part 25

9.5K 420 1
                                    

"Jika seandainya gue pergi ninggalin lo dan dunia ini, apa yang akan lo lakuin?" tanya Eta ketika mereka duduk berdampingan di kursi taman yang ada di halaman rumah sakit.

"Gue gak bakalan lakuin apapun. Jika itu takdir Tuhan gue gak bakalan bisa mencegahnya. Sekalipun gue janji buat bahagiain lo." jawab Axsa.

"Hmmm..." Eta hanya bergumam menanggapinya.

"Hahaha.... Ternyata hidup sesimple itu. Apa yang baik selalu pergi tanpa diminta." Axsa tertawa renyah.

"Gue boleh minta satu hal gak dari lo?" pinta Eta sambil menatap Axsa lembut.

"Apapun itu."

"Kalo gue pergi lo harus janji jangan nangis, jangan sedih, dan lupain gue. Buat hidup lo bahagia tanpa adanya gue."

"Akan gue coba. Gue boleh minta satu hal juga dari lo?"

"Yah.."

"Jangan lupain gue. Dan katakan pada diri lo sendiri kalo lo gak bakalan pernah pergi dari gue apapun yang terjadi. Karena gue yakin seberapa besarpun usaha gue buat lupain lo itu gak akan pernah berhasil. Karena lo udah jadi satu-satunya orang yang gue sayang dan ingin gue bahagiain selain nyokap." jelas Axsa yang membuat Eta terdiam tanpa bahasa.

Inilah yang ia suka dari Axsa. Sikap yang menyebalkan tetapi mampu membuatnya merindu.

Hening.

Semua berubah canggung. Axsa memerhatikan gadis yang ada di sampingnya.

Pipi yang dulunya berisi kini tirus. Tangan yang dulu kenyal kini hanya tinggal tulang. Benar-benar kurus. Rambut cokelat alami yang dulunya lembut dan lebat kini tinggal sedikit. Sangat tipis.

"Ta gue cuman gak mau kehilangan lagi." Axsa menatap Eta dengan keduanya menangkup kedua lengan Eta yang terasa sangat kecil.

Tatapan teduh yang tampak dari mata hitam Axsa membuatnya bergeming. Mematung dan hanyut di dalamnya.

Jantungnya memacu cepat ketika wajah Axsa mendekati wajahnya. Hembusan nafas Axsa begitu hangat ketika kening dan hidung mereka bertemu.

Dengan jarak sedekat ini, Eta tak mampu berbuat apa-apa lagi. Ia terpaku pada teduhnya tatapan Axsa. Eta menutup matanya.

"Jangan pergi dari gue."

Setelah mengucapkan itu Axsa mencium lembut kening Eta. Menyentuhnya lama dan penuh kasih sayang.

Eta membuka matanya ketika Axsa menjauhkan diri dari Eta. Axsa tersenyum manis ke arahnya.

Axsa tak menyangka jika Eta akan memeluknya. Awalnya ia terkejut namun, beberapa detik kemudian Axsa membalas pelukanya. Bahkan sangat erat.

"Lo kenapa? Tumben kek gini." tanya Axsa lembut tepat di samping telinga Eta yang terasa begitu menggelitik.

"Enggak." Eta menggeleng pelan.

"Biarin gue kayak gini."-'gue cuman ingin meluk lo buat yang terakhir kalinya. Nikmati harumnya wangi tubuh lo sa. Ngerasain gimana hangatnya pelukan lo. Sebelum gue pergi.'-batin Eta.

Air matanya tertahan untuk keluar. Ia tak mau jika Axsa melihatnya menangis. Tapi apalah daya, cairan bening itu meleleh dan menerobos keluar membasahi pakaian yang di pakai Axsa.

"Ta lo nangis? Lo kenapa?" tanya Axsa khawatir.

"Enggak sa. Gue bahagia bisa bareng sama elo." jawab Eta sambil tersenyum. Mengeratkan pelukanya dan menangis tanpa suara di dekapanya.

"Gue juga."

****

"Hai ta!" Ela tersenyum kikuk menyapa Eta yang tengah duduk di lantai bersama sahabat-sahabatnya.

Forever Alone (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang