15. Like Father Like Daughter?

9.9K 1K 45
                                    

Ini adalah hari ke-7 kondisi Ralina membaik. Ralina juga sudah di pindah ke ruang perawatan. Ali dan Prilly juga menyempatkan diri mereka untuk menjenguk Ralina.

Sementara Dion, pria itu kembali ke New York 5 hari yang lalu karena ada meeting sedangkan Roni pergi ke perusahaan dan Felia yang menunggu di rumah sakit.

Wanita parubaya itu duduk di sofa, menatap Prilly, Ali dan Ralina yang sedang asik bernyanyi. Ali berdiri sambil memetik gitarnya sedangkan Prilly dan Ralina yang bernyanyi.

🎶Seberapa hebat kau untuk kubanggakan.
Cukup tangguhkan dirimu untuk selalu ku andalkan.
Mampukah kau bertahan hidupku yang malang.
Sanggupkah kau meyakinkan disaat aku bimbang.🎶

Ali mengakhiri genjrengan(?) gitarnya menirukan chord lagu Seberapa Pantas by Sheila On 7 yang dinyanyikan oleh GAC. Lagu yang kini sedang nge-trend karena dipakai oleh salah satu judul sinetron di televisi.

"Yeay," Prilly bertepuk tangan girang setelah selesai menyanyikan lagu tadi.

"Pril, kamu makan dulu gih. Mama udah masak makanan kesukaan kamu," ucap Felia.

Senyum Prilly makin mengembang, lampu hijau bahwa Felia menerimanya. Prilly bangkit dari duduknya dan menghampiri sang Mama yang duduk di sofa.

"Mama tau aku suka makan apa?" tanya Prilly antusias.

Felia tersenyum tipis, "Mama cuma firasat aja sih, kamu itu mirip sama Papi kamu jadi Mama bikin aja sandwich isi daging asap,"

"Itu kesukaan aku, Ma!" pekik Prilly girang.

"Oh, ya?" tanya Felia ragu.

"Iya, aku mau nunggu Papi aja deh" Prilly beranjak dari sofa dan duduk di kursi yang tadi. Mereka melanjutkan acaranya bernyanyi.

Tak lama, pintu terbuka. Menampakkan dua pria yang memakai pakaian formalnya, Prilly bangkit dari duduknya. Berlari dan melompat ke pelukan Dion.

"Kangen," rengek Prilly.

Dion terkekeh geli lalu merengkuh tubuh anak gadisnya, "Uhh, kita pergi sebentar ya?"

"Kemana?"

Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Prilly lalu berbisik, "Kita quality time bareng, Papi kangen kamu"

"Hmm, boleh. Kita pergi sekarang?" tanya Prilly antusias.

"As your wish princess,"

"Makasih, Papi" pekik Prilly kegirangan.

Kedua orang itu berlalu begitu saja. Begitulah Prilly dan Dion, jika mereka bertemu, mereka memiliki dunia sendiri.

Benar-benar replika Dion.

•••

"Papi,"

"Apa sayang?" Dion mengusap sudut bibir Prilly yang terkena saus dengan ibu jarinya.

"Kita beliin makanan buat mereka yang di rumah sakit, ya? Kasihan Mama kalau harus bolak-balik masak,"

Dion menyesap Green Tea Latte miliknya, "Iya, kamu pesan aja."

Prilly berdecak kesal, "Bukan disini tempatnya, Pi"

Dia ingat kalau Felia dan Roni tidak akan makan-makanan di restoran paling mewah di kota Jakarta bila tidak ada keperluan. Lebih baik uang itu di sumbangkan saja, toh masih ada yang lebih membutuhkan.

"Dimana sayang? Disini makanannya enak kok," ucap Dion.

Prilly memutar bola matanya malas, memang sih makanannya enak tapi belum kenyang. Sirloin steak 1 dan lemon tea 1, mana kenyang Prilly. Lebih enak makan nasi uduk sama es teh, udah kenyang.

"Di warung gitu, Pi. Nanti Prilly aja deh yang beli, buat makan malam"

Yah, mereka menghabiskan waktu di semua tempat. Dion sengaja membawa mobil miliknya yang ada di Indonesia daripada membayar taksi.

"Iya sayang, mau gelato? Atau boneka?"

Mata Prilly berbinar saat Dion menyodorkan boneka Doraemon yang hanya di produksi di Jepang dan Singapura saja.

"Aaaa, makasih Papi"

Ini adalah hari bahagianya sepanjang hidup!.

•••

Dengan hati-hati, Dion menidurkan Prilly di sofa panjang. Dia menjadikan pahanya sebagai bantalan Prilly lalu menyelimutinya.

Prilly sepertinya kelelahan. Setelah dari restoran, Prilly langsung membeli makanan untuk mereka dan menyerahkannya kesini. Setelah itu, kembali pergi dengan Dion ke pasar malam.

Tak ada Roni disana. Roni pergi ke bawah untuk membeli beberapa camilan dan kopi sedangkan Ralina duduk di sofa yang cukup untuk 2 orang saja.

"Sepertinya Prilly kelelahan," ucap Felia.

"Yeah, Prilly terlalu bersemangat. Tidak bisa diam," ucap Dion.

"Lalu, kenapa kau tidak menikah saja. Pasti banyak wanita menyukaimu,"

Dion menghembuskan nafasnya, "Mereka hanya menyukai hartaku dan hanya memandang fisik. Mereka tidak menyukai Prilly," Dion tersenyum kecut. "Setidaknya aku masih bisa melihat dan merawat Prilly sebelum aku meninggalkan dunia nanti"

Felia tersenyum kikuk tanpa berniat untuk menjawab. Dion itu sangat baik!.

#TBC.

Hai readers ketjeh ku. Makasih ya udah baca dan ngevote cerita abal-abal penuh dengan kata yang unfaedah.

Bonus picture

Roti sobeknya Papi Dion

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Roti sobeknya Papi Dion. Aaaaa, Papiku❤❤❤❤❤❤

2U ✔Where stories live. Discover now