Suara Annisa

112K 6.5K 142
                                    

Manis,’ batin Darel sambil menatap Annisa yang perlahan

menghilang dari pandangan mata.

Annisa kembali memulai pekerjaanya. Dia tak punya teman di sini, karena sudah pasti mereka membenci gadis sepertinya. Setelah

selesai, Annisa bergegas pulang.

Sesampainya di rumah, matanya disuguhkan dengan rumah

yang sangat berantakan. Barang-barang semua berserakan. Dan ada

beberapa yang sudah tak ada di tempatnya.

“Apa yang terjadi?” gumam Annisa lalu berjalan ke arah ruang

keluarga. Di ruang keluarga semua keluarganya tampak sangat kusut.

“Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa rumah kita berantakan? Dan

ke mana hilangnya semua barang?”

Farah menatap Annisa penuh akan kebencian.

“Ini semua karenamu anak pembawa sial! Apa yang kau lakukan

pada keluarga kami sampai kami terkena sial seperti ini?”

Annisa memejamkan matanya, walaupun perkataan itu sudah

sering dia dengar tapi tetap saja itu sangat menyakitkan.

“Farah! Ini semua bukan salah Annisa,” bela Aditama.

“Ini semua salah Annisa, Dad. Kalau Daddy gak sayang sama dia

pasti kita gak akan kaya’ gini,” Carry bicara sambil meneteskan air mata.

“Terserah! Keputusan ada di kamu, aku gak mau hidup jadi

gelandangan. Kamu ceraikan aku atau serahkan anak pembawa sial

ini.”

“Memangnya ada ap—”

PLAK !!

Bukannya jawaban, namun tamparan pedas diterima Annisa.

“Aku muak dengan wajah sok polos dan tanpa dosamu itu! Kalau

suamiku tidak menyayangimu pasti kami tidak akan seperti ini!”

“Farah ada apa denganmu?? Ini bukan salah Annisa–”

Air mata Annisa menetes seketika, suara paman dan bibinya yang

beradu tak terdengar di telinganya. “Apa kau mencintai kakak iparmu?! Mangkanya kau sangat

menyayanginya. Atau dia ini anak haram kau dengan—”

“Farah! PLAK!” bibir Farah mengeluarkan darah segar.

Annisa tersadar seketika saat mendengar suara tamparan

Aditama yang terdengar nyaring.

“Kau ... Kau menamparku demi anak pembawa sial ini??!” Farah

menatap tak percaya ke arah Aditama. Ini pertama kali untuknya.

“Ini semua karena kamu!” tunjuk farah pada Annisa, yang kini

masih menangis.

“Ini bukan salah—”

“Jangan menyalahkan Mom, Dad. Ini semua memang salah dia.”

Carry menangis sambil memeluk Farah dari samping.

“Dia —”

“Apakah drama kalian sudah selesai?” Seketika perdebatan

mereka terhenti saat ada seorang pria tampan yang kini tengah

Mafia And Muslimah Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ