PART 1

74 1 0
                                    

Aku Quinn. Cuaca hari ini sedikit berawan tanpa adanya sinar mataharipun yang muncul. Aku rasa hari ini akan hujan. Jika hujan mulai turun, aku harap pohon besar yang sedari tadi menemaniku di atas rumput hijau ini dapat menampung air hujan yang mungkin akan turun sebentar lagi. Ku tutup buku tebal yang sudah aku baca hampir setengah ini dan mulai membuka telapak tangan kananku sambil memandangi awan yang mungkin sekarang sedang menyaksikanku.

"Sampai kapan tanganku menjadi alternatif dari setiap perkataanku", gumamku dalam hati.

***

Tok tok tok .... ( Ketukan dari luar pintu kamarku )

"Kamu sudah pulang nak?"

Aku melihat ke arah ibuku yang memunculkan kepalanya di celah pintu yang telah dibukanya. Dan aku mengangguk sambil tersenyum tipis. Ibuku wanita yang terhebat, walau ia sudah bertahun-tahun lamanya menjadi single parents tapi ia tidak pernah putus asa mencari nafkah menggantikan seorang ayah yang sudah meninggalkan kami begitu lamanya. Walau ibuku sudah terlihat sedikit keriput di sekujur tubuhnya, tapi untuk usia 40 tahun menurutku ibu ku, ibu yang sangatlah kuat. Ibu yang bisa menjadi seorang ayah di hidupku. 

Ibuku membalas senyumku dengan senyuman yang lebar. Dia amat sangat senang, melihat anak semata wayangnya yang selalu belajar dalam keadaan apapun.

"Besok kamu sudah mulai sekolah ya nak. Persiapkan semuanya yang harus dibawa besok jangan sampai ada yang lupa. Hari pertama sekolah harus semangat ya sayang." Katanya, "Sekarang, kamu makan malam dulu ya. Ibu sudah siapkan makanan buat kamu."

Aku langsung membereskan semua buku-buku yang ada di kasurku dan ku pindahkan semuanya ke atas meja belajarku. Ku ikat rambut panjangku dan mulai beranjak dari kasur untuk menuju ke ruang makan.

***

Esoknya aku bergegas memasukkan semua buku-buku yang aku perlukan saat bersekolah ke dalam tas ranselku yang berwarna putih. Tas yang baru dibelikan ibu dari hasil penjualan baju jahitannya. Akan menjadi temanku saat sekolah nanti. Aku menghampiri ibuku yang sedang menata meja makan dengan sarapan. Aku tersenyum, betapa senangnya masih melihat seorang ibu sampai aku beranjank dewasa seperti sekarang ini. 

"Pagi nak. Sarapan dulu sana."

Aku mengangguk dan langsung duduk di ruang makan kami. Di depan mataku, ibu sudah menyiapkan roti isi selai kacang dan segelas susu coklat untukku. 

"Terimakasih ibu." Kataku dalam hati,

Aku langsung menyantap dengan sangat lahap sarapan yang sudah ibu buatkan. 

"Ini sudah ibu buatkan juga bekal untuk kamu yak nak. Biar nanti kamu tidak kelaparan saat jam istirahat." Katanya sambil tertawa kecil.

Aku tersenyum lebar membalas tawanya. Akhirnya aku mulai bergegas untuk pergi ke sekolah yang tidak jauh dari rumahku. Aku menghampiri ibuku, mencium tangan kanannya dan mencium kanan kiri pipinya. 

"Ini nak, ada sedikit uang jajan untuk kamu di sekolah nanti." Kata ibu.

Aku sontak langsung menggenggam tangan kanan ibuku. Dan aku memberikan kembali uang itu kepadanya. Lalu aku berkata...

"Tidak apa-apa bu, tidak usah. Quinn sudah bawa bekal dari ibu. Quinn sudah cukup dengan bekalnya. Terimakasih banyak." Jawabku dengan segala bahasa isyarat tanganku.

Ibu tersenyum dan matanya pun berkaca-kaca. Aku usapkan pipi kanan ibuku. Dan mulai beranjak pergi menjauh dari ibu sambil sesekali menoleh kebelakang dan melambaikan tangan kananku ke arahnya. 

Sesampainya disekolah, aku sedikit terkejut dikarenakan sekolah yang begitu besar yang ada di depan mataku ini adalah sekolah yang akan menjadi tempatku mencari ilmu selama 3 tahun. Aku merasa senang sekali, tapi akupun sedikit ragu. Akankan aku bisa merasa bahagia disini atau melainkan merasa kesepian lagi....

***

" Ibu ...jika ku belum bisa membantumu saat ini, biarkanlah aku membantumu melalui sebuah doa. Terimakasih ibu, karena walau setiap pagi aku tak bisa melihat senyum sesosok ayah. Tapi aku bisa melihat senyum ayah di senyum riangmu. "

M.U.T.EWhere stories live. Discover now