Chapter 37 | Pertunangan

6.5K 422 9
                                    

Yuhuu author update lagi nih

Happy reading♡

----------

Kiara terperangah saat melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Tentu saja Kiara terperangah bukan karena mengagumi wajahnya sendiri. Lebih tepatnya ia kagum pada gaun berwarna biru pastel yang membalut tubuhnya. Kiara memang jarang sekali mengenakan gaun seperti itu. Ia hanya pernah menggunakannya beberapa kali, itu juga karena dipaksa ibunya.

Rambutnya yang biasanya ia biarkan terurai secara acak atau ia ikat satu kini disanggul tinggi hingga menunjukkan leher jenjangnya. Beberapa helai rambutnya dibiarkan begitu saja hingga menutupi sedikit bagian telinganya. Jangan lupakan sentuhan-sentuhan make up natural yang membuat dirinya tampak lebih segar. Kiara benar-benar sangat terpukau.

"Anda sangat cantik, Nona. Tuan muda sangat beruntung."

Kiara memutar tubuhnya hingga ia dapat menatap orang yang baru saja memujinya. "Terima kasih, Bibi. Semua ini berkat tangan terampil bibi. Oh iya, kenalkan nama saya Kiara, sebaiknya bibi memanggil saya Kiara saja."

"Nama sa.. saya Bertha, Nona."

Kiara merasa tidak suka dengan panggilan Bertha barusan. Wanita itu jelas-jelas lebih dewasa darinya, ia jadi merasa tidak enak jika dipanggil seperti itu. "Kiara."

"Maksud saya Kiara. Maaf saya masih belum terbiasa." Bertha tersenyum canggung, menampilkan lesung di kedua pipinya.

"Bibi sangat cantik, seperti model-model majalah. Kiara jadi iri dengan bibi."

Bertha tersenyum lalu memudarkan senyuman itu. Sebagai seorang pelayan, ia memang tidak diperbolehkan terlalu akrab dengan atasannya. "Apa Kiara memerlukan sesuatu? Saya bisa mengambilkannya."

Kiara menggeleng lalu memilih untuk bersandar di dinding. "Kiara cuma bingung."

"Apa yang membuat Kiara bingung? Saya akan membantu menjawab kebingungan Kiara."

"Kiara mau duduk tapi takut gaunnya rusak."

Bertha tersenyum tipis. "Tidak perlu takut, Kiara. Gaun itu tidak akan rusak sekalipun kau berbaring."

"Benarkah?" Kiara menatap Bertha dengan tatapan berbinar.

"Tentu, tapi sayangnya rambutmu akan rusak jika kau berbaring."

Ucapan Bertha membuat Kiara merasa kecewa lagi.

"Tapi kau boleh duduk, Kiara." Bertha membantu Kiara berjalan ke sofa.

Kiara langsung mendesah lega setelah berhasil mendaratkan seluruh berat badannya ke sofa itu. "Rasanya lega sekali. Terima kasih, Bertha."

"Sama-sama. Apa ada lagi yang Kiara inginkan?"

"Boleh Kiara tahu bagaimana keadaan Morgan saat ini?"

Bertha terdiam setelah mendengar permintaan Kiara. Ia sebenarnya dilarang untuk memberitahukan apapun kepada Kiara, tapi hati nuraninya menolak gagasan itu. "Tuan muda sedang dikurung di dalam kamarnya. Ada beberapa anak buah nyonya yang berjaga di depan kamarnya dan juga di seluruh sudut rumah ini."

Kiara menghela napas gusar. "Kasian sekali, Morgan." Ini semua karena salahnya. Morgan pasti dikurung karena ada ia di tempat ini. Seandainya ia tidak datang ke sini, pasti semua akan baik-baik saja.

"Sejak tuan muda kecil, nyonya memang selalu melakukan hal ini. Nyonya takut jika tuan muda melakukan kesalahan sedikitpun."

Ucapan Bertha berhasil menarik perhatian Kiara. Sejak kecil? "Apa Morgan pernah berbuat kesalahan sebelumnya?"

The Baby is Mine [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora