2

630 74 43
                                    

I swear that every word you sing
You wrote them for me
Like it was a private show
But I know you never saw me
When the lights come on and I'm on my own
Will you be there to sing it again
Could I be the one you talk about in all your stories
Can I be him

Sayup-sayup kudengar suara gadis itu menyanyikan lagu yang kutau itu lagunya James Arthur, Can I Be Him salah satu lagu favoritku akhir-akhir ini.

"Suaranya bagus juga " pujiku dalam hati sembari meliriknya dari rear miror dan kulihat gadis itu masih komat kamit dengan dua headset putih yang menyumpal lubang telinganya. Gadis itu tampak anteng bersandar pada jok mobil dan memandang ke arah luar jendela yang ia buka setengah, hembusan angin dari luar membuat rambutnya yang tak terikat sempurna itu bergerak lincah.

"Manis"

"Siapa? "

"EH "

Aku sedikit terkaget dengan pertanyaan Tomi yang tiba-tiba.  Kualihkan kini pandanganku menatap Tomi yang juga memandangku sekilas lalu menjengkitkan alisnya.

"Duh dasar mulut, pake keceplosan lagi ". Umpatku membatin karena tanpa sadar telah memuji gadis yang sedari tadi hanya diam bahkan melihatku saja gadis itu tampak enggan.

Entah kenapa aku sendiri heran, padahal aku ini cukup malah sangat amat menarik untuk dilihat, tapi gadis itu malah mengabaikan pemandangan indah karya tuhan yang tak akan terdustakan ini.

Bahkan semenjak tadi gadis itu tak bicara sepatah kata pun, sekedar memperkenalkan diri saja tidak. Argh Bener-bener deh. Apakah dia tak merasa rugi mengabaikan makhluk tuhan yang paling seksi ini?

Demi tuhan baru kali ini aku merasa di abaikan, sama bocah pula.

What the...

Bocah satu ini Benar-benar menguji kesabaran dan keiman.

"Emm enggak Kok, gue cuma lagi pengen yang manis-manis"jawabku asal dan jawabanku membuat kerutan di kening Tomi semakin banyak. Bodo amat.

"Gimana liburan Lo? "

"Menyenangkan".

"Udah bisa move on kan?"

Aku cemberut. Kenapa move on lagi move on lagi yang di bahas, dikira move on itu mudah kek ngupas kacang apa. Apalagi move on pada orang yang cukup lama bersama kita dan benar-benar kita cinta duhh sulit sungguh sulit rasanya.

"Udahlah lupain aja tu cewek. She doesn't deserve you Jen"

Ucap Tomi serius. Melirik ku sekilas dan aku tau arti lirikan itu. Lirikan yang artinya" jangan coba membantah, apa yang gue bilang itu bener"

Aku makin mengkerucutkan bibirku dan menekuk wajah manisku menatap sebal ke arah Tomi yang tersenyum menang.

Aish dasar temen durhaka.

"Jadi Lo lesbi? "

"Eh"

Aku terkaget mendengar pertanyaan tiba-tiba dari gadis yang sedari tadi acuh itu. Bukan cuma aku, tapi Tomi juga tersentak kaget. Tomi sedikit melirikku, menggigit bibirnya, merasa tak enak mungkin.

Aku kontan menoleh ke arah Lisa yang masih dengan posisi yang sama tak menatapku sama sekali. Kukira ia tak mendengar perbincanganku bersama Tomi. Tapi ternyata diam-diam bocah itu menguping sedari tadi.

Aku tersenyum tipis mencoba untuk biasa saja, meski nyatanya ada rasa kaget juga di todong dengan pertanyaan yang to the point banget tanpa embel-embel itu. Dan jujur saja, baru kali ini ada yang berani bertanya seperti itu padaku.

"Iya, kenapa? "jawabku jujur di ikuti pertanyaan. Aku penasaran apa yang akan gadis itu jawab setelah tau orientasi seksualku yang di anggap sebagian orang itu menyimpang dan gak normal. Aku menatap lekat gadis yang masih tak melihat ke arahku, bahkan melirik saja tidak.haah dasar! Sopan sekali anak ini.

"pantesan dari tadi ngelirik, naksir ya? " jawabnya pede yang seketika membuat wajahku terasa memanas. Duh ternyata dari tadi dia menyadari kalau aku curi-curi pandang padanya, duh Jenny malunya dikau. Eh tapi dia bilang apa tadi? naksir?  Kok tau?. Sial.

Aku memutar bola mataku malas sambil berdecak sebal mendengar ucapannya. Oke, kecantikannya emang gak terbantahkan, keimutannya apa lagi. Tapi gak sepede  itu juga keles, meski apa yang dia bilang bener sekalipun.

"Naksir lo?" Tanyaku memastikan.

Dia tak menjawab hanya melirikku sekilas dengan mata bulat sempurna yang seketika mampu membuatku terkesima dengan keindaahnnya.

Deg...

Oh my oh my jantungkuu.. lirikan mautnya ituloh..

My god!

Bikin jantung dadakan ngebeat gak karuan. Oalahh kuatkan aku makk.

Aku tertegun sesaat, namun secepat kilat kembali aku menyadarkan diri untuk tak terjatuh dalam pesona gadis songong di depanku ini.

"Gue lesbi  si iya. Tapi, Gue suka cewe tulen cantik dan sexi yang bodynya bohay. Bukan cewe jadi-jadian macam lo, mana kurus lagi gak ada enak-enaknya buat di peluk. " oke aku munafik sumpah tapi jual mahal dikitlah ya, biar kata apa yang dimulut beda sama di hati. Ya kali mau bilang iya naksir gitu, ntar anaknya tambah songong.

aku tersenyum menang, menatap padanya yang masih tak melihatku sedikitpun, melirik aja loh, enggak dia.. Kan kampret.

Padahal menurutku jawabanku cukup pedas untuknya. Namun dia? Tetep anteng seolah tak mendengar apa-apa, gak ada respon sama sekali. Senyum kemenanganku yang tadi bertengger indah di bibirku pudar seketika. Pengen banget marah rasanya. Kan dia dulu yang buka suara tadi, yang nanyain gue lesbi. Udah gitu pede banget lagi ngerasa aku lirik-lirik dia karena naksir. Udah di jawab panjang lebar eh malah di kacangin sama dia

Bangsul banget nih anak.

Gedek juga nih hati lama-lama.

Sabar Jenny sabar..orang sabar di sayang Lisa.. Ehh.

Aku menarik nafas dalam, meredam kesal lalu melipat tanganku didada sembari berbalik memunggunginya. Ku sandarkan punggungku kasar ke jok mobil Tomi yang terlihat menahan tawa mendengar ucapanku, apa lagi melihat ekspresi kesalku karena tak di anggap oleh  sepupu lucknatnya itu yang bikin darting ampe ubun-ubun. Baru kenal padahal tapi tuh anak keknya nantangin banget minta di takhlukin.

Oke... Lo jual gue beli Lisa.

Liat aja ntar...

"Oh bagus deh, gue bangga kalau gitu. Gak di taksir ama lesbi itu anugerah."

What the...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Damn!  I Love You 3000.Where stories live. Discover now