Chapter 1- The Missing Puzzles

112 3 0
                                    

Waktu itu, temanku si Fico pernah berkata kepadaku bahwa dia mempunyai sebuah permainan yang bisa dibilang sangat ekstrim. Permainan itu bernama "Find The Missing Puzzles". Dalam permainan tersebut kita diberikan sebuah papan puzzle khusus yang isi dari puzzle tersebut disebar ke tempat-tempat tersembunyi di sekitar tempat kita bermain. Lalu bila kita berhasil, kita akan menemui seseorang yang dapat kita mintai satu permintaan kita. Namun, konon katanya bila permintaan kita dikabulkan kita harus mencari tumbal setiap satu bulan sekali selama kita hidup atau bila kita melebihi batas waktu yang di tentukan, kita yang akan menjadi tumbalnya.


Mendengar hal itu aku hampir saja tertawa geli kepada temanku karena penjelasan permainan itu yang kurang masuk akal dan merupakan sebuah lelucon anak kecil bagiku. Bagaimana aku tidak tertawa geli, mana ada seseorang manapun yang mampu mengabulkan semua permintaan kita. Pesulap saja tidak akan bisa memuaskan semua permintaan dari penontonnya. Jin pun aku juga tidak percaya mampu mengabulkan permintaanku yang susah sekalipun.


"Udah deh, lu ngga usah kebanyakkan nonton sinetron di channel ikan terbang sih. Gini deh jadinya, lu ngelucu tapi sebenernya lelucon lu kaga lucu sama sekali. Kasian banget si lu" kataku meledek Fico.


"Iya udah, lu beneran kaga mau main ini? Lumayan tau kalo dapet apa yang kita minta. Beuh! Uang Triliunan bisa ada di genggaman, bro. Lu kaga ngiler? Gua si ngiler banget" jawab Fico seolah membayangkan hujan uang turun dari langit.


"Iya si. Tapi gua tetep kaga yakin bro kalo kita bakal dapet apa yang kita minta. Apalagi kalo udah dapet kita juga disuruh nyari tumbal kan? Percuma keles. Mintanya ngga seberapa, bebannya seumur hidup. Males amat keles!"


"Udah dicobain aja dulu, Dito. Perkara bener atau kaganya kan tinggal liat hasil akhirnya aja. Gimana? Tertarik?" rayu Fico.


"Ih! Apaan si lu! Jijik gua liat tingkah lu yang udah kaya sales MLM. Iya deh iya, gua ikut. Ajarin gua dulu pokoknya"


"Bagus! Gua suka gaya lu! Ini kita langsung main di rumah kosong deket rumah lu aja ya?"


"Ya, Oke"


Sesampainya kami di rumah kosong dekat rumahku. Aku kemudian memulai permainan itu setelah Fico mengajariku bagaimana cara untuk bermain. Permainan ini dibagi menjadi dua pelaku, pertama Finder atau pemain yang mencari seluruh bagian-bagian puzzle yang hilang. Kemudian yang kedua adalah Thief atau pemain yang harus menyembunyikan bagian-bagian puzzle tersebut dan permainan ini dibatasi oleh waktu selama 1 jam. Disini aku sebagai Finder dan Fico sebagai Thief. Lalu untuk yang berhak mendapatkan kesempatan untuk mengajukan permintaan adalah salah satu pemain yang berhasil menang dari permainan ini.


Bagiku ini adalah permainan yang sangat mudah untuk di lakukan. Bahkan anak kecil umur lima tahun pasti juga bisa main permainan semacam ini. Apa susahnya coba mencari bagian-bagian puzzle semacam ini? Ditambah aku adalah orang yang perfectionist. Pasti aku akan sangat teliti dan dapat memenangkan permainan ini kurang dari 30 menit.


Apa yang aku putuskan untuk mengikuti permainan ini merupakan kebodohan yang sangat tidak bisa aku bayangkan lagi. Ternyata dugaanku benar, aku dapat menyelesaikan permainan ini kurang dari 30 menit. Namun, aku tidak menemui siapapun kecuali Fico yang mulai berdiri dan tersenyum lebar kepadaku seolah senyuman tersebut ingin menerorku.


"Fic. Fic lu kaga apa-apa kan? L-l-l-l-lu ngapain senyum-senyum gitu sambil bawa cutter kek gitu? K-k-k-kaga usah bercanda, Fic. Lelucon lu kaga lucu sama sekali" ucapku sambil menahan rasa takutku.


"Gua kaga apa-apa, Dit. Gua malah mau ngasih lu hadiah atas kemenangan lu. Gua harap lu mau nerimanya ya" kata Fico sambil tersenyum lebar dan mendekat kepadaku.


"Fic. Tunggu g-g-g-gua salah apa ke lu?! Gua kaga mau mati, Fic. Jangan jadiin gua tumbal buat permainan sialan ini! Please, gua mohon ke lu"


"Gua kaga bakal bunuh lu, Dit. Lu kan sahabat gua dan gua mau main sama lu. Oh ya, soal permainan tadi, memang gua cuma bercanda doang. Kaga ada seseorang yang bakal dateng buat ngabulin permintaan lu. Yang ada cuma gua disini yang mau ngasih hadiah ke lu. Hadiahnya berupa tiket gratis ke surga. Keren kan?"


Tak banyak pikir, aku langsung bangkit dan lari menjauhi Fico. Tetapi, setelah aku sampai di pintu utama. Aku tidak bisa membuka pintu tersebut. Berbagai cara telah aku lakukan untuk membuka pintu tersebut. Namun hasilnya tetap nihil hingga pada akhirnya mulai terdengar suara Fico tertawa sambil mendekati diriku. Aku yang tak tahu harus bagaimana lagi pada akhirnya memutuskan untuk pasrah dengan keadaanku saat ini. Mungkin memang ini jalan terakhir aku hidup di dunia ini.


"HAHAHAHAHA. Ko lu berhenti si, Dit. Permainannya masih berlangsung loh. Ngga seru kalo lu cepet ketemu sama gua. Sana lu lari lagi" kata Fico sambil mendekat ke arahku.


"Sh*t! Gua udah pasrah ama keadaan gua saat ini. Mau gua mati kek mau kaga terserah lu. F*ck! A****g lu!" pekikku menahan tangis.


"Hmmm. That's too bad. Padahal gua masih ngasih lu buat kabur dari sini dan mungkin laporin gua ke polisi. Tapi ternyata gua salah sangka. Sahabat gua yang bernama Dito Syahputra satu ini adalah orang yang gampang untuk putus asa. Ya udah deh gua kasih tiketnya sekarang aja ya. Gua kasian liat lu"


Dengan sekali gerakan, cutter yang sedari tadi dipengang Fico mampu menembus tenggorokanku. Besi yang dingin dapat terasa dengan jelas ketika merobek tenggorokanku yang mulai terasa panas dan sakit. Darah dari tenggorokanku mengalir dengan deras keluar dari tubuh malangku yang mulai kehilangan kesadaran. Detik-detik terakhir aku masih dapat mendengar Fico berkata kepadaku bahwa dia cemburu akibat aku lebih mementingkan pacarku daripada perasaan dirinya. Setelah mendengar hal itu, semuanya menjadi gelap dan sunyi.


"Sebuah Persahabatan Bagaikan Puzzle Yang Utuh. Mereka Akan Saling Melengkapi Satu Sama Lainnya Untuk Membentuk Suatu Pola. Bila Terdapat Satu Bagian Yang Hilang, Maka Puzzle Tersebut Tidak Akan Sama Lagi"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 29, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Creepy Night StoriesWhere stories live. Discover now