Bab 10

20 4 0
                                    

Alana menatap Evan geli, cowok itu sedang mengerjakan latihan yang ada di buku paket dengan sangat tekun.

Sedangkan Evan pura-pura fokus pada soal-soal latihan, padahal ia benar-benar tidak kuat diperhatikan Alana.

"Nih, selesai!" Evan menyodorkan buku paketnya pada Alana. Kemudian menyeruput milky tea yang dipesannya tadi.

Alana buru-buru mengubah cara pandangnya agar terlihat biasa saja, lalu tersenyum tipis. Ia mengambil buku paket Evan, lalu mengoreksi jawaban soal-soal yang tadi dikerjakan Evan.

Evan asyik dengan minumannya sambil sesekali melirik Alana, adem. Mesti makasih nih gua ke Bu Mitha ama Pak Agung..

Alana yang tidak sadar, asyik dalam pelajaran Sosiologi kesukaannya itu.

"Van," Alana mengadah, buru-buru Evan mengalihkan pandangannya kemudian menoleh dengan alis terangkat satu pada Alana.

"Apa?"

Alana memangku tangannya, menatap Evan penuh selidik. Matanya mulai bergerak menelisik Evan.

"Napa sih lu!" Evan menoyor kepala Alana ke belakang agar Alana melepas tatapannya.

Alana tidak langsung menjawab, ia menggumam-gumam tidak jelas. Akhirnya ia menjawab, menyerah mencari tahu. "Gue heran aja, jawaban lo sama caranya delapan puluh lima persen bener, cuma dikit salahnya deng. Tapi.. Kenapa nilai lo jelek mulu?" tanya Alana, pandangan matanya terlihat begitu heran.

Evan melihat ekspresi Alana hanya mendengus geli sambil mengangkat bahunya tak acuh.

"AH! GUE TAHU!" pekik Alana keras membuat beberapa pengunjung di dekatnya melotot kesal padanya. Alana meminta maaf, kemudian ia langsung beralih pada Evan. "Lo! Lo nyontek ya?! Nyalin di jawaban sebelumnya! Kan ini tugasnya udah pernah dikerjain!" tuduh Alana.

Evan melotot mendengarnya. "Kagak! Enak aja lu ngomong! Lu gak liat apa dari tadi gua matanya ke soal gak kemana-mana?! Lagian di situ, jawaban gua pada salah dan yang bener gak dibuletin! Kalau dibuletin juga, gua tetep mesti nyari cara gimana sampai ketemu jawaban yang benernya lah! Sama aja," tandas Evan.

"Ya udah iya," Alana mengangguk membenarkan. Ia menyeruput lemon tea miliknya untuk menjernihkan pikirannya. "Terus, kalo gak nyontek, kenapa bisa?" tanya Alana lagi.

Evan mengernyit mendengarnya. Beberapa saat kemudian, dia memasang senyum jahil. "Umm.. Mungkin karena yang ngajarin elu makanya pelajarannya masuk," jawab Evan sambil menaik-naikan alisnya menggoda Alana.

Alana menimpuk Evan. "Sialan lo, gue enggak baper!" rutuk cewek itu kesal membuat Evan tertawa ngakak, yah walau di dalam hati yang sangat dalam sakit banget, gengs.

Alana meberengut melihat Evan yang asyik ngakak sendiri membuatnya semakin kesal. "Ah, tahu ah," cewek itu mencebik sambil membereskan peralatan sekolahnya.

"Eh, eh, mau kemana???" tanya Evan panik. Duh, masa doi ngambek sih... Enggak asik nih, baru aja mulai deket!!

"Balik kuy, udah sore banget. Gue gak mau nyokap ngomel," ajak Alana.

"Oke, gua bayar dulu ya, makanan kita." kata Evan.

"Oh iya, hampir lupa gue, belom bayar! Tar, gue ambil uang--"

"Gua aja yang bayar, anggep aja gua bilang makasih karena materi pada masuk kalo diajarin lu," potong Evan beralasan.

"Eh?" Alana mengerjapkan matanya. Sedangkan Evan sudah berlalu ke kasir bersama dompet hitam kecowokannya.

Alana menatap punggung Evan geli, sok-sokan tahu kata makasih, najis. batinnya tertawa. Akhirnya, ia merapikan alat tulis dan tas Evan. Entahlah, mengapa ia melakukan itu. Alana sendiri juga tidak tahu.

"Eh, lu beresin tas gua?" tanya Evan sebaliknya ia dari kasir. Alana hanya nyengir yang langsung disambut hati Evan yang berbunga-bunga. "Oh, ya udah. Yuk, nanti kemaleman, Mama kam--lu bisa marah," ajak Evan. Eh, mampus keceplosan! Duh, hati gua kalo bahagia sialan banget, Evan merutuk sembari berjalan duluan, menutupi hatinya yang berbunga.

Evan & AlanaWhere stories live. Discover now