Chapter 1 | Dinner Family

16K 1.1K 25
                                    


Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Setahun kemudian


Elizabeth Maria Wayne's POV




"Lizzy, tolong aku!"

Untuk yang ke sekian kalinya, aku menghela napas dan meletakkan tubuh Liam yang sudah tertidur kembali ke keranjang bayi. Tanganku mengelus pipi putraku yang tembam itu dengan sayang, sebelum meninggalkan kamarnya.

Dua bulan yang lalu, aku kembali ke New York. Menjadi ibu tunggal sekaligus pengangguran sangatlah rumit—sebenarnya, aku sudah membuat novel, tetapi tidak satu pun di antara naskahku yang berhasil masuk penerbit. Untung Ana menawarkan rumah yang baru ditempatinya untukku dan anakku. Kami juga saling bergantian dalam menjaga Liam.

William Byron Wayne, bayi kecilku yang sekarang berusia empat bulan dan merupakan replika dari papanya: mulai dari mata, hidung, bentuk wajah, warna rambut, semuanya. Dia setidaknya mengobati kerinduanku sedikit demi sedikit akan Maxwell. Ah, aku ingin melihat ekspresi Maxwell saat melihat Liam pertama kalinya. Namun, itu semua hanya mimpi, bukan?

Kedua orang tuaku awalnya kecewa karena Liam dilahirkan tanpa seorang ayah, apa lagi Ayah ingin tahu siapa identitas ayah Liam. Tentu saja, aku tidak mengatakan apa pun, tetapi lambat laun mereka menyadari kalau cucu mereka mempunyai darah kerajaan. Ya, setidaknya Ibu dan Ayah menerima Liam dengan tangan terbuka dan menjadikan Liam cucu kesayangan. Haha! Tentu saja cucu kesayangan, karena Liam cucu mereka satu-satunya.

Aku berlari menuruni tangga dan melihat Ana berdiri di ambang pintu dengan tangan yang penuh kantong belanjaan. Aku menutup mulut berusaha menahan tawa. "Astaga ... kau ini ada-ada saja. Oh, iya, apa adikku menelepon rumah tadi malam?"

Ana meletakkan semua kantung belanjaan di atas lantai dan menepuk tangannya. Dia menggeleng. "Bukan tadi malam, tapi tadi pagi saat kau mandi. Dia bilang kalau ibumu menyuruhmu datang untuk makan malam. Dan bawa Liam juga."

Aku mendengus. Benar, Ibu benar-benar tersihir dengan anakku ini dan jika aku pergi mengunjungi mereka serta membawa Liam, maka semalaman penuh anakku itu akan berada di gendongan neneknya. Aku meraih sebagian kantung belanjaan Ana yang tergeletak di lantai.

"Itu artinya kau akan menginap di rumah Paman dan Bibi?" Ana bertanya dengan wajah yang cemberut. Sama seperti ibuku, Ana juga mendapat sihir dari Liam sehingga dia tidak bisa berpisah lama dengan putra kecilku itu.

"Kurasa tidak, besok aku ada wawancara. Jadi, aku akan pulang."

Ana mengangguk dan menutup pintu, melepaskan sepatu, dan berjalan ke ruang tamu. Aku menatap kantung belanjaan yang masih tersisa di lantai dan mendecak pelan. "Ana! Belanjaannya!"

"Oh, iya! Maaf, Mama Beruang!" teriak Ana. Beberapa detik kemudian dia kembali dan membawa sisa kantung belanja yang tidak bisa kubawa ke dapur.

The Royal Heir (Book Two Of The Royal Series) ✔ [SUDAH TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant