39

305 59 5
                                    

Malam itu, Jungkook menghabiskan waktu bersama Eunha dengan memainkan sebuah game kuno dengan kayu yang ditumpuk.

Banyak balok-balok yang ditumpuk secara vertikal di atas meja. Cara bermainnya sangat mudah, tapi harus membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian yang sangat tinggi.

Sekarang adalah giliran Eunha untuk bermain, karena tadi, Jungkook sudah banyak meloloskan balok tanpa harus merobohkan setumpuk balok yang lainnya.

Eunha menggigit bibir bawahnya untuk mencoba berkonsentrasi pada balok yang akan ia ambil. Tapi, karena Eunha tak dapat mempertahankan keseimbangan pada jari-jari tangannya, ia dengan mudahnya merobohkan tumpukan balok itu.

Ia mendengus saat itu juga. Padahal, sedikit lagi ia akan memenangkan permainannya dari Jungkook. Tapi, ia kalah di langkah terakhirnya.

Jungkook hanya bisa tertawa menerima kemenangannya. Ia pun merasa gemas terhadap ekspresi yang Eunha pasang diwajahnya. Ia rasa, Eunha benar-benar menyesal sekarang.

"Mengapa balok-balok itu sangat menyebalkan? Mereka tak mengerti perasaanku!" Protes Eunha.

Jungkook segera mengacak-acak rambut Eunha, "kau ini bagaimana? Mengapa kau menyalahkan balok-balok itu? Kau saja yang tak berhati-hati." Ucap Jungkook gemas.

Eunha mendengus, "haruskah aku menyalahkanmu atas kekalahanku? Mengapa kau membela balok-balok itu?!"

Jungkook kembali tertawa saat Eunha berbicara demikian. Bagaimana bisa, Eunha berubah menjadi sensitif seperti ini? Itu terlihat seperti gadis kecil yang merajuk, dan itu sangatlah membuatnya merasa gemas terhadap Eunha.

"Mengapa kau sangat lucu jika kau sedang merajuk? Sudah, kau tepati janji saja padaku. Jika kau kalah, kau harus mencium pipiku 2 kali. Kau ingat?" Jungkook memberikan senyum smirknya.

Eunha mengangguk pelan, "k-karena itulah a-aku tak ingin kalah. Inilah alasannya aku ingin menang darimu."

"Sudah, sudah.. Mana? Aku ingin menagih perjanjian kita tadi." Ucap Jungkook.

Eunha mengaitkan jemarinya satu sama lain. Ia meremas ujung bajunya kuat, karena ia merasa gugup ditatap dalam oleh lelakinya itu.

Jungkook sudah berada dekat di depan wajah Eunha sambil menatapnya dalam.

Tak ada yang berbicara satu sama lain. Mereka hanya saling meresapi rasa kasih dan sayang melalui tatapan mata yang dalam dan.... Hangat.

Kriingg... Kriingg..

Tiba-tiba saja, suara bel apartemen memenuhi ruangan. Yang otomatis, Jungkook menggeram dibuatnya. Mengapa harus saat ini?

Kriingg... Kriingg...

Tak bisakah tamunya itu berhenti menekan bel? Memangnya, satu kali menekan saja tak cukup? Batin Jungkook.

Eunha dan Jungkook jalan beriringan ke arah pintu masuk. Jungkook tak melihat cctv dahulu untuk melihat siapakah tamu itu.

Karena Ia kesal, ia jadi langsung membuka pintunya dengan kuat.

"Tak bisakah kau me--" ucap Jungkook terhenti.

Eunha pun tak kalah terkejutnya terhadap siapa yang datang saat ini.

Mereka berdua mematung layaknya sebongkah es batu sedang mengelilingi kakinya. Mereka tak dapat bergerak.

Sedangkan, sang tamu hanya menunjukkan wajah datarnya.

Saat Eunha sudah sadar dari ketidak-percayaannya, ia segera mengumpat di belakang punggung lebar Jungkook.

Is That Love? [EUNKOOK]✅Where stories live. Discover now