dahi Ui, dan segera memberi tissue untuk menahan mimisan Ui. Akaashi mengambil tangan kanan Ui yang sudah bernoda darah, sedangkan tangan kanan Akaashi membantu Ui membersihkan noda darah disekitar hidungnya.

If I Know (Akaashi Keiji)✅Where stories live. Discover now