14. Hyungwon.

535 65 3
                                    

Gue menangis sejadi-jadinya sesaat setelah gue membuka kotak itu dan mendapatkan beberapa barang yang membuat gue mengalami sport jantung.

Diantaranya, lembar foto.

Ada banyak, sekitaran dua puluh lebih. Dengan gambar foto candid gue yang lagi natap awan atau enggak nulis di note. Terdapat tanggal-tanggalnya juga. Bikin gue tiba-tiba aja ngalamin sesak nafas.

Selain foto, gue juga nemuin kartu pelajar gue. Ini yang gue bingung. Kenapa bisa ada di dia?

Dan ada handy cam.

Gue ngebuka dan langsung nemuin video. Dimana wajah Hyungwon yang langsung terlihat. Gue memencet tombol play.

Hyungwon tersenyum sangat lebar, "hai, Haera! Kalau lo ngeliat video ini, tandanya lo udah nemuin nyokap gue. Kalau lo udah nemuin nyokap gue, tandanya raga gue udah tertimbun tanah."

Sesak. Hyungwon berhasil bikin gue sesak. Sampai rasanya air mata gue gak bisa berhenti mengalir.

Dia membuang nafas, "sebelumnya, gue nyaranin buat jangan terlalu kaget ya! Dan barang-barang itu semua saling bersangkutan."

Dia memandang gue, ya walau hanya berbatas kamera. Gue kembali membiarkan dia berbicara dengan sesuka hatinya.

"Gue mulai dari perasaan gue dulu. Jujur, gue suka sama lo, Ra. Udah dari lama, dan gue gak bisa ngucapinnya. Dimulai saat lo di taman dengan note lo yang warna-warni itu. Gue mulai suka perhatiin lo yang juga diem-diem perhatiin gue. Ehm, kalau itu sih gue taunya dari anak-anak loh!"

Gue ikut terkekeh saat dia terkekeh. Adem banget ngedenger pengakuannya. Tapi itu bikin gue nangis sambil tertawa.

"Mulai saat itu, gue banyak ngumpulin foto lo. Iya, gue diem-diem aja motret lo. Itu juga kalau lo lagi lengah.

"Gue juga pernah ngikutin lo sampai ruang inap lo, jadi lo gak perlu heran kenapa gue bisa tiba-tiba tau ruangan lo."

Dia tersenyum sangat lebar, ngebuat gue rasanya damai banget. Dan ya, perkataannya itu bikin gue bahagia, setidaknya diam-diam, ada yang sebenarnya peduli terhadap gue.

"Dan ya, lo harus tau kebenaran ini." Dia natap gue begitu serius, "gue mohon lo jangan benci gue."

Gak bisa gue benci sama lo, cowok keparat!

Dia memandang gue sendu, "sebenarnya, gue lah orang yang bertanggung jawab atas kelumpuhan lo, Ra."

Gue bener-bener bingung.

Otak gue tiba-tiba menjadi lamban. Gue gak bisa berpikir. Gue berusaha mencerna, tapi gue gagal paham.

"Iya, gue yang bertanggung jawab atas itu semua. Gue orang yang ngendarain mobil silver itu. Bokap lo tau gue kok, Ra."

Dia membuang nafasnya dengan kasar, "penyakit gue kambuh di saat gue ngendarain mobil, gue bener-bener gak sengaja, Ra! Sumpah! Gue bener-bener minta maaf, Ra. Gue bener-bener minta maaf sama lo.

"Gue tau gue pengecut, Ra. Tapi si pengecut ini, sayangnya suka sama lo. Si pengecut ini takut kalau lo benci sama dia."

Gue dapat ngeliat kalau matanya berair. Tapi itu gak seberapa sama tangisan gue yang udah menjadi-jadi.

"Gue masih nyimpen kartu pelajar lo karena gue butuh menghubungi lo, tapi sayangnya, gue gak sempet. Gue gak sempet untuk minta maaf sama lo secara langsung. Karena lo tau kan? Iya, gue pengecut.

"Dan hal lainnya adalah, gue penderita gagal ginjal yang hebatnya bisa bertahan sampai empat tahun."

Dia tiba-tiba tertawa, tapi tertawa miris.

"Gue pernah berpikiran sangat bodoh. Gue mikir gini, Ra, kalau aja gue gak nabrak lo waktu itu, mungkin gue gak akan bisa ketemu lo sampai akhir hidup gue. Mungkin juga gue bakal bener-bener nyesel kala itu terjadi." Ucapnya diakhiri tawa. Tawa yang terdengar memilukan.

Disaat dia ngomong kayak gitu, gue cuma bisa terisak. Terisak sampai rasanya dada gue sakit sendiri.

"Oh ya, lo juga pasti tau kalau gue bohong soal lantai tiga. Sebenarnya, kakek gue udah meninggal, Ra. Gue emang pasien rumah sakit selama setahun ini. Gue tau kok lo pasti bingung dengan baju juga infus yang gak pernah gue pakai.

Iya, gue milih pakai baju bebas karena gue gak suka hawa rumah sakit. Gue minta dilepas infusnya setiap sore karena mau ngajakin anak-anak main bola. Gue sadar, gue sadar kalo hidup gue gak akan lama. Saat lo pertama kali ngeliat gue, itu juga pertama kali gue main sama mereka."

Dia kembali tersenyum yang membuat gue kembali menahan isak.

"Asal lo tau, mencari kebahagiaan mereka adalah hal tersulit dari tubuh gue, Ra. Setiap gue bergerak berlebihan, tubuh gue terasa sakit. Sakit banget. Asal lo bisa ngeliat mereka tersenyum karena lo, lo bisa ngelupain semua yang lo rasain.

Jadi, gue mohon.. buat gue tersenyum di atas sana, biar lo lupa dengan apa yang lo rasain. Dengan cara apa? Cari kebahagiaan lo, Ra."

Dia memejamkan matanya dengan kuat, kemudian dia membukanya. Menatap gue dengan tatapan yang dalam.

"Maaf, Ra, gue udah jadi si pengecut yang suka sama lo. Lo harus bahagia, Ra! Bye!"

Mati. Video yang gue putar udah selesai.

Gue bener-bener gak nyangka. Gak nyangka karena sebenarnya yang bertanggung jawab atas kelumpuhan gue itu adalah Hyungwon--cowok yang gue suka.

Untuk Hyungwon,

Gue bakal nyari kebahagiaan di sini agar lo gak ngerasa terbebani di sana.

Maaf karena ternyata gue ngebuat lo jadi seorang pengecut.

Gue gak benci sama lo. Gue juga udah maafin lo.

Iya, gue akuin kok kalau lo itu pengecut, pengecut yang suka sama gue tapi cuma bisa diam-diam.

Bye, Hyungwon!

Itu semua gak pernah gue duga sebelumnya karena Lo mampu mengubah jalan ceritanya, Hyungwon.

Kim Haera

Namanya Hyungwon (Monsta X) ✔ [Revisi Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang