kilenc. (!)

5.6K 420 91
                                    

Baejin terbangun dari tidurnya yang lelap, ditatap kesekelilingnya tapi dia merasa sedikit aneh. Perasaan kamarnya tidak berwarna abu-abu lalu dimana dia. Hingga dia tersadar bahwa ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Semalam dia melakukan ini dan itu dengan Guanlin. Baejin mengusap wajahnya lalu menatap jam dinding di kamar Guanlin.

Pukul 05.00.

Pagi benar dia bangun. Baejin berusaha mencari ponselnya yang biasanya diletakkan di nakas tapi benda itu tak ada disana. Lagi-lagi Guanlin yang menyembunyikannya.

"Argh, sakit." Rintihnya.

Ini benar-benar sakit. Seluruh tubuhnya pegal dan sakit. Belum lagi yang ada dibawah rasanya seperti dirobek saja. Mau bangun dia saja tak bisa lalu apa yang harus dia lakukan sekarang. Jika membangunkan Guanlin, Baejin tidak tega. Nanti dia harus sekolah.

Diperhatikannya wajah Guanlin yang sedang terlelap. Cukup lama dia diam, hingga akhirnya diusap lembut rambut hitam Guanlin. Berkali-kali pula dia mengusap pipi Guanlin sayang. Namja ini sangat tampan bahkan saat tertidur seperti ini, bagaimana bisa dia tak jatuh cinta dengan Guanlin. Ia mengulangi kegiatannya sedikit hati-hati takut membuat Guanlin terjaga.

"Eungh," Baejin melirik Guanlin yang terganggu tidurnya, ia segera menarik tangannya. Takut karenanya Guanlin terganggu.

"Pagi, Bae."

Guanlin membuka matanya perlahan lalu menarik tangan Baejin yang sedaritadi menyentuh wajahnya. Diciuminya tangan itu sayang. Namja itu merasa bersyukur saat dia bangun, dia masih sempat melihat Baejin, ia sudah takut saja namja itu akan marah-marah padanya saat pagi hari. Tapi sepertinya pikiran itu tidak benar. Baejin malah tampak makin menyayanginya.

"Apa aku menganggu tidurmu?" tanya Baejin melanjutkan mengusap rambut Guanlin, sesekali memainkannya.

Guanlin menggeleng. "Aku ingin melihatmu."

Dibuka kedua bola mata yang berhasil menghisap perhatian Baejin, iris mata madu itu tampak sangat tentram memandang objek cantik dihadapannya. Seorang namja manis yang berwajah mungil dan penuh kasih sayang. Guanlin menggerakkan tangannya, memijat pelan pinggang Baejin. Ia tau bahwa sang pujaan hati pasti merasa sangat tidak nyaman dibawah sana.

"Apa sakit sekali?"

Baejin mengangguk.

Guanlin menarik dirinya, duduk bersandar pada dashboard ranjangnya. Matanya berhasil menangkap jam dinding yang menunjukkan pukul 05.15, masih lama waktunya untuk bermanja-manja dengan Baejin, dan kini ia menarik pelan namja itu untuk bersandar pada dashboard bersama dengannya.

"Bae, ada yang ingin kubicarakan."

"Mwo, Guan?"

"Jadilah kekasihku, ah, aku ingin hubungan lebih kompleks dari kekasih. Jadilah tunanganku."

"Ini sangat tidak romantis, Guan. Setelah kita melakukan ini itu, kau mengajakku bertunangan. Benar-benar lucu."

"Aku serius, Bae."

Ditangkupnya pipi Guanlin lalu diusapnya penuh kelembutan. "Aku mau, Guan."

Namja tampan itu tersenyum senang mendengarnya. Ia tidak pernah berniat bercanda dengan Baejin, ia benar-benar serius dengan namja itu. Dan tunggu saja setelah dia lulus SMA maka Baejin akan langsung dikenalkannya pada kedua orangtuanya. Memproklamirkan secara nyata bahwa Bae Jinyoung akan menjadi Lai Jinyoung. Sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah mengikat Baejin sepenuhnya dengan seperti ini.

Guanlin kembali menciumi seluruh area wajah Baejin. Membuat Baejin bergerak kegelian karena sekali dua kali, Guanlin bukan hanya mencium tapi juga menggigit.

· l e s ·Where stories live. Discover now