Dark Chocolate

3.2K 566 85
                                    

PART 9

-Sehari sebelum ulang tahun Jaejoong. Beberapa jam setelah La Pomme tutup-

  “Sudah cukup bermain-mainnya, bukan begitu, Changmin ah?”

Namja berwajah kekanakan itu mengepalkan kedua tangannya di atas pangkuannya. Merapatkan bibir memandang wanita cantik dengan rambut cokelat yang menggelung rapi di kepalanya. Kim Heechul tersenyum tipis—mengambil cangkir teh yang tersedia di atas meja dengan jemarinya yang terbalut sarung tangan hitam.

Changmin menghela napas—entah untuk yang keberapa kalinya dalam diam. Masih membiarkan wanita cantik itu memimpin pembicaraan mereka. Ini semua tidak direncanakan, sungguh. Niatnya hanya ingin pergi ke supermarket terdekat sebelum tiba-tiba wanita yang  tadi siang memesan kue ulang tahun itu kini muncul di hadapannya dan mengaku sebagai teman dekat ibunya.

  “Berhentilah keras kepala, ibumu terus menangis membayangkan dirimu yang hanya makan ramen setiap hari” Ujar Heechul lagi.

  “Ibuku memang berlebihan, makanya aku lebih memilih tinggal sendirian. Lagi pula aku sudah dewasa” Balas Changmin tidak tahan.

  “Untuk ukuran anak tunggal yang tinggal seorang diri itu riskan sekali, kau tahu? Ibumu—”

  “Ibuku kenapa lagi? Ahjumma berkata seolah-olah Ahjumma tahu pasti ibuku”

  “Sudah kukatakan, bukan? Aku teman dekat ibumu. Aku hanya tidak tega melihatnya bersedih terus-menerus, karena aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan oleh anak laki-laki kesayangannya”

  “Ditinggalkan?”

Wanita cantik itu tersenyum sedih. Ia kembali meneguk tehnya dan menghela napas pelan.

  “Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan hal ini kepadamu. Tapi aku ingin kau mengerti kalau ibumu sangat menyayangimu, Changmin ah”

Changmin mengernyit.

  “Aku dan ibumu sama. Sama-sama ditinggalkan oleh anak laki-laki kesayangannya. Hanya saja bedanya adalah, kalau kau pergi karena tidak betah dengan sikap protektif ibumu, maka putraku pergi karena kesedihan hatinya”

  “Ahjumma, aku—”

  “Anakku pergi meninggalkan rumah saat usianya masih 17 tahun, kau tahu? Sejak saat itu aku tidak pernah lagi mengetahui bagaimana kabar putraku. Apakah ia makan dengan baik? Apakah ia tidur dengan layak? Apakah ia kesepian?”

Changmin menelan salivanya—merasa sangat bersalah saat melihat pipi wanita cantik itu telah basah akan air mata.

  “Setidaknya kau masih bisa menghubungi ibumu, kan? Kau masih bisa pulang ke rumah kapanpun kau mau. Tapi putraku—ia terlalu banyak merasakan sakit untuk kembali ke rumah”

  “Maafkan aku, Ahjumma, sikapku sungguh buruk”

  “Pulanglah ke rumah, Changmin ah, menginaplah sehari dua hari, beri ibumu pengertian kalau kau memang ingin mandiri”

Changmin mengangguk. Memerhatikan bagaimana wanita cantik itu tersenyum seraya mengusap pipinya yang basah dengan saputangannya. Ah—senyum yang sangat familiar. Di mana ya ia pernah melihatnya?

  “Ahjumma—tentang putramu itu—apakah sampai saat ini ia masih menghilang?” Tanya Changmin ragu-ragu.

  “Aku tidak pernah percaya tentang takdir, Changmin ah. Bagiku itu semua hanyalah omong kosong. Tapi aku terpaksa menelan kembali semua ketidakpercayaanku setelah aku mencoba untuk membantu sahabat baikku untuk bertemu denganmu, yang ternyata telah mempertemukan aku dengan putraku” Balas Heechul tertawa kecil—kesal karena lagi-lagi air matanya jatuh tanpa ia perintah.

SHORTCAKES  -YunJae-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang