Tujuh - Tragedi

201 36 0
                                    

Pagi-pagi buta, Rendra dibangunkan oleh suara ketukan bertalu di pintu kamarnya.

"Ada apa kak?" Rendra mengucek matanya beberapa kali. Ia masih mengantuk. Kakak sepupunya itu berdiri di depan kamar berpakaian rapi lengkap dengan peci hitam.

"Ada Iwa tuh didepan."

Rendra mengangguk-angguk mengiyakan. Ia menyempatkan mencuci muka dan menyikat gigi sebelum menemui Iwa.

"Ada apa Wa? Tumben pagi-pagi kesini." Rendra menghampiri Iwa yang duduk di teras.

Iwa mengerutkan kening, pemuda itu tak berbeda jauh dengan Herma. Memakai baju koko dan sarung serta peci.

"Tadi waktu aku beberes mesjid, aku denger bapak-bapak pada ngobrolin sesuatu."

"Mereka ngomongin apa?"

"Alin ga pulang semaleman."

"Alin ga pulang?" Iwa mengangguk. "Serius? Kemana dia?"

"Ga ada yang tahu. Bapaknya bilang, Alin ga pamitan pas sorenya pergi. Aku takut ini ada hubungannya dengan Baron."

Rendra menggigiti kukunya cemas. Apa ini ada hubungannya dengan perkataan Baron kemarin?

"Kamu tahu sesuatu?" Iwa membuyarkan lamunan Rendra.

"Ng.. sebenernya, Baron ngomong soal Alin kemarin. Katanya, Alin telat haid."

Iwa terdiam, wajahnya nampak agak kesal. Pemuda itu mengepalkan tangannya. "Bangsat si Baron! Apa dia yang bawa pergi Alin?"

"Eh! Mau kemana kamu?"

"Ke rumah Baron! Mau mastiin sesuatu."

"Aku ikut! Bentar." Rendra masuk ke dalam rumah dan berpamitan pada kakak sepupunya. "Ayo!" Ajaknya.

Mereka berdua berjalan beringingan menuju rumah Baron. Langkah Iwa cukup cepat hingga Rendra harus melangkah dua kali lebih panjang dari biasanya.

"Kamu jangan emosi dulu!" Ucap Rendra. Sedari tadi ia khawatir jika Iwa akan berbuat hal yang tak wajar.

Iwa tak berkata sepatah katapun. Langkahnya masih cepat. Ketika mereka sampai di depan rumah Baron, Iwa mengucap salam dengan tak sabar.

"Ada perlu apa, Wa? Ren?" Baron menyambut mereka dengan penampilan khas bangun tidur.

"Kamu darimana?" Tanya Iwa.

"Darimana apanya? Aku tidur lah! Kenapa sih?"

"Jangan bohong kamu! Kamu umpetin dimana Alin?" Iwa menaikkan nada suaranya.

"Maksudnya apa? Rendra? Bisa jelasin ada apa?"

Rendra memegangi lengan Iwa yang terasa tegang. "Ng.. kita boleh masuk? Aku omongin di dalem deh."

Baron mengangguk. Sesampainya di dalam, Baron nampak menunggu kelanjutan ucapan Rendra.

"Kata bapaknya, Alin ga pulang dari semalem."

Baron terlihat kaget. Mulutnya terbuka lebar dan matanya agak melotot. "Dia pergi? Semaleman ga pulang?" Tanyanya cemas.

"Kamu beneran ga tahu?" Iwa mulai bisa menguasai emosi. Baron menggeleng cepat.

"Aku ga tahu! Sumpah! Semalem aku tidur cepet. Sorenya kan kita ke sawah, Ren!" Rendra mengangguk mengiyakan.

"Kalo kamu ga tahu, terus dia kemana?" Sahut Rendra. Pemuda berwajah garang itu menggeleng pasrah. "Dia ada ngomong sesuatu mencurigakan, ga?"

"Kan aku udah bilang, setelah pembicaraan masalah itu-" Baron menghentikan ucapannya dan melirik Iwa gelisah.

"Iwa udah tahu, aku yang kasih tahu." Baron mengangguk lega.

MY SOUL (Sho-Ai) ✓Where stories live. Discover now