Part 6

112 98 18
                                    

Semua terjadi lagi, kita semua kembali melihat bagaimana keanehan muncul secara bertubi-tubi. Bintang di atas langit malam kembali bersinar dengan cahaya yang tak sewajarnya, bintang berwarna-warni, tak ada kehadiran sang bulan sama sekali. Jika dipikir dengan logika semua tentu saja terasa sangat janggal.

Aku merasa semua salah, baju yang kita semua kenakan warnanya berbeda satu sama lain dan dengan model yang sama. Dari mana semua ini datang? Aku mencoba untuk berpikir secara keras pun tetap tak mendapatkan jawaban sama sekali.

"Apa kita harus menyerah?"

Aku menolehkan pandangan mataku pada Nia saat kita berdua kini terduduk di atas pasir ketika kejadian bintang yang bercahaya baru saja usai. "Menyerah bagaimana?" aku mengernyit heran mendengarnya.

"Kita gak bisa kayak gini terus Fel, sungguh aku bosan dengan semua ini ... aku pengen pulang," gerutu Nia sembari mengacak pelan rambutnya karena frustasi.

"Emangnya aku gak mau pulang? Dari awal kita ada di sini juga aku udah mau pulang, tapi kita gak punya jalan keluar, Ni."

"Gak seharusnya kita diem terus kayak gini, kita semua seharusnya terus berusaha agar bisa cepat keluar dari tempat gak jelas seperti ini."

Aku mengangguk pelan mendengar ucapan Nia, memang benar ... tapi bukankah kita semua pernah berusaha sebelumnya? Kita semua berjalan membentuk dua kelompok untuk menyusuri tempat agar mendapatkan jalan keluar tapi hasil akhirnya tetap saja nihil. Seperti ditakdirkan untuk tetap di sini selamanya, kita semua tak diberi petunjuk sama sekali tentang jalan keluar dari tempat ini.

"Tapi kita bisa apa? Mengerti dengan keadaan aja enggak., gimana mau cari jalan keluar." Aku emosi, sungguh ... tapi bukan pada Nia, melainkan pada kenyataan di mana semua yang terjadi terlalu terlihat sangat tidak masuk akal.

Menangis? Apa dengan menangis semua akan kembali seperti semula? Apakah dengan menangis kita semua bisa pulang? Tidak, aku tahu jawabannya adalah tidak. Tapi siapa yang akan membantu kita saat ini untuk mencari jalan keluar? Kita semua hanya anak remaja yang tak tahu apa-apa tentang yang terjadi akhir-akhir ini. Bagiku, semua terlihat seperti mimpi, semua terasa seperti tak nyata. Tapi kenyataannya ... semua benar-benar ada karena aku melihatnya secara nyata.

Mendongakkan kepalaku untuk menatap langit malam, langitnya tak sama seperti langit yang biasa aku lihat di kehidupan nyata. Tunggu, ini juga nyata ... tapi ini terjadi terlalu tidak wajar, sungguh ....

"Fell?"

"Hmm ...?"

"Fell," kata Nia dengan suaranya yang sedikit bergetar sembari menggoyangkan kakiku, karena penasaran, aku langsung mengalihkan pandangan mataku pada Nia.

"Ada apa?" tanyaku dengan heran ketika melihat raut wajah Nia yang terlihat tidak biasa, tatapan matanya seperti sedang menyelidik ke suatu arah.

Tangan kanan Nia terangkat ke udara seperti ingin menunjukkan sesuatu padaku, aku langsung mengikuti arah tangan Nia dan langsung melihat suatu objek yang mampu membuat Nia menyipit melihatnya.

"Dia ... apa itu dia?" tanya Nia tanpa berniat untuk menoleh ke arahku dan tetap dengan betah memandang ke arah obejek itu.

Aku mengernyit heran, entah aku harus takut karena kehadiran orang itu, atau ... merasa bahagia karena mungkin kita semua akan dibawa pulang olehnya.

"Iya Nia, itu pria yang dimaksud Abban dan aku, dia ... astaga dia sangat menyeramkan," ringisku ketika lebih memperhatikan perawaklan pria botak itu.

Ya, objek yang mereka lihat saat ini adalah pria yang terakhir kali aku dan Abban lihat di atas mimbar sebelum kita semua terdampar di tempat ini. Mungkin ini adalah saatnya untuk kita semua mengetahui kebenaran dengan semua yang terjadi, tapi ... melihat semua orang ketakutan dengan kehadiran pria itu, siapa yang akan dengan berani meladeni pria itu? Aku? Tidak mungkin, tapi ....

"Felly, awas!"

Star of LuckWhere stories live. Discover now