Part III

645 67 3
                                    

Aku merutuki atasanku yang sangat baik itu. Kalian tahu? Ini sudah waktunya makan siang dan ia belum juga kembali. Apa kubilang, definisi 'tidak keluar lama' bagi dia itu berbeda dengan definisi sebenarnya.

Memang, sih, sedari tadi One Direction tidak meminta ataupun menyuruhku untuk melakukan apapun. Mereka masih asik dengan kegiatannya masing-masing didalam ruangan Jeremy. Tapi aku juga tidak bisa begitu saja meninggalkan mereka saat ini, si tua bodoh itu berkata bahwa aku harus menemani One Direction selama dia dan mr. Paul keluar.

Brengsek, aku lapar!

"Hey, bisa-bisa laptopmu rusak jika kau menekan tombolnya dengan cara seperti itu.." aku kembali ke alam sadarku ketika Charlie datang dengan sedikit menahan tawanya. Oh, ia menangkapku sedang kesal dan sedikit melampiaskan amarahku pada laptop yang ada dihadapanku ini. Sial, memalukan sekali.

"Aku lapar, tapi si tua bodoh itu belum kembali juga." Jawabku masih dengan raut wajah kesal.

"Yeah aku tahu. Kebanyakan orang lapar akan terlihat jauh lebih galak dari biasanya." Charlie tertawa.

"Ugh, whatever." Aku memutar kedua bola mataku.

"Hey, jangan galak kepadaku juga. Aku kesini ingin membantumu."

"Membantu apa? Menemani mereka? Kalau bisa, aku sudah meminta bantuan pada yang lain dari tadi. Tapi kau tahu apa pekerjaanku disini, bukan? Aku sekretaris Jeremy, jadi aku harus menuruti perintahnya." Jelasku panajng lebar.

"Tidak, bukan itu."

"Lantas?"

"Ini, aku membawakanmu makanan. Makanlah disini. Kau bisa makan selagi mengawasi mereka, bukan?" Charlie mengeluarkan bungkusan dari balik badannya. Ia membawakanku McDonald's. -Mainstream? I don't care.

"Wow, seriously.." dengan wajah berbunga-bunga aku mengambil bungkusan itu dan membukanya. One cheeseburger and one coke. Betapa baiknya rekan kerjaku yang satu ini.

"Makanlah." Charlie mengambil bangku yang tersedia lalu duduk di sebelahku seolah ingin menemaniku makan.

"Kau memang sangat baik dan perduli terhadap lingkungan sekitarmu!" Tanpa menunggu apapun, aku segera menyantap makanan yang ada. Tapi tepat saat aku akan menyuapkan suapan pertamaku, pintu Jeremy terbuka dan menampilkan sesosok yang tadi sempat memberikanku sebuah senyuman.

"Hey, bisakah kau membuatkanku segelas orange juice?"  Dengan sialnya, seorang Louis Tomlinson baru saja menggagalkan makan siang indahku hari ini.

Menahan amarah, aku mengangguk dan coba tersenyum, "Oke. Hanya segelas? Temanmu yang lain tidak mau dibuatkan juga?" aku sempat menengok ke arah teman-temannya yang masih berada di dalam ruangan.

Hey, tunggu! Mengapa mereka terlihat menahan tawanya? Terlihat jelas Liam, Zayn, juga Harry sedang menahan tawa dan saling menatap satu sama lain. Terkecuali Niall. Aku bisa melihatnya jelas, kau tahu? Ruangan Jeremy itu terbuat dari dinding kaca yang bening sehingga aku bisa dengan jelas melihat aktivitas apa saja yang sedang terjadi didalam. Termasuk yang sedang terjadi sekarang.

"Tidak. Ayo buatkan sekarang!" perintah Louis membawaku kembali ke alam sadarku.

"Baiklah." Masih dengan senyum terpaksa, aku membalikan tubuhku menuju pantry yang ada di lantai ini.

Dapat kulihat Charlie mengikutiku dari belakang dengan tatapan prihatinnya. Dengan sigap aku melangkahkan kakiku hingga saat ini aku telah sampai di pantry. Aku membanting pintunya sedikit keras sehingga menimbulkan suara.

Escape The FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang