Enam

11.4K 467 6
                                    

Hujan turun cukup deras sore ini. Aku melihatnya dari jendela kelasku. Karena memang aku cukup senang duduk di dekat jendela.

"Yah hujannya makin gede aja." keluh Fany di sampingku.

"Terus kenapa? Lo juga di kelas nggak kehujanan." Balasku.

"Eh Mawar, lo nanti di jemput tunangan lo ya? Ih..gue iri." Fany.

"Katanya sih gitu." balasku.

"Btw, betah ya dia jadi tunangan lo yang kadang suka beku tiba-tiba gini." Fany.
Aku mengalihkan pandanganku menatap Fany. Dengan tatapan kesal, dan malas berdebat dengannya. Sepertinya dia langsung mengerti.

"Bercanda doang kalik. Hehe..." ujarnya.
Waktu menunjukkan pukul 15.07. Dan kelas baru saja di bubarkan. Aku dan Fany berjalan bersama menuju gerbang. Hari ini Fany tak membawa mobil karena mobilnya sedang di servis. Dia bilang, supirnya akan menjemputnya.

"Nah itu supir gue." Fany menunjuk sebuah mobil berwarna silver tak jauh dari kami berdiri. Aku mengikuti arah pandangan Fany, kemudian mengangguk.

"Tunangan lo mana? Mau gue tungguin sampe dia dateng? Apa lo mau bareng gue aja? Gue anter sampe rumah kok." Fany.
Astaga...kenapa aku bisa bersahabat dengan orang se-bawel dia sih?

"Nggak usah. Bentar lagi juga dia dateng." tolakku. Fany mengangguk kemudian berpamitan denganku.

Aku mondar-mandir di gerbang kampusku. Aku memeluk tubuhku sendiri karena rasa dingin yang mulai menjalar akibat terkena percikan air hujan. Aku melirik jam tanganku. 15.40.

Cih.. dia terlambat empat puluh menit. Aku merogoh tasku dan mengambil ponselku. Aku berusaha menghubungi Bisma, tapi tak ada jawaban.

Sekitar sepuluh menit kemudian, sebuah mobil Nissan Juke warna putih berhenti tepat di hadapanku. Aku menyerit bingung hingga sang pengemudi turun dan menghampiriku.

"Alan? Ngapain lo disini?" bingungku.

"Habis dari mini market. Lo ngapain masih disini?" Alan.

Alan adalah teman sekelasku sejak semester satu. Bahkan sejak SMA.
"Nunggu jemputan."balasku.

"Gue anter aja, gimana? Daripada lama-lama disini lo malah sakit. Hujannya makin deres loh. Bentar lagi UTS." Alan.

Aku berpikir. Benar juga yang dia katakan. Jika aku tetap disini pasti aku akan sakit. Bahkan sekarangpun aku sudah merasa seperti akan terkena flu.

"Boleh deh." jawabku pada akhirnya.
Alan memayungiku untuk masuk mobilnya. Namun baru saja pintu mobil terbuka...

"Mawar!"

Aku menoleh. Aku menatap sosok yang memanggilku itu dengan kesal. Bisma. Dia masih berdiri tenang dengan ekspresi yang tak menunjukkan sedikitpun rasa bersalah.

"Ayo pulang!" ujarnya. Aku masih terdiam. Enggan menjawab ajakan Bisma.

"Yaudah kalo lo mau pulang bareng dia, ayo gue payungin masuk ke mobil dia." Alan.

Aku mendongak menatap Alan.

"Nggak perlu. Gue bawa payung."
Aku terpenjat melihat Bisma sudah berada di sampingku. Dia menarik tanganku dengan tangan kirinya. Membuatku ikut berteduh di bawah payung yang ia pegang dengan tangan kanannya.

My Beloved FianceWhere stories live. Discover now