part 17

7.3K 407 15
                                    

Bulu mata lentik berwarna hitam itu membuka menunjukan lensa mata cokelat yang dimiliki gadis itu. Eta mengedip-ngedipkan kelopak matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Loh kok gue di sini?" gumamnya ketika melihat ruangan kamar bernuansa hitam putih yang pernah ia lihat sebelumnya.

Eta mengubah posisinya menjadi duduk di tengah-tengah ranjang. Ia beringsut ke ujung ranjang.

"Awww...." rintihnya, ketika merasakan rasa perih dari luka yang ada di kakinya. Ia meraba area yang sakit. Darah yang masih basah mewarnai jari tanganya begitu juga dengan kain putih pembungkus kasur.

"Eta lo udah bangun?" tanya Axsa yang tiba-tiba masuk sambil membawa nampan berisi bubur ayam dan segelas susu cokelat yang masih hangat.

Axsa segera menyimpan makanan yang ia bawa ke atas nakas, lalu bergegas menghampiri Eta yang tengah menunduk meniupi kakinya.

"Lo luka?" tanya Axsa lantas berjongkok dan mengusap luka yang ada di kaki Eta.

"Aww..."

"Tunggu bentar! Gue ambil kotak P3K dulu."

Eta menganggukan kepalanya. Axsa langsung berlari ke bawah dan mengambil kotak P3K.

"Mana sini kaki lo." ucap Axsa setelah ia tiba dengan kotak P3K di tanganya.

"Aww.. Pelan-pelan dong. Sakit tahu." ringisnya, ketika kakinya di bawa Axsa ke atas paha cowok itu.

"Lo henapa hisa hek hini?"

"Hah?" Eta bertanya karena kalimat yang Axsa ucapkan tak jelas akibat kedua bibirnya menjepit wadah obat merah. Axsa menyimpan kapas yang telah ia celupkan ke dalam alkohol yang rasanya dingin bukan perih ketika di dekatkan ke luka. Axsa meneteskan cairan merah ke permukaan perban yang dilipat menjadi kecil lantas menjawab, "Lo kenapa bisa kek gini?"

"Gak papa. Kena paku."

"Terus lo kenapa nangis sambil lari-larian?"

"Eh-lo liat?"

"Kalo gue gak liat lo gak bakalan di sini."

"Oh iya lupa. Terus lo kenapa bawa gue ke rumah lo?"

"Gue pikir lo nangis karena ada masalah di rumah, jadi gue bawa lo ke rumah gue aja. Mama juga udah nanyain lo kapan kemari sejak lo pulang minggu lalu." jawab Axsa dengan tangan merapetkan haniplast di kaki Eta.

"Segitunya yah mama lo?" tanyanya lagi masih memerhatikan gerakan-gerakan Axsa.

"Mamah udah sayang sama lo sejak ketemu pertama kali. Sikap lo ngingetin mama sama seseorang." jawab Axsa sambil melangkah menuju nakas.

"Oh. Siapa emang?" tanya Axsa yang masih membuntuti gerakan dan langkah Axsa.

"Bukan siapa-siapa." jawabnya yang mendapat anggukan kepala dari Eta.

Axsa mengambil mangkuk berisi bubur dan membawanya. Ia duduk di samping Eta.

"Lo cobain deh! Ini asli bubur buatan gue sendiri." ucap Axsa dengan tangan yang mengaduk bubur.

"Gue pikir kalo cowok masak bukan masakannya yang mateng tapi rumahnya." ujar Eta sambil tertawa garing.

"Ngerendahin gue lo. Nih aaaa...." tukasnya lalu menyodorkan sesendok bubur ke arah mulut Eta. Tanpa pikir panjang, Eta memakanya dan menelanya.

"Asin banget yah. Lo pengen kawin apa gimana?" tawanya mengejek.

"Masa sih? Tadi gue cicipin pas kok rasanya."

"Gak percaya? Coba aja!"

Axsa menyendok bubur dan mengarahkan ke mulutnya. Tanpa disangka-sangka, Eta mendorong siku tangan Axsa, menyebabkan bubur yang ada di atas sendok berpindah ke atas hidung mancungnya.

Forever Alone (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang