Rain

79 5 0
                                    

Hujan turun tepat disaat kelas telah selesai. Dalam hati, aku menyumpahi hujan yang tengah turun saat ini dan juga diriku yang dengan cerobohnya meninggalkan payungku di kolong meja. Terpaksa kupakai kedua telapak tanganku sebagai "payung".

Baru seperempat jalan untuk menuju halte Bus, hujan bertambah deras. Aku basah kuyup. Pikiranku saat ini hanyalah segera sampai di halte bus.

Aku berlari kecil dengan tangan berada diatas kepalaku. Huh, kedua tangan di atas kepalaku ini juga tidak berguna. Hujan tetap mengguyur seluruh tubuhku.

100 meter lagi aku sampai.

Aku semakin menambah kecepatan berlariku. Ya meskipun aku juga berhati-hati saat berlari. Sudah hujan lalu aku tergelincir. Ibarat pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga". Akan merepotkan jika begitu jadinya.

Ah, sampai juga akhirnya.

Aku langsung duduk di kursi halte bus. Dingin sekali. Aku menggosok kedua telapak tanganku untuk sekedar menghangatkan tubuh. Tapi, tidak begitu memberi efek hangat sih.

Ketika aku sibuk menghangatkan tubuhku, ada seseorang yang duduk di sebelahku. Tak perlu melihat siapa yang duduk. Aku tahu siapa yang berada di sebelahku. Seketika wajahku berubah cerah meskipun langit sedang murung.

Roland.

Duduk berjarak 15 cm seperti ini saja membuat jantungku bergejolak tak karuan. Aku menundukan wajahku. Menyembunyikan senyum yang mengembang sempurna di bibirku.

Selama hampir 3 bulan ini, aku selalu memperhatikannya. Aku dan Roland tidak satu sekolah. Jadi, aku hanya dapat melihat dirinya saat pulang sekolah seperti ini.

Kulirik sekilas dirinya untuk mengecek ia tengah melakukan apa. Seperti dugaanku, earphone menempel di kedua telinganya. Sedangkan, matanya selalu fokus pada ponsel miliknya.

Pasti sebentar lagi temannya ya-

"Tumben kau datang lebih awal, Land," ucap temannya yang tak kalah tampannya dari Roland.

Benar kan tebakanku tadi.

Karena temannya inilah aku tahu nama orang yang kuperhatikan belakangan ini. Dia memanggil orang yang kusukai dengan "Roland". Sejak itu, nama "Roland" selalu menghiasi diary-ku.

"Iya. Tadi kelas dibubarkan lebih awal, entah apa alasannya."

"Oh, baiklah. Ayo! Pasti sekarang Axel sudah menunggu kita,"ajak temannya lalu berlari menerobos hujan.

Dia bangkit berdiri dan memasukkan earphone-nya ke dalam ransel, bersiap untuk mengikuti temannya itu. Tak lama dia juga ikut menerobos hujan dan berlari entah kemana tujuannya.

Begitulah aktivitasku sehabis pulang sekolah. Mengamati seseorang yang memikat hati bernama Roland tanpa berani mengungkapkannya.

☔️

Minggu berminggu telah berlalu. Seperti biasa, setiap pulang sekolah aku selalu bertemu dengannya di halte bus. Seperti biasa juga, aku tidak berani untuk sekedar menyapanya atau mengajak berkenalan. Aku hanya selalu menyukainya dalam diam.

Hingga di suatu hari, aku tak pernah melihatnya lagi.

Awalnya aku berpikir jika ia sakit sehingga dia tidak masuk sekolah. Namun, ini sudah 3 minggu aku tidak melihatnya di halte.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 07, 2018 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

FeelsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora