Unrequited Love pt.2

770 124 4
                                    

Prompt : "You're younger than me, I'm not going to date you, get it?"

Kak Seokjin. Kakak kelas yang berbeda denganku satu tahun. Seorang Ketua OSIS, salah satu kartu truf sekolah dalam olimpiade sains, dan tetangga disamping rumahku. Ia tinggal bersama neneknya.

Ia ramah dan baik padaku. Kadang kami juga berangkat sekolah bersama dan saling berbagi bekal. Nenek kak Seokjin selalu membuat makanan yang enak sekali. Kami pernah sedekat nadi- kemudian saat aku menyatakan perasaanku, dia membalasnya dengan

"Kau lebih muda dariku. Aku tidak akan mengencanimu. Mengerti?"

-Dan akhirnya kami sejauh matahari.

Sejak itu kak Seokjin menghindariku. Menolak diajak bicara, menolak bertemu, tidak menyahut saat kusapa. Rasanya sakit sekali di dalam dada. Mau tak mau aku yang akhirnya merasa bersalah karena dengan seenaknya memborbardir kak Seokjin dengan perasaanku. Kalau bukan karena salahku, lalu karena siapa lagi?

"Taera, bisakah nenek meminta bantuanmu sedikit?"

Saat aku menjemur pakaian, nenek kak Seokjin mengajakku bicara dari balik pagar rumahnya.

"Bantuan apa nek?"
"Ini nenek ada sedikit uang. Tolong belikan kue puding mangga di ujung gang sana sepulang kau sekolah ditanggal 4 Desember nanti. Datanglah kerumah selepas itu. Nenek ingin mengadakan pesta kecil-kecilan untuk Seokjin."

Dalam pikiranku saat itu adalah ini merupakan kesempatan yang diberikan Tuhan agar aku dapat meminta maaf kepada kak Seokjin perihal perasaanku. Jadi aku bersedia membantu nenek.

---

4 Desember

Aku mencoba mencari tahu kegiatan kak Seokjin sepulang sekolah. Ternyata dia sedang sibuk mengurusi olimpiade sains yang sebentar lagi akan terselenggara. Disamping kak Seokjin aku juga melihat presensi teman sebangku ku, Hana. Setelah dirasa kak Seokjin akan lama pulangnya, aku bergegas membeli kue puding yang dipesan nenek.

Nenek menyambut kuenya dengan antusias, ia bahkan menyuruhku pulang, mandi dan berdandan terlebih dulu karena ia mengajakku untuk merayakan ulangtahun kak Seokjin bersama. Kami menyiapkan beberapa makanan manis, minuman dan makanan utama. Setelah semua sudah siap dan tertata rapih, nenek mencoba menghubungi kak Seokjin.

Ia bilang dalam waktu 20 menit akan sampai dirumah.

Aku membantu nenek mematikan saklar lampu didekat pintu dan nenek akan bersembunyi dibalik pintu dapur. Saat kak Seokjin masuk, kami akan melepaskan convetti dan mengejutkannya. Ku harap kak Seokjin suka.

"Wah, lampunya mati. Aku nyalakan sebentar ya?" Kak Seokjin masuk tanpa mengetuk. Aku tiba-tiba merasa beku dan enggan bergerak. Apalagi saat tatapan mataku mengekor pada sosok yang mengikuti kak Seokjin dari belakang

"Oppa, sebelum kau menyalakan lampu, aku ingin memberikanmu hadiah."
"Apa itu, Hana-ya?"
"Tolong menunduk sedikit."

Kak Seokjin menunduk kemudian Hana menempelkan bibirnya tepat pada bibir kak Seokjin. Tidak butuh waktu lama sampai mereka masuk ke dalam permainan mereka sendiri. Sedang aku, dipojok saklar menahan tangis. Dadaku naik turun bercampur antara kesal, sedih dan merasa bodoh.

Sebelum kak Seokjin semakin dalam dan berbuat yang tidak-tidak seperti mengangkat Hana menuju kamarnya, kuputuskan untuk menyalakan lampu. Kemudian dapat ku dengar nenek mengejutkan kak Seokjin dari balik pintu.

Nenek mencariku kebingungan. Tapi aku hanya terus berlari menembus salju dibulan Desember. Aku kabur dari pintu yang tidak ditutup kak Seokjin saat ia masuk tadi.

Ia tidak menerima cintaku karena aku lebih muda darinya?

Cih, persetan. Aku harap karma menghantam kepalanya dengan truk sampah.

---

Day 12 for #25DaysofFlashFiction

DECEMBERWhere stories live. Discover now